Cuaca Sabtu (18/2) pagi itu tampak bersahabat, tidak panas dan tidak hujan. juga “Paling nanti sore hujan mas” prediksi Mas Nuzulul Arifin, partnerberkendara saya saat menuju lokasi tubing Lava bantal, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta. Karena saya bersama Beliau yang sangat familiar dengan daerah ini –Berbah-, maka mudah saja Kami tiba di lokasi. Berbeda dengan teman-teman yang lain, yang katanya sempat tersasar. Berkat “navigator” handal, Kami terlebih dahulu tiba di lokasi, 8 orang lainnya masih O.T.W: Oke Tunggu Wae.
….
Setibanya di lokasi parkir Lava Bantal, Kami disuguhi suara arus air Kali Opak yang begitu deras. Suara yang memaksa saya untuk lebih mendekati tepian Kali itu. Tepian kali tersebut dipenuhi gundukan batu yang menyerupai tumpukan bantal. Berdasarkan informasi, gundukan batu tersebut adalah aliran Lava yang telah mengeras sejak jutaan tahun lalu. Sebab itulah dinamakan Lava Bantal.
Tentu saya tidak akan mereka-ulang adegan “Panjat-Terjun” itu di Lava Bantal Kali Opak ini. Berbahaya. Arusnya yang sangat deras, bebatuan besar dan kedalaman yang bervariasi bukan tempat yang tepat untuk aksi “Panjat-Terjun”. Yang tepat adalah Tubing.
Wisata Tubing kerap dimaknai sebagai aktifitas menyusuri kali atau sungai dengan menggunakan Ban yang berukuran besar. Tubing juga kerap dimaknai sebagai Single Rafting, karena memang “dimainkan” sendirian. Bisa juga dilakukan beramai-ramai, dengan membentuk berbagai formasi. Seperti gambar di bawah ini:
Tubing Bersama GeoTubing: Trek “Syahdu” danTrek “Ekstrim”
Geotubing Lava Bantal adalah salah satu pengelola wisata Tubing Lava Bantal di Kali Opak. Terkandung Visi mulia dari penggunaan nama “GeoTubing, “Geo itu mengacu pada kata Geologi” ungkap Pak Sarwoto, salah satu pengelola Geotubing Lava Bantal, yang sekaligus menjabat Ketua Himbunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sleman. Karena memang di lokasi ini terdapat situs ini terkandung unsur ilmu Geologi, misalnya batuan yang bersalah dari letusan Gunung Merapi.
Geotubing Lava Bantal menyediakan 2 pilihan jalur atau trek Tubing, yaitu trek panjang dan trek pendek. Titik start trek panjang adalah di Babadan, Kalitirto dan finish di bawah jembatan Gemblung (jembatan lava bantal), dengan jarak tempuh sekitar 2 Km. Waktu tempuh trek panjang ini antara 1 jam hingga 1,5 jam, tergantung debit air dan intensitas hujan. “tapi kalo betul-betul habis hujan di Utara, di Merapi, itu (trek panjang) hanya 30 sampai 40 menit” Terang pak Sarwoto. “Kalau debit airnya di atas 50, Kita gak berani menurunkan tamu” sambungnya. Artinya, pihak Geotubing selalu mengontrol debit air Kali Opak, untuk tetap menjaga keamanan dan keselamatan berwisata.
Trek panjang ini karakter arus airnya relatif tenang. Namun pada beberapa titik, khususnya pada belokan atau penyempitan lebar sungai, arusnya cukup deras. Saat perjalanan menelusuri trek panjang ini, Kita akan disuguhi dengan pemandangan pedesaan yang masih asri dan barisan pohon bambu. Satu yang cukup menarik adalah spot yang kanan-kiri-atas dipenuhi bambu. Spot tersebut kerap dinamai “Lorong Syahdu”. Mungkin karena kesunyian Kali Opak dan Ketenganan arusnya, menjadikan lokasi tersebut begitu syahdu.
Geotubing bukan hanya memberikan keseruan Tubing, tetapi juga memberikan nilai-nilai edukasi. “pada awal dibuatnya Geotubing itu karena memang Kita tertarik pada wisata edukatif Geotubing” tambahnya. Konsep wisata yang sangat menarik, yaitu wisata alam sungai yang dipadukan dengan pengenalan sejarah geologi dan nilai edukasi.
Dengan konsep tersebut, setelah ber-Tubing-ria, pengunjung tak hanya dapat keseruan bermain air, tetapi juga memperoleh pengetahuan dan wawasan sejarah. Utamanya sejarah letusan gunung Merapi yang mengeluarkan Lava, yang mana Lava tersebut mengalir ke berbagai daerah, salah satunya menuju Kali Opak Berbah ini.
Selain sejarah, terkandung juga nilai edukasi sosial dan lingkungan. Salah satu perjuangan terberat saat membuka spot wisata yang baru berdiri pada 18 Desember 2016 ini adalah pengambilan sampah di tepi kali Opak. “Jika nanti melihat di kiri kanan (tepi Kali Opak) ada sampah, bisa saya katakan bahwa sampah itu tinggal 25 persen dari awal kami membuka Geotubing” Ujar Pak Sarwoto. “Karena dulu sempat pesimis, mampu gak membersihkan sampah sebanyak ini, karena sampah itu sudah puluhan tahun” Kenang Beliau.
Guna terus mengurangi volume sampah di Kali Opak, Mereka mengadakan “Merti Kali Opak” yaitu gerakan bersih-bersih Kali. Kegiatan kebersihan tersebut dilakukan rutin setiap hari Kamis dan melibatkan puluhan orang. Upaya Mereka dalam membersihkan sungai ini, sedikit banyak akan meng-edukasi masyarakat sekitar sungai (hulu maupun hilir) dan pengunjung Geotubing untuk tidak membuang sampah di Kali.
Dengan konsep wisata yang menarik dan bermuatan edukasi ini, wisata Tubing dengan Geotubing ini ternyata banyak diminati masyarakat. Meskipun baru berdiri pada 18 Desember 2016, Geotubing ini sudah mencatatkan lebih dari 500 pengunjung. Semoga Geotubing Lava Bantal dan masyarakat sekitar dapat terus mengembangkan wisata dengan konsep yang sangat baik ini: keseruan dan edukasi. Agar masyarakat luas dapat terus menikmati menikmati tubing yang syahdu, seru dan bermuatan edu. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H