Di akhir penyampaian kritik dan saran, Mas Antok menyimpulkan bahwa sebab permasalahannya adalah sikap premanisme, mulai dari bagian terkecil hingga besar. “Semua kebijakan tentang penataan kota itu selalu diintervensi oleh premanisme. Jadi, sudah saatnya untuk pola-pola premanisme itu kita rangkul. Mereka harus kita berdayakan, untuk sama-sama bekerja. Karena, bagi saya, preman preman adalah warga kita juga yang harus kita bina dan mereka juga punya hak yang sama untuk tinggal di Jogjakarta dan mendapat kesejahteraan” Tutup Mas Antok.
Sri Sultan Ingin Dialog Rutin Dengan Netizen Dan “Bergaya” Santai
Setelah mendengar berbagai kritik dan saran dari Masyarakat Digital Jogja (Masdjo), tampaknya Sri Sultan HB X menganggap bahwa dialog seperti ini perlu dilanjutkan. Guna terus menampus aspirasi dari Masdjo. Bahkan, Beliau menyarankan untuk dialog secara rutin, setiap 3 atau 4 bulan sekali.
“Setiap minggu pun mereka (netizen) siap, karena memang selo (nganggur)” Canda sang pemandu acara, Anang Batas, yang disambut tawa peserta dialog. Selain rutin, harapannya dialog juga berjalan lebih santai, tidak kaku seperti dialog Senin pekan lalu ini.
“Di duga” kuat, penyebab kaku-nya dialog ini adalah karena masih awal dan diharuskan mengenakan batik. “Biasane ra nggo batikan necis, dadi bingung” kembali sang Komedian Anang Batas mengeluarkan skill komedi-nya. “Nggak, (pakaian) bebas saja” jawab Sri Sultan HB X. Yess :D
Jawaban Netizen Atas Permintaan Sri Sultan HB X
Di akhir acara, Sri Sultan HB X kembali mengingatkan Netizen dengan pertanyaan inti: “Bapak (netizen) sanggup tidak bekerjasama untuk mendesain (DGS)?”. Tanpa ragu, Netizen serentak mengucapkan “SANGGUP”. Dialog malam itu pun diakhiri dengan foto bersama.
..BERSAMBUNG…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H