Tahun 2010, Mereka melakukan perluasan usaha dan kerjasama, hingga ke negeri China. Salah satu mitra yang diketahui adalah Guangdong Foday Automobile (GFA). Salah satu produknya yang kala itu sangat fenomenal adalah ESEMKA RAJAWALI. Menurut informasi, Esemka Rajawali I dibuat berbasis Chery Tiggo dan Rajawali I Alpha berbasis Foday Exploler 6. Kolaborasi Esemka, dapat tambahan anggota baru, Chery.
Awal tahun 2012, Bapak Sukiyat sebagai pengelola Kiat Motor Klaten -penggagas brand Kiat Esemka-, mengakui bahwa sebagian komponen masih mengadopsi desain mobil dari Korea, Australia dan juga China. Beliau menjelaskan masih sulit mencari komponen lokal hingga terpaksa harus mengadopsi dari luar.
Namun, tampaknya pihak Pemkot Solo sebagai pengembang Esemka melalui bendera PT Solo Manufaktur Kreasi, tidak senang dengan keterbukaan Sukiyat. Wakil WaliK ota Solo kala itu, Pak FX Hadi Rudyatmo, menyampaikan bahwa produksi mobil Esemka murni dilakukan penuh oleh siswa SMK. Entah apa maksud pernyataan tersebut, apakah maksudnya seluruh komponen diproduksi oleh siswa SMK atau maksud lain.
Tampaknya drama dan konflik tersebut berlanjut, dengan pengakuan dari Pak Sukiyat, yang menyatakan bahwa dirinya merasa terancam. Menurutnya, beliau hanya menyampaikan kondisi teknik yang sebenarnya. Namun, ternyata ada pihak yang tidak senang dengan apa yang beliau beberkan. Bahkan, Pak Sukiyat mempersilahkan Wali Kota Solo kala itu, Pak Joko Widodo dan kawan-kawan, untuk menyebutkan darimana komponen utama Esemka berasal.
Tahun 2014, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bekerja sama dengan Beijing Automobile International Corporation (BAIC). Kerja sama tersebut terkait suplay komponen, dalam hal ini kerjas ama untuk menyuplai sebagian komponen mobil untuk Esemka (sumber). BAIC adalah salah satu perusahaan besar di China yang memproduksi mobil dan komponennya.
Sempat lama tak ada kabar, alias vakum di media nasional, Esemka kembali menggebrak media pada tahun 2016. Ditandai dengan berita Esemka membangun pabrik di Boyolali. Setahun kemudian, Esemka kembali unjuk gigi dengan mengeluarkan produk teranyarnya, Digdaya 2 mengaspal di jalan raya. Lagi, Esemka Digdaya generasi kedua itu identik dengan mobil China, yaitu Foday F22.
Itulah sejarah singkat perkembangan Esemka hingga kini. Kembali ke Garuda 1. Melihat sejarah kerjasama dan mobil yang dipamerkan atau tertangkap kamera di jalan raya, sepertinya Esemka memang masih menggunakan konsep kerjasama dengan Foday. Termasuk dengan Garuda 1 yang sangat identik dengan Foday Landfort.
Jika kerja sama dengan Chery dan BAIC masih berlanjut hingga sekarang, bisa saja Garuda 1 tidak 100% identik dengan Foday Landfort. Misalnya menggunakan komponen dari Chery dan BAIC, dan Body menggunakan desain Foday Lanford. Atau menggunakan komponen dari perusahaan/ vendor lainnya yang tidak diungkapkan ke media.