Beberapa poin mengenai perhatian yang perlu dipahami mengenai cara untuk berelasi dengan seluruh kaum disabilitas diantaranya:
- Datang langsung untuk belajar tanpa menjadikannya konten.
- Bertanya secara langsung kepada mereka rekomendasi komunikasi yang diinginkan (verbal atau non verbal) tidak mengeluarkan pertanyaan "mengapa tidak bisa berbicara", pertanyaan ini dianggap sebagai sebuah diskriminasi.
- Membantu melalui aksi-aksi kecil dan memiliki rasa empati yang besar (seperti membantu teman netra menyeberang jalan atau arah ke toilet).
Ia merasa bahwa diferensiasi tersebut tetap menjadikan mereka sebagai manusia normal dan layak untuk mendapatkan hak yang sama. Beragam ruang pun tersedia bagi kaum awam untuk belajar bersama untuk belajar bahasa isyarat bersama, rekomendasi-rekomendasi tempat untuk belajar darinya adalah Starbucks Tata Puri dan Kafe Sunyi yang menjadi lingkungan edukatif dan suportif untuk belajar bahasa isyarat. Ridho juga menjelaskan bahwa pintu akan selalu terbuka bagi kaum awam untuk belajar bersama secara langsung dengan kaum difabel untuk berkolaborasi melalui bahasa isyarat.
Ridho berharap bahwa tidak hanya perjuangan dari dirinya, namun dari sesama teman-teman kaum difabel untuk melibatkan komunikasi sebagai elemen utama inklusivitas identitas diri dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan untuk mau terus berkembang. Ia juga berharap bahwa pemerataan komunikasi tidak hanya untuk teman tuli saja, namun juga diversifikasi bagi teman-teman netra, autisme dan Difabel lainnya. Dan tentunya, liberalisasi dengan antusiasme para kaum awam untuk mendukung emansipasi komunikasi yang memperluas eksistensi aspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H