Dalam dunia pendidikan kejuruan, ada satu fakta yang sulit diterima yaitu jutaan lulusan SMK menganggur. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.731.743 lulusan SMK yang mengisi statistik pengangguran terbuka di Indonesia tahun 2018, meningkat 6,8% dari tahun sebelumnya. Padahal, orientasi pendidikan kejuruan sudah sangat jelas dan terarah, yaitu menyiapkan peserta didiknya untuk masuk ke dunia kerja.
Ketika banyak lulusan SMK yang menjadi pengangguran, mengindikasikan bahwa ada masalah besar di lingkaran pendidikan kejuruan. Bapak Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Pembangunan VI bentukan Pak Harto, sudah membawa konsep Link and Match untuk pendidikan kejuruan.Â
Jika itu berjalan dengan baik, tak ada pengangguran dari lulusan SMK. Masalahnya adalah hubungan antara SMK dan industri masih kurang "mesra". Yang kemudian berdampak pada tidak terserapnya lulusan SMK.
Esemka sebagai salah satu industri, (kembali) hadir dengan membawa semangat kepedulian terhadap siswa dan lulusan SMK. Dengan berjalannya proses produksi mobil oleh Esemka dan mitranya, tampaknya membawa harapan baru bagi SMK. Bagaimana peran Esemka untuk SMK? Mari kita bahas bersama.
Peran Esemka Untuk SMK
Esemka sudah membuka diri, dengan mengizinkan Kompas meliput "dapur" Esemka. Dalam liputan Kompas tersebut, diketahui bahwa Esemka melibatkan cukup banyak lulusan SMK sebagai pegawai dan siswa SMK yang magang (Praktik Kerja Lapangan). Maka image yang terbangun adalah Esemka memiliki perhatian lebih terhadap SMK, bukan sekedar menghasilkan produk.
Upaya pengembangan SMK melalui Esemka sebenarnya sudah diangkat sejak munculnya embrio Esemka yang dahulu dikenalkan Bapak Joko Widodo saat menjabat Walikota Surakarta.Â
Hanya saja, jalan yang ditempuh Esemka kala itu, tidak semulus jalan tol. Begitu banyak kepentingan lain yang justru menghambat, dan begitu banyak misteri yang membuat pihak lain "sulit" masuk untuk turut mengembangkan mobil nasional. Hingga akhirnya, 2019 ini baru mulai tampak hasil perakitan mobil Esemka.
Kita skip bagian masa lalu ini, tak perlu dibahas. Yang ingin saya sampaikan adalah intinya sejak awal Esemka memang akan dijadikan ruang untuk siswa & lulusan SMK berkarya. Terntunya berkarya sesuai porsi dan kapasitas SMK, yaitu sebagai tenaga terampil.
Yang menarik adalah karyawan Esemka bukan hanya dari lulusan SMK di Jawa tetapi juga ada yang lulusan SMK dari Nias Sumatera Utara. Begitupun siswa magang ada yang dari Nusa Tenggara Timur.Â
Tentunya ini menjadi angin segar bagi SMK diseluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa yang memang kesulitan untuk mengakses proses produksi/perakitan kendaraan. Tentunya Kita berharap pabrik Esemka ini terus berkembang, agar semakin banyak lulusan SMK yang terserap. Sehingga pengangguran dari lulusan SMK dapat terus tergerus.
SMK Mitra Strategis Untuk Esemka
Berdasarkan Pengakuan karyawan yang lulusan SMK, Mereka sudah bekerja di esemka sekitar 2 tahun, artinya aktifitas produksi sudah mulai sejak 2017. Saat ini kapasitas produksi 40 unit mobil perhari, jadi 1 bulan penuh bisa mencapai 1200 unit. Apakah unit sebanyak itu hanya akan dijual di showroom pusat produksi Boyolali? Seharusnya tidak. Hingga saat ini, belum ada informasi diler Esemka di daerah lain, selain di pusat perakitan di Boyolali.
Pihak esemka bisa membuka peluang pihak lain untuk membentuk APM Esemka. Namun, menurut saya, akan sangat menguntungkan jika memberi peluang SMK untuk menjadi agen pemasaran, yaitu memanfaatkan unit produksi SMK atau mengembangkan metode teaching factory di SMK.
Keuntungan untuk kedua belah pihak tentunya, SMK dan Esemka. Esemka diuntungkan dengan banyaknya jumlah SMK di Indonesia, bahkan ada di setiap kecamatan. Dengan menggandeng SMK, maka pihak esemka akan semakin dikenal di berbagai pelosok daerah. Selain itu, yang terpenting adalah esemka dapat dengan mudah memasarkan Pick Up yang kabarnya memang untuk pedesaan. Sehingga dengan menjadikan SMK sebagai mitra, maka akan menjadi metode pemasaran yang tepat sasaran.
Keuntungan bagi sekolah, pertama yaitu pihak sekolah bisa mendapat keuntungan ilmu. Ilmu melalui unit kendaraan yang ada di sekolah. Siswa di SMK bisa mempelajari teknologi mobil-mobil esemka.Â
Keuntungan ini juga memiliki irisan dengan keuntungan pihak Esemka. Jika siswa SMK sudah mahir dengan teknologi produk-produk esemka, maka pihak esemka tidak akan kesulitan mencari input pegawai.
Keuntungan kedua, sekolah bisa mendapat rupiah dari laba penjualan mobil esemka. Laba tersebut dapat dimanfaatkan sekolah untuk pengembangan sarana prasarana pembelajaran atau pengembangan SDM. Dahulu, di SMK ada yang namanya Unit Produksi (UP), yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk memasarkan produk-produk hasil siswa SMK. Namun, karena berbagai hal, UP SMK di seluruh Indonesia dihentikan. Kemudian diganti dengan istilah Teaching Factory.
Peran Esemka terhadap penurunan Jumlah Pengangguran SMK
Selain fokus di bisnis utama yaitu produksi mobil, Esemka diproyeksikan dapat menyerap lulusan SMK. Meskipun esemka memiliki niat baik untuk menyerap lulusan SMK, namun angka 1,7juta jiwa tersebut tentu angka yang sangat besar untuk Esemka yang sedang berusaha untuk berdiri.
Jika saja Esemka bisa mengoptimalkan kerjasama dengan SMK, mulai dari mulai dari kurikulum pembelajaran SMK, relevansi alat dan bahan praktik di SMK dan Esemka, Esemka berperan menghidupkan Teaching Factory/Unit Produksi di SMK dengan cara memfasilitasi SMK sebagai media penjualan, maka niat awal Esemka untuk SMK akan tercapai. Semoga Esemka dan mitranya bisa terus berkembang, dan diterima masyarakat luas. Sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja lulusan SMK. Semoga.
Stop Pencitraan Esemka Karya SMK
Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia diketahui bahwa ada 9 level kualifikasi kerja. Level 1 diduduki lulusan SMP/SLTP, level tertinggi yaitu 9 menjadi hak lulusan S3, S3 Terapan dan program Spesialis II. Pada jenjang tersebut lulusan SMK berada di level 2, dengan status sebagai operator. Artinya, pihak Esemka dapat memberdayakan siswa (magang) dan lulusan SMK sebagai operator di berbagai peralatan/mesin produksi/perakitan mobil Esemka.
Dengan keterapilan sebagai operator, maka tidak tepat jika mobil Esemka dicitrakan seabgai produk siswa SMK. Untuk membuat mobil mulai dari Nol, bukan sekedar dibutuhkan keterampilan. Peran tenaga analis dan ahli menjadi kunci utama, sedangkan operator --sesuai dengan namanya-, sebagai pelaksana kegiatan produksi. Nah, selama ini yang digaungkan adalah mobil esemka karya SMK. Ini jelas keliru.
Jika hal itu terus digaungkan, saya khawatir jika produk Esemka justru tidak diterima di pasar otomotif Nasional. Masyarakat akan ragu dengan kualitas mobil Esemka. Percayalah, tak banyak orang yang bersedia membeli suatu produk dengan harga puluhan hingga ratusan juta hanya karena faktor "perasaan" apalagi karena hubungan politik. Terlalu riskan untuk berpsekulasi di ranah ini.
Esemka dan Mobil Nasional Ke Depan Dalam Persfektif Politik
Harus diakui bahwa perjalanan Esemka cukup panjang, bahkan hingga kini masih belum mendapat kepastian kapan akan melaju ke pasar otomotif Nasional. Akibatnya, Esemka menjadi isu yang gencar dilontarkan untuk "menyerang" salah satu kelompok politik peserta pemilu 2019.Â
Berkaca pada perusahaan otomotif Malaysia, yaitu Proton, yang sejak awal mendapat dukungan penuh pemerintah berupa kekuatan ekonomi dan politik, maka saya tertarik untuk membahas bagaimana nasib mobil nasional jika Pak Prabowo menjadi Presiden terpilih pada pemilu 17 April besok?
Saat orasi kebangsaan tanggal 14 Februari 2019 di JCC, Pak Prabowo menyatakan bahwa "Kita harus bikin mobil bener-bener produk Indonesia, jangan mobil etok-etok" Calon Presiden Nomor urut 2 ini memiliki niat dan semangat untuk mengembangkan mobil nasional yang benar-benar karya Indonesia. Pernyataan tersebut sepertinya menjadi harapan baru pengembangan mobil nasional untuk Indonesia. Ya harapan baru, sebab sepanjang pemerintahan Pak Joko Widodo, hingga kini esemka masih menyimpan banyak tanda Tanya.
Prabowo berencana menggiatkan lagi industrialisasi di Indonesia. Salah satunya industri otomotif ini. Jika Pak Prabowo dan Pak Sandi terpilih menjadi presiden dan wakil presiden dan merealisasikan janji kampanye membangun mobil Nasional, Beliau bisa memberdayakan berbagai perusahaan manufaktur di Indonesia untuk memproduksi berbagai komponen kendaraan. Selain itu, dapat juga memanfaatkan berbagai perguruan tinggi (sekolah vokasi atau universitas) untuk melakukan pengkajian dan penelitian dalam upaya mengembangkan teknologi.
Bagaimana nasib Esemka jika Pak Prabowo menang Pemilu 17 APril 2019 besok dan segera merealisasikan mobil Nasional yang berbeda dengan Esemka? Apapun hasilnya, semoga SMK masih mendapat perhatian khusus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H