Terasa susah sekali menuliskannya
Sampai tidak tahu lagi harus berbicaraÂ
Di depan mata hanya ada tembok menjulang
Mataku gelap
Kaki menuju pada arah tak jelas
Beton-beton ini terasa menjulang tinggi
Dan tanganku tak bisa meraba ujungnya
Lalu terdiam
Begini rasanya "buntu"
Meski tanpa izin, butiran hangat mata ini menyeruak
Bukan memberi solusi, mungkin ia hanya mencoba mendinginkan hati.
Sudut hati yang masih tetap berjuangÂ
Menyuarakan untuk tetap hidup dan bertahan.
Jika saja......Ah...sudahlah
Sesekali "buntu" tak apa
Lepaskan lelah, sandarkan tubuh, tarik nafas, hembuskan.
Katakan pada diri, "kuatlah masih ada DIA".
Maka biarkan hari ini , esok dan esoknya lagi berjalan dan menemukan titik terangnya.
Dan sampai saat itu, semoga semua masih di tempatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H