Rabu kemarin (31/8/2016), saya mengisi bahan bakar sepeda motor di SPBU daerah Klaten, tepatnya dekat pabrik gula Gondang. Sore itu, kebetulan SPBU-nya sepi, saya tidak antre dan tidak ada antrean di belakang saya. Jadi, saya punya waktu untuk sejenak ngobrol dengan operator yang melayani pengisian BBM motor matic kesayangan saya ini.
“Pak, apa bener Premium tidak akan dijual lagi di pom?” pertanyaan saya ini didasari dari info yang banyak beredar di dunia maya, yang mengisyaratkan bahwa Premium akan menghilang dari peredaran.
“Iya mas, supply Premium dikurangi,” jawab operator dengan nada ramah. “Kemungkinan premium cuma sampe akhir tahun,” tambahnya. “Itu sekedar isu atau sudah resmi pak?” saya penasaran. “Sudah ada surat edaran dari Pertamina dan Migas kok, Mas,” tegas beliau. Meskipun saya tidak melihat langsung bagaimana isi surat edaran/himbauan pembatasan atau penghentian supply Premium dari Pertamina, namun tanda-tanda kepunahan Premium sudah lama terbaca.
Tanda-Tanda Kepunahan Premium
Salah satu tanda awal punahnya Premium adalah dengan lahirnya Pertalite tahun lalu. Dikabarkan, Pertalite hadir untuk memberi pilihan bahan bakar untuk masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, disinyalir, Pertalite hadir untuk menggantikan Premium. Hal ini diperkuat dengan pernyataan rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas, yaitu Premium dihapus dalam 2 tahun sejak awal 2015 (sumber). Artinya, tahun 2017 nanti, SPBU tak lagi menjual premium.
Saat ini, sebagian besar SPBU sudah menjual Pertalite, ancang-ancang larinya Pertamina meninggalkan Premium semakin jelas. Hasil pengamatan di berbagai SPBU kawasan Yogyakarta dan Klaten, tulisan huruf kapital PREMIUM di atas unit dispenser BBM hanya samar-samar terlihat, ditutup dengan tulisan PERTALITE. Tak hanya SPBU, pedagang eceran pun sudah jarang yang menjual Premium, ganti Pertalite. Ditambah lagi banyaknya media yang memberitakan dibatasinya supply Premium. Fakta-fakta tersebut menjadi tanda-tanda meyakinkan tentang kepunahan Premium dari peredaran.
Larangan Keras Pembelian Premium dengan Jerigen
Masih berdasarkan obrolan dengan operator SPBU di kawasan Klaten pada Rabu (31/8/2016) kemarin, “Pom juga sudah dilarang menjual Premium dengan jerigen, Mas. itu sudah ada spanduk larangan menjual Premium pake jerigen,” kata operator sembari menunjuk arah spanduk di halaman depan SPBU.
Transisi Premium Ke Pertalite Dari Sudut Pandang Teknologi
PremiumRON 88 merupakan bahan bakar dengan kualitas terendah untuk kelas gasoline. Bahan bakar RON 88 sudah ditinggalkan oleh banyak negara, dengan pertimbangan polusi lingkungan dan teknologi otomotif. Masalah tersebut, dahulu sudah pernah saya tulis pada artikel: Terkait Konsumsi Premium: Masyarakat Butuh Edukasi dan Kampanye Ilmiah.
Dengan hilangnya Premium RON 88, maka besar kemungkinan, masyarakat akan beralih ke Pertalite, yang harganya hanya selisih beberapa ratus rupiah. Dibanding Pertamax, apalagi Pertamax Plus atau Turbo, yang harganya jauh lebih mahal daripada Premium. Dari aspek teknologi, khususnya teknologi otomotif, transisi ini adalah sebuah kemajuan. Ya kemajuan. Sebab, Pertalite dengan RON 90, berdampak lebih baik untuk proses pembakaran mesin, yang selanjutnya berpengaruh pada performa kendaraan dan komponen utama mesin. Selain itu, kandungan polutan dari gas buang sisa pembakarannya pun dipercaya lebih baik daripada pembakaran Premium.
Efek Domino Peralihan Premium oleh Pertalite
Hilangnya Premium, tentu tak hanya dilihat dari sudut pandang teknologi. Aspek ekonomi akan mendominasi perdebatan punahnya Premium dari peredaran. Kebutuhan BBM bagi masyarakat tidak bisa lagi dipandang sebagai kebutuhan sekunder apalagi tersier. Setiap hari, masyarakat butuh bensin, untuk menunjang aktivitas, termasuk aktivitas bekerja mencari makan. Maka, tak heran jika nantinya benar Premium akan punah akhir tahun ini, maka akan berdampak pada perubahan harga kebutuhan pokok lainnya. Sebuah efek domino dari transisi Premium ke Pertalite yang memiliki perbedaan harga.