Mohon tunggu...
yosephine purwandani
yosephine purwandani Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan swasta

Ibu dengan 3 anak Hobi : mendengarkan musik, koleksi perangko

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buntu

20 Juni 2024   12:32 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terasa susah sekali menuliskannya

Sampai tidak tahu lagi harus berbicara 

Di depan mata hanya ada tembok menjulang

Mataku gelap

Kaki menuju pada arah tak jelas

Beton-beton ini terasa menjulang tinggi

Dan tanganku tak bisa meraba ujungnya

Lalu terdiam

Begini rasanya "buntu"

Meski tanpa izin, butiran hangat mata ini menyeruak

Bukan memberi solusi, mungkin ia hanya mencoba mendinginkan hati.

Sudut hati yang masih tetap berjuang 

Menyuarakan untuk tetap hidup dan bertahan.

Jika saja......Ah...sudahlah

Sesekali "buntu" tak apa

Lepaskan lelah, sandarkan tubuh, tarik nafas, hembuskan.

Katakan pada diri, "kuatlah masih ada DIA".

Maka biarkan hari ini , esok dan esoknya lagi berjalan dan menemukan titik terangnya.

Dan sampai saat itu, semoga semua masih di tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun