Setelah menunggu beberapa saat hingga lampu hijau, baru bis tersebut bisa melipir ke kiri. Saat kami mulai bisa berjalan dan sopir truk berpapasan dengan sopir bis, sopir truk yang berani ini memarahi dan mengeluarkan umpatan kasar pada sopir bis nakal. Lucunya, tak tampak penyelasan apalagi permohonan maaf dari sopir bis. Justru wajah sopir bis tersebut tampak marah. Lucu sekali, salah kok marah!
Apa Yang Bisa Dilakukan Penumpang Oknum Bis Ngugal?
Perilaku oknum sopir bis yang ngugal ini jelas membahayakan pengendara lain dan penumpang bis itu sendiri. Jika mungkin ada pengedara lain (seperti sopir Truk yang saya ceritakan di atas) berani menegur dan memarahi si sopir bis tersebut, lantas apa yang bisa dilakukan penumpang bis?
Sebagai penumpang, ingin sekali rasanya menegur si sopir ngugal tersebut. Tetapi, jujur saja, saya pesimis. Menegur oknum sopir yang perilakunya seperti itu, mungkin tidak akan membuahkan hasil. Lha wong sopir truk “sangar” yang menegur aja dilawan, apalagi saya yang “imut-imut” ini? Bisa jadi, bukannya me-nyadar-kan,eh justru saya malah digampar. Kan repot. Tapi, ada hal lain yang bisa saya lakukan, yaitu lapor ke dinas terkait.
Pembinaan Sopir Bis
Karena perilaku ugal-ugalan ini sudah saya temui sejak lama, kemudian timbul pertanyaan: ada gak sih pembinaan atau pelatihan berkendara untuk para sopir bis tersebut? Dari dulu kok KAYAKNYAAA, gaya berkendaranya begitu-gitu aja.
Untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu, saya pun merasa perlu untuk menghubungi dinas terkait, yang mengurusi Perhubungan dan angkutan darat. Berhubung oknum sopir tak taat aturan lalu lintas yang saya temui berasal dari perusahaan transportasi berbasis di Surabaya, maka saya menghubungi Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur.
Saya menghubungi via telpon, siang tadi (20/4/2017). Setelah mengenalkan diri, saya pun mengutarakan tujuan saya menghubungi Beliau. Pertanyaan utama saya adalah “apakah selama ini ada pembinaan atau pelatihan untuk sopir bis?”. Dengan ramah dan suara merdu, Ibu pegawai Dinas Perhubungan menyampaikan bahwa selama ini sudah ada pelatihan untuk sopir. Pelatihan tersebut melibatkan pihak kepolisian sebagai salah satu narasumber/instruktur.
Pelatihan tersebut diselenggarakan 12 kali dalam setahun, dengan kuota jumlah peserta tiap periode adalah 50 orang sopir. Nah, ternyata sudah ada upaya pembinaan dari dinas terkait, tapi kok ya masih “seneng” melanggar aturan?
Berkendara Tak Hanya Butuh Skill
Saya percaya bahwa berkendara itu bukan hanya butuh skill mengemudi. Ada aspek lain yang tak kalah penting, yaitu karakter. Orang yang awalnya tidak bisa mengemudi, bisa saja mengikuti pelatihan singkat mengemudi hingga akhirnya mahir. Tetapi, untuk urusan karakter, susah diubah.