Mohon tunggu...
Yoseph Duna Sihesa
Yoseph Duna Sihesa Mohon Tunggu... Arsitek - Man of Justice

Hanya sebuah cuap-cuap tak bertanggung jawab

Selanjutnya

Tutup

Film

Review "Joker": Ketika Surga Pun Telah Meninggalkannya

13 Oktober 2019   22:27 Diperbarui: 13 Oktober 2019   22:32 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear pembaca,

Salam kenal dariku! Aku yakin aku tidak berlebihan dalam memberi judul review pertamaku ini. Apa yang aku saksikan mengenai kisah hidup Arthur Fleck hingga lahirnya seorang Joker melalui penderitaan dan kekejaman yang ia alami memang seolah Sorga pun tak lagi mempedulikannya. Aku rasa Todd Phillips, sang sutradara berhasil membuat karya yang memukau di film ini. Tentu saja dengan dibantu acting Joaquin Phoenix yang sangat sempurna.

Harus kuakui, aku membuat review ini cukup terlambat, mengingat saat review ini dibuat, film Joker sudah tayang di bioskop lebih dari satu minggu. Untuk ukuran review film yang sangat hype, tentu waktu 1 minggu itu sangat lama. Walaupun begitu, rasanya sayang sekali untuk melewatkan review film ini. Film yang di negeri kita identik dengan kalimat, "Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti", "Orang baik adalah orang jahat yang dihargai", ataupun "Orang receh adalah orang dollar yang tersakiti *krik*...", dan sebagainya. Ada begitu banyak hal yang bisa diulik dari film ini. Ukay, mari kita mulai!

GOTHAM CITY

Aku pribadi kurang begitu cocok dengan film-film besutan DC yang memiliki tema dark. Tetapi di film ini, jujur aku sangat menyukainya (walaupun ini bukan film DC ya). Sinematografi yang disuguhkan benar-benar membuatku mengacungkan dua jempol dan membuatku sadar bahwa tema yang gelap itu tidak selalu jelek. Tapi, hey ayolah DC, jika ingin membuat film yang dark, paling tidak buatlah sebagus film Joker ini.

Gotham City disini digambarkan di era 80-an. Kita bisa melihat sebuah kota yang benar-benar kacau. Kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin terlihat sangat jelas. Media bukannya memberitakan masalah kesejahteraan sosial disana, justru malah membahas super rats yang menjadi masalah di rumah-rumah orang kaya. Daann.. Aku yakin kalian juga setuju, inilah realita yang juga dialami oleh negara kita saat ini. Damn!

GARIS BESAR KEHIDUPAN ARTHUR FLECK

Dalam film ini, Arthur Fleck, sang Joker adalah bintang utamanya. Acting luar biasa yang dibawakan JP (Jacquein Phoenix) membuat mataku hanya tertuju padanya, seolah tidak ada tokoh lain di film Joker ini.

Diawali dengan adegan yang sangat dalam, saat Arthur Fleck sedang berada di ruang rias. Ia sedang mendadani dirinya untuk bersiap menjadi badut jalanan. Ia melatih senyum dan tawanya, namun pada saat itu juga dari matanya berlinang air mata. Jujur saja, adegan ini menurutku sangat gila. Sebuah adegan yang simpel, tapi penuh makna. Adegan ini mencoba menceritakan kehidupan Arthut yang jauh sebelum ini pun telah mengalami banyak penderitaan.

Adegan-adegan selanjutnya di film ini terus membuat aku hampir menangis. Bagaimana tidak, di tengah pekerjaan sebagai badut jalanan yang sudah cukup menyedihkan, ia masih harus diganggu habis-habisan oleh sekelompok anak remaja. Diperlihatkan bahwa properti papan kayu yang Arthur gunakan dalam penampilannya pakai dirampas oleh mereka. Perhatikan disini, Arthur mengejar anak-anak itu sampai akhir, itu tandanya properti itu sangat penting baginya. Walaupun hanya sebuah papan, ia bisa dimarahi habis-habisan oleh bosnya, bahkan dipecat jika papan itu sampai tidak dikembalikan. Sangat miris bukan? Tak hanya itu, ia meminta tolong kepada warga sekitar untuk menghentikan sekelompok anak remaja itu, namun tak seorangpun mempedulikan-nya, ia meminta bantuan tapi tak seorangpun mendengarkan. Tak ada hal di dunia ini yang lebih menyakitkan dari pada dilupakan dan tidak dianggap. Ijinkan aku mengutip perkataan Dr. Hiluluk dari serial One Piece:

"Kapan seseorang mati?

Saat jantungnya tertembus peluru? Bukan.

Saat terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan? Bukan.

Saat makan jamur beracun? Juga bukan.

Manusia mati, saat ia dilupakan."

Hingga akhir cerita kita akan diperlihatkan kehidupan Arthur yang sangat menderita. Bahkan kita akan dibuat sangat iba dan berempati padanya hingga sulit membedakan apakah yang ia lakukan benar atau salah. Disini, garis perbedaan antara orang baik dengan orang jahat akan semakin terlihat abu-abu.

SKIZOFRENIA

Perlu kita ketahui bahwa delusi yang disebabkan oleh penyakit skizofrenia yang dimiliki Arthur berbeda dengan halusinasi. Delusi adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sedangkan halusinasi merupakan gejala saat indra seseorang mengalami hal yang tidak nyata. Simpelnya, kalau halusinasi masih bisa diatasi maka delusi yang dialami Arthur hampir tidak dapat ia kendalikan dan dapat terus menerus terjadi tergantung situasi dan kondisi yang membuat ia tertekan. Arthur mendapatkan penyakit ini karena kekerasan sadis yang ia alami saat masih kecil. Akibatnya saraf otaknya terganggu dan ia mengalami gangguan mental sampai sekarang.

Dalam kondisi tertawa yang tak bisa ia kendalikan, Arthur telah menyiapkan 'mantra' kertas yang menjelaskan tentang penyakitnya untuk berjaga-jaga jika suatu waktu tawanya lepas kembali. Tetapi apa yang terjadi? Orang-orang bukannya berempati, malah semakin memperoloknya. Bisakah kalian bayangkan perasaan Arthur? Sudah memiliki gangguan mental yang menyusahkan, lingkungannya pun justru semakin menjatuhkannya. Arthur benar-benar sudah jatuh, tertimpa tangga pula!


ORANG KEPERCAYAAN

Awalnya aku cukup lega karena Arthur masih memiliki seorang ibu yang ia sayangi. Kalau kita perhatikan, apapun masalah yang ditimpa Arthur diluar sana hingga membuat ia depresi, ia kembali tenang ketika ia pulang ke apartemen dan bertemu dengan ibunya. Ibunya selalu mengajarkannya untuk tersenyum, itulah yang membuat Arthur selalu memaksa dirinya untuk melupakan kesusahan-kesusahan yang ia alami ketika bertemu ibunya. Ia menonton tv dan berdansa bersama ibunya. Mungkin, sang ibu bagaikan obat penenang baginya.

Namun kebenaran yang diungkap di akhir cerita memang plot twist yang gila! Aku tak pernah menyangka bahwa ibunya pun mengalami gangguan jiwa. Apa yang ia ceritakan kepada Arthur mengenai siapa ayah kandungnya selama ini hanyalah delusinya semata. Dan parahnya, kini Arthur tahu penyebab mengapa ia menderita gangguan jiwa. Itu tak lain karena ibunya sendiri yang membiarkannya mengalami kekerasan sewaktu kecil.

Inilah puncak klimaks dari film ini. Kita bisa lihat ketika Arthur mengalami berbagai penganiayaan di lingkungannya, ia tetap bisa bertahan. Yep, ia masih memiliki seorang ibu yang menjadi tempatnya bersandar. Tetapi ketika ia mengetahui kebenaran dibalik orang kepercayaannya itu, ia langsung lost control. Ia tak lagi dapat mengendalikannya dirinya, emosinya tak lagi terbendung. DI fase ini, Joker telah lahir secara sempurna. 

PENUTUP

Pembaca, sosok Joker mungkin terlihat keren, menghabisi orang-orang biadab, koruptor, dan perusak negri ini. Tapi lain soal jika kondisinya adalah kau memiliki gangguan mental, dibully habis-habisan oleh lingkunganmu, dan tak seorang mau mengerti dan mempedulikan dirimu. Ada ratusan masalah dibelakangmu. Ada ratusan penghalang pula yang menanti di mimpi yang ingin kau tuju. Celakanya lagi, kau tak memiliki seorang yang mau menerimamu dan mempedulikanmu. Sungguh situasi yang sulit, bukan?

Masalah yang dialami Arthur Fleck hingga membuatnya menjadi seorang Joker bukan permasalahan sepele. Jujur saja aku agak risih dengan orang-orang yang sedikit-sedikit mengeluh, sedikit-sedikit mengaku depresi, dan sedikit-sedikit jadi sadboy. Aku sendiri pernah mengalami depresi parah yang membuatku jatuh sakit berhari-hari, tetapi bukan berarti masalah itu tak bisa diselesaikan. Aku selalu memiliki seseorang yang mau mengerti diriku, hanya saja ketika rasa stress itu datang, aku terlalu menutup diriku hingga tak menyadari keberadaan mereka. Bahkan berbeda dengan judul reviewku, di dunia nyata, apapun masalah yang kamu alami, Tuhan tak pernah meninggalkanmu. Jadi ingat dan bergantunglah selalu pada-Nya.

END

...

Sampai di sini dulu review Film Joker dariku. Review ini adalah sudut pandangku terhadap Film Joker, jadi mungkin ada sebagian dari kalian yang memiliki perbedaan pendapat. Aku berharap review ini dapat memberikan sudut pandang yang baru dan aku sangat senang untuk bisa berdiskusi dengan pembaca. Jadi, jangan pernah sungkan untuk berdiskusi denganku ya!

7b8dbb66-e837-4f97-8320-e3873cc7b2ae-169-5da34257097f36548a055c52.jpeg
7b8dbb66-e837-4f97-8320-e3873cc7b2ae-169-5da34257097f36548a055c52.jpeg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun