Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rencanakan “Warisan” Terbaik Untuk Anak

12 Agustus 2016   20:04 Diperbarui: 12 Agustus 2016   20:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, usia anak saya memang belum genap 2 tahun. Tetapi, perencanaan kebutuhan masa depannya sudah sejak lama saya pikirkan dan rancang. Kebutuhan masa depan yang bisa dibilang “maha” penting adalah kebutuhan pendidikan, seperti pendidikan agama, karakter, hingga pendidikan formal. Dari beberapa pendidikan penting itu, satu yang butuh perencanaan matang adalah pendidikan formal, yaitu sekolah. Pasalnya, pendidikan formal membutuhkan biaya yang tak sedikit dan nominalnya cenderung terus meningkat.

Kaget Sekarang atau Nanti?

Saya dan istri berencana memberikan pendidikan usia dini untuk anak Kami, dalam waktu dekat. Untuk itu, saya melakukan survey ke beberapa Playgroup atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau sejenisnya di daerah tempat kami tinggal yaitu Yogyakarta dan Klaten. Hasil survey cukup membuat saya tercengang. Ternyata biaya di Playgroup atau PAUD cukup mahal. Ini kesimpulan saya, mungkin bagi orang lain, harga tersebut tidak mahal. Relatif.

Kemudian survey pun saya lanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD), dengan mendatangi beberapa SD daerah sekitar Kami. Hasil survey tak jauh berbeda dengan survey sebelumnya di Playgroup atau PAUD, yaitu biayanya mahal. Sekali lagi, ini mahal menurut saya, mungkin tidak bagi orang lain. Untuk “mahalnya” biaya SD, sebenarnya saya tidak terlalu kaget dan heran. Sebab, saya pernah menanyakan hal itu ke rekan kerja yang memiliki anak yang sedang mengenyam pendidikan di SD. Tetapi saya merasa perlu survey langsung untuk memastikannya. 

Meskipun sempat kaget dengan biaya Playgroup dan SD, tetapi saya masih sempat bersyukur. Sebab, saya mengetahuinya sejak dini. Ini tentu memberikan saya waktu lebih untuk menyiapkan pendidikan untuk anak. Lebih baik “kagetnya” sekarang daripada nanti-nanti.

Pendidikan Adalah Prioritas

Meskipun biaya pendidikan formal relatif mahal, tetapi pendidikan harus diprioritaskan. Sebab  proses pendidikan akan menumbuh-kembangkan potensi diri anak yang berguna untuk pertumbuhan dan masa depannya kelak. Benjamin S. Bloom, seorang pakar pendidikan yang sangat terkenal, menekankan bahwa pendidikan akan bermanfaat untuk menumbuh-kembangkan sikap/perilaku (Affective), pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor). Ketiga aspek tersebut sangat dibutuhkan manusia dalam menjalani hidupnya, apalagi untuk anak-anak yang sedang tumbuh.

Ranah sikap/perilaku (Affective) jelas bermanfaat untuk membentuk anak atau peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter mulia. Sedangkan pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor)  berguna sebagai bekal “Life Skills” untuk membangun kemandirian anak dimasa yang akan datang. Itulah pentingnya pendidikan untuk anak dan masa depannya. Terlebih, anak adalah aset Bangsa yang nantinya berperan dalam mengisi kemerdekaan dan menjaga kedaulatan Bangsa diberbagai aspek. Apa jadinya jika mereka tidak mendapat pendidikan yang layak? Sulit dibayangkan.

Mungkin semua akan sepakat bahwa orangtua adalah pendidik utama bagi anak. Namun, peran itu biasanya hanya dominan pada ranah sikap/perilaku (Affective). Orangtua butuh pihak lain untuk menguatkan pendidikan dengan melengkapi komponen pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor) untuk anak.

Pihak yang memiliki peran strategis untuk itu adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Kembali ke pokok awal, untuk mengenyam pendidikan di sekolah, butuh biaya. Seperti iuran rutin bulanan/semester, kebutuhan pakaian dan alat tulis, yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Kesimpulan sederhananya, pembiayaan pendidikan adalah prioritas.

Saya bisa merasakan nikmatnya Pendidikan Tinggi, hingga jenjang Magister karena orangtua saya menempatkan pendidikan pada prioritas utama. Orangtua saya adalah petani. Berawal dari bertani sayur dan buah, seperti Terong, Tomat, Cabai, Semangka, Karet Alam dan lain-lain. Hasil panen sayuran dan buah itu selalu ditabung di Bank. Dahulu saya sering diajak Bapak menabung di Bank. Berboncengan mengendarai sepeda, menuju Bank yang jaraknya sekitar 3 Km dari rumah. Saya ingat betul, alasan Bapak menabung di Bank adalah agar uangnya aman, untuk masa depan Kami anak-anaknya. Terutama masa depan pendidikan.

Saat pohon karet mulai dikenal dan diperkirakan memiliki prospek yang bagus, Orangtua mulai menanam karet. Sekitar tahun 2002, Pohon Karet (Bahasa latin: Hevea brasiliensis) mulai memasuki era kejayaan, harga getah karet ditingkat petani terbilang lumayan. Lambat laun, petani karet banyak yang menjadi “orang kaya baru”.

Sepeda motor baru, bahkan mobil baru, banyak menghiasi teras rumah petani karet. Tetapi tidak di teras rumah kami. Hanya ada motor lawas dan tidak ada kendaraan roda empat. Meskipun saat itu, orangtua bisa saja membeli mobil baru dengan cara kredit- seperti sebagian petani karet yang lain-, tetapi tidak mereka lakukan. Alasannya satu: lebih baik uangnya ditabung untuk biaya pendidikan anak. Upaya orangtua dalam memprioritaskan pendidikan membuat Kami –ketiga anaknya- bisa menikmati Pendidikan Tinggi.

Prosesi Menjual Karet Balokan Ke Pengepul (Foto Dok Pribadi)
Prosesi Menjual Karet Balokan Ke Pengepul (Foto Dok Pribadi)
Warisan Terbaik Bukanlah Harta, Melainkan Pendidikan

Persoalan rencana dan upaya pendidikan anak, saya punya “inspirator”. Tak perlu jauh-jauh, Inspirator tersebut adalah orangtua saya sendiri. Menurut saya, Mereka begitu hebat dalam hal perencanaan pendidikan Kami anak-anaknya. Pertama, meskipun bukan orang berpendidikan tinggi, tetapi Mereka selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya.

Mereka Beranggapan bahwa warisan terbaik bukanlah harta, melainkan Pendidikan. Kedua, Mereka punya perhitungan matang untuk beradaptasi dan merespon perubahan dunia pendidkan dan biaya untuk itu.

Masih jelas dalam ingatan, dahulu Bapak saya pernah berkata “Bapak gak iso wariske harta sing okeh, mung iso nyekolahke (Bapak tidak bisa mewariskan harta yang banyak, hanya bisa menyekolahkan (memberi pendidikan)". Itu pesan yang kerap Beliau sampaikan pada Kami ketiga anaknya. Sering sekali, hingga saya begitu hapal dengan kalimat “sakti” itu dan menjadi motivasi saya untuk terus belajar.

Orangtua saya bukan orang yang beruntung dalam hal pendidikan. Bapak tidak bisa meluluskan SMA-nya dulu karena ketiadaan biaya. Padahal ketika itu Bapak sudah kelas 3 SMA, tetapi dikeluarkan dari sekolah gegara tak bisa membayar iuran sekolah. Begitu juga dengan Mamak yang tak lulus SD karena masalah biaya.

Faktor ekonomi memaksa Bapak menjadi kaum transmigran, meninggalkan tanah kelahirannya di Jember Jawa Timur, merantau ke Sumatera Selatan. Begitu juga dengan Mamak (Ibu), mengikuti Orangtuanya meninggalkan Jawa Tengah dan merantau ke Sumatera Selatan. “Nek gak merantau, bakal soro terus (kalau tidak merantau, akan susah terus)” kalimat yang juga sering Bapak ucapkan ketika Kami sedang santai dan bernostalgia.

Ketidak-beruntungan orangtua dalam pendidikan formal menjadi alasan mereka dalam memprioritaskan pendidikan. Mereka sangat memperhatikan kebutuhan pendidikan ketiga anaknya. “Bapak gak iso sekolah duwur, tapi kowe kudu sekolah terus (Bapak tidak bisa sekolah tinggi, tapi kamu harus sekolah terus)” begitu pesan Bapak.

Meraka yakin bahwa pendidikan bisa membuat hidup lebih baik dan membentuk kemandirian hidup. Itu lah warisan terbaik orangtua untuk anaknya. Warisan harta atau benda cenderung akan cepat habis dan jika dibagikan pasti akan berkurang. Berbeda dengan pendidikan, yang jika dibagikan tidak akan berkurang, justru akan terus bertambah.

Perencanaan Pendidikan Yang Adaptif dan Responsif Terhadap Perubahan

Pelajaran kedua yang saya peroleh dari orangtua tentang pentingnya merencanakan pendidikan adalah beradaptasi dan merespon setiap perubahan, termasuk perubahan kondisi ekonomi dan biaya pendidikan. Ini penting agar suatu saat tidak “kaget” atau “kelabakan”, terutama saat membutuhkan biaya untuk pendidikan anak.

Begini kasus nyatanya…

Akhir tahun 2012, saat adik saya masih SMA, Dia punya keinginan untuk kuliah di Yogyakarta. Ia ingin mengikuti jejak saya, meninggalkan kampung halaman di Sumatera Selatan dan menuntut ilmu di Yogyakarta. Seperti diketahui, biaya pendidikan tinggi saat ini melambung tinggi.

Di satu sisi orangtua butuh biaya besar untuk kuliah si bungsu. Namun di sisi lain, harga karet sedang turun drastis. Ditambah lagi dengan peremajaan pohon karet di sebagian besar lahan. Sebagian besar pohon sudah ditebang karena sudah tua dan tidak produktif lagi. Kebun Karet yang diremajakan itu harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bisa produksi. Hanya tersisa sedikit lahan yang produktif dan menghasilkan uang.

Kebun Karet Hasil Peremajaan, yang tumpang sari dengan Terong. Stretegi tumpang sari Karet dan Terong adalah upaya untuk berbagi pupuk, mendapat penghasilan tambahan dari penjualan terong dan pohon karet menjadi terawat dan cepat besar (foto dok. Pribadi)
Kebun Karet Hasil Peremajaan, yang tumpang sari dengan Terong. Stretegi tumpang sari Karet dan Terong adalah upaya untuk berbagi pupuk, mendapat penghasilan tambahan dari penjualan terong dan pohon karet menjadi terawat dan cepat besar (foto dok. Pribadi)
Beruntung, hal itu sudah diantisipasi oleh orangtua saya. Saat adik saya (yang akan kuliah) masih duduk dibangku SMP, orangtua memutuskan bergabung dan “menabung” biaya asuransi di AJB Bumiputera kantor cabang Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Saya tak tahu asuransi jenis apa yang diikuti orangtua di AJB Bumiputera, tapi katanya itu adalah asuransi pendidikan.

Ternyata, rancana peremajaan kebun karet, labilnya harga karet dan timing adik masuk Perguruan Tinggi sudah diperhitungkan dengan matang oleh orangtua. Dengan mengikuti asuransi pendidikan di Bumiputera, orangtua telah mengamankan biaya pendidikan anak bungsunya. Saat harga dan produksi karet menurun drastis, biaya pendidikan adik tetap ada. Terjamin aman bersama AJB Bumiputera.

Dari kisah nyata ini saya mendapat pelajaran berharga mengenai pentingnya merencanakan pendidikan anak di masa depan. Merencakan sejak dini dan mempertimbangkan berbagai aspek. Aspek tersebut antara lain: perkiraan biaya pendidikan ke depan (pada waktu anak akan membutuhkan biaya besar untuk pendidikan), kondisi keuangan keluarga dan potensi yang dimiliki.

AJB Bumiputera: Digagas 3 Guru dan Dibangun dengan 3 Pilar

Dahulu, saya pernah bertanya pada Bapak, mengapa harus ikut asuransi pendidikan di Bumiputera? Kurang lebih begini jawabannya: untuk mengamankan biaya pendidikan dan lembaga asuransi yang paling dikenal adalah Bumiputera.

Bagaimana tidak populer, AJB Bumiputera adalah lembaga asuransi jiwa bersama Nasional pertama yang dibentuk oleh rakyat Indonesia. Sebagai lembaga asuransi tertua, tak heran jika keberadaannya begitu dikenal hingga pelosok desa, seperti di desa saya di Sumatera Selatan.

Berawal dari gagasan 3 orang guru dari Perkumpulan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB), yaitu Mas Ngabehi Dwidjosewono, Mas Karto Hadi Karto Soebroto dan Mas Adimidjojo , untuk mendirikan usaha berasas gotong royong untuk kesejahteraan bersama. Tanpa modal harta/benda, hanya bermodal kemauan dan cita-cita kesejahteraan masyarakat bersama, gagasan 3 guru tersebut melahirkan badan usaha yang bernama  Onderlinge Levensverzekring Maatschappij PGHB (OLMij PGHB) pada tahun 1912 di Magelang.

Tiga Tokoh Pendiri OLMij PGHB/AJB Bumiputera (sumber gambar: Profil Perusahaan/ http://www.bumiputera.com/)
Tiga Tokoh Pendiri OLMij PGHB/AJB Bumiputera (sumber gambar: Profil Perusahaan/ http://www.bumiputera.com/)
Onderlinge Levensverzekring Maatschappij yang merupakan bahasa Belanda, memiliki makna bahwa perusahaan tersebut dibangun bersama dan milik bersama (mutual company). Dengan asas tersebut, meskipun dibangun tanpa modal (uang), asuransi ini bisa terus tumbuh dan berkembang.

Tahun 1966, OLMij berganti nama menjadi Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 (sumber: www.bumiputera.com). Dengan terus menerapkan prinsip kebersamaan dan gotong royong, AJB Bumiputera mengusung tema 3 pilar, yaitu Idealisme, Mutualisme dan Profesionalisme.

Pilar Idealisme mengandung makna bahwa AJB Bumiputera dibangun bukan mengejar keuntungan finansial. Melainkan untuk mewadahi cita-cita kesejahteraan masyarakat, melalui asuransi.

Pilar Mutualisme menekankan bahwa AJB Bumiputera adalah perusahaan kerjasama saling menguntungkan antara pengelola perusahaan, pemegang polis (anggota) dan seluruh pihak didalamnya. Pilar ketiga, yaitu profesionalisme, memiliki makna bahwa AJB Bumiputera dikelola oleh sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Ketiga pilar ini yang menjadikan AJB Bumiputera sebuah perusahaan asuransi bersama yang terus tumbuh dan mendapat kepercayaan jutaan masyarakat.

AJB Bumiputera: Dari Guru Untuk Kekuatan Anak Bangsa

Guru adalah aspek penting dalam proses pendidikan. Apapun lembaga pendidikan dan tingkatannya, peran dan kontribusi guru sangatlah vital. Pun dengan AJB Bumiputera yang digagas dan didirikan oleh para guru, senantiasa berkontribusi untuk menguatkan pendidikan anak Bangsa.

Bumiputera memiliki 3 produk asuransi yang fokus membantu pengelolaan biaya pendidikan, yaitu Mitra Beasiswa, Mitra Cerdas dan Mitra Iqra Plus. Ketiganya memberi perlindungan anak dan biaya pendidikannya dan memiliki keunggulan masing-masing.

Tiga Produk AJB Bumiputera Untuk Perlindungan Anak dan Biaya Pendidikannya (sumber gambar: www.bumiputera.com)
Tiga Produk AJB Bumiputera Untuk Perlindungan Anak dan Biaya Pendidikannya (sumber gambar: www.bumiputera.com)
Mitra Beasiswa memberikan perlindungan anak dan biaya pendidikannya mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Keunggulan produk ini adalah memastikan tersedianya biaya pendidikan sepenuhnya. Dengan adanya beasiswa ini maka pendidikan anak akan terjamin hingga Perguruan Tinggi. Beasiswa akan tetap diberikan meskipun orangtua meninggal dunia.

Produk kedua, yaitu Mitra Cerdas, memposisikan biaya asuransi pendidikan sebagai investasi. Jadi, dana yang disimpan sebagai asuransi pendidikan akan dikembangkan untuk investasi. Keunggulan Mitra Cerdas adalah selain mendapat perlindungan biaya pendidikan, juga memperoleh hasil investasi 4,5% per tahun dari akumulasi premi tabungan. Jadi, produk ini memberikan manfaat ganda bagi anggota AJB Bumiputera, yaitu jaminan pendidikan dan investasi. Pendidikan adalah investasi masa depan, Mitra cerdas menambahkan nilai investasi tersebut.

Produk ketiga adalah Mitra Iqra Plus, sangat cocok untuk pecinta sistem keuangan syariah. Iqra Plus merupakan program perlindungan dan pendidikan anak hingga perguruan tinggi dengan prinsip dan persfektif agama. Selain, mempersiapkan dana pendidikan, Mitra Iqra plus juga melindungi anak-anak jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan sistem keuangan syariah, dana tersebut akan terhindar dari berbagai persfektif buruk menurut agama.

Ketiga produk asuransi pendidikan tersebut akan tetap melindungi pendidikan dan memberikan santunan kematian. Jadi dengan mengikuti program asuransi pendidikan ini, manfaat ganda yang sangat mulia akan diperoleh yaitu menjamin tersedianya dana pendidikan agar anak mendapat pendidikan yang layak.

Dimana pendidikan adalah “warisan” terbaik untuk anak-anak. Selain itu, asuransi ini akan memberikan santunan jika orangtua dan atau tertanggung meninggal dunia. Meskipun kurang “etis” jika mengganggap uang santunan adalah warisan harta, namun santunan ini akan sangat bermanfaat untuk anggota keluarga yang ditinggalkan. Semua manusia akan meninggal, tinggal bagaimana Kita memberikan dan mewariskan yang terbaik untuk keluarga.

Perhargaan Untuk AJB Bumiputera

Dengan berlandaskan Idealisme, Mutualisme dan Profesionalisme, AJB Bumiputera telah dipercaya jutaan masyarakat. Selain itu, juga mendapat banyak penghargaan dari berbagai lembaga/instansi/media yang kompeten. Berdasarkan informasi dari website resmi AJB Bumiputera (www.bumiputera.com), diketahui bahwa lembaga asuransi ini telah mengantongi sedikitnya 39 penghargaan. Sebagian penghargaan yang telah diperoleh antara lain adalah Indonesian Best Brand Award, Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), Indonesia Brand Champion dan The Best Risk Management Islamic Life Insurance.

Sebagian Penghargaan yang telah diterima AJB Bumiputera (suber gambar: www.bumiputera.com)
Sebagian Penghargaan yang telah diterima AJB Bumiputera (suber gambar: www.bumiputera.com)
Kepercayaan masyarakat dan penghargaan yang diterima AJB Bumiputera, menjadi bukti atas kontribusi positif AJB Bumiputera pada pengelolaan dana masyarakat dan penjaminan berbagai jenis dana asuransi, termasuk asuransi pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa asuransi jiwa yang telah berusia 104 tahun ini telah membuktikan slogannya, Proven Over Time, yaitu terbukti dari waktu ke waktu. Membuktikan Idealisme, Mutualisme dan Profesionalisme.

Kekuatan Anak Bangsa dapat diwujudkan dengan pendidikan, tentunya pendidikan yang layak dan terjamin. AJB Bumiputera bisa dijadikan mitra keluarga dalam merencanakan dan menjamin pendidikan yang layak untuk anak. Untuk masa depan cemerlang para penerus Bangsa.

Akun Facebook

URL Twitter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun