Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mahasiswa Asal Luar Pulau, Perlukah “Memboyong” Sepeda Motor dari Rumah?

18 Mei 2016   19:49 Diperbarui: 18 Mei 2016   20:11 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barisan Sepeda Motor Siap Kirim (Sumber Gambar: tribunnews.com)

Bulan ini (Mei 2016), hingga beberapa bulan ke depan, tiap kampus akan diramaikan oleh calon mahasiswa baru. Lulusan SMA/sederajat disibukkan untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru, seperti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Seleksi Mandiri PTN dan seleksi Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Yogyakarta, yang kerap disebut Kota Pelajar dengan berbagai kampus (swasta dan negeri), seolah memiliki magnet yang kuat untuk menarik calon mahasiswa baru. Banyaknya Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta) menjadi daya tarik yang kuat bagi calon mahasiswa dari luar daerah, bahkan luar pulau.

Kebutuhan mahasiswa dari luar daerah/ luar pulau antara lain kebutuhan tempat tinggal (kos-kosan) dan alat transportasi. Urusan tempat tinggal, tak terlalu sulit. Di Yogyakarta tersedia banyak kos-kosan dengan berbagai variasi harga. Sedangkan transportasi, harus diakui bahwa transportasi umum di Yogyakarta masih sangat terbatas (terutama aspek kuantitas, trayek dan waktu operasional). Oleh sebab itu, banyak mahasiswa baru yang menggunakan transportasi pribadi, seperti sepeda, sepeda motor dan mobil.

Yogyakarta: Miniatur Nomor Polisi Kendaraan Indonesia

Beberapa tahun tinggal di Yogyakarta dan aktif di universitas, saya mengamati bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan alat transportasi pribadi, yaitu sepeda motor. Saat mengamati sepeda motor di parkiran mahasiswa, saya menemui sepeda motor dengan plat/ nomor polisi (nopol) yang berasal dari berbagai daerah, bahkan berbagai pulau. Ada yang dari Sumatera, Kalimantan, Lombok, Bali, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Saya mengetahuinya karena suka penasaran dengan kode nopol yang belum saya ketahui. Rasa penasaran yang kemudian “dijawab” oleh Google.

Begitu juga di jalan raya, kendaraan dengan nomor polisi dari berbagai pulau tersebut kerap saya jumpai. Saat berhenti di Traffic Light persimpangan jalan, tampak nopol yang beragam yang menempel di kendaraan yang sedang berbaris acak. Berhenti di Traffic Light lokasi dan waktu lain, nopolnya beragam pula dan seolah setiap pulau terwakili. Jadi tak berlebihan jika saya menyebut Yogyakarta sebagai miniatur Nopol kendaraan Indonesia.

Saya pernah bertanya kepada teman mahasiswa dan rekan kerja yang berasal dari luar pulau, perihal alasan membawa sepeda motornya ke Yogyakarta. Jwabannya beragam, ada yang bealasan daripada motornya nganggur di rumah, tidak ada biaya membeli motor di Yogyakata dan alasan identitas kedaerahan.  Sah-sah saja, apapun alasannya, itu hak Mereka. Tetapi, ada berbagai faktor yang harus diperhatikan saat akan membawa sepeda motor dari luar pulau.

Pertimbangan Biaya “Memboyong” Sepeda Motor Dari Luar Pulau

Saat kuliah di Yogyakarta tahun 2010, awalnya saya tidak “memboyong” sepeda motor dari rumah saya (sebuah desa di Sumatera Selatan). Ketika itu, saya berusaha mencari kos-kosan yang dekat dengan kampus dan saya mendapatkannya. Seiring berjalannya waktu, orang tua saya berinisiatif mengirim sepeda motor yang biasa mengantarkan saya kuliah S1 di Palembang. Karena sepeda motor tersebut menganggur saja di rumah. Saya pun senang dikirimi sepeda motor, jadi tak perlu lagi pinjam teman atau saudara.

Mengirim sepeda motor dari luar pulau, bukan tanpa biaya dan mengendarainya langsung juga sangat beresiko. Tahun 2010, biaya pengiriman sepeda motor saya dari Palembang ke Yogyakarta mencapai Rp 800.000, menggunakan agen pengiriman barang. Awal tahun 2012, saat akan wisuda, saya “memulangkan” sepeda motor tersebut ke Palembang, dengan biaya pengiriman Rp.700.000 (lebih murah karena agen pengirimnya berbeda).

Jadi, total biaya pengiriman mencapai Rp 1.500.000. Apa yang bisa didapat dari uang sejumlah itu? Salah satunya motor tua yang masih layak pakai. Saat itu, ada sedikit penyesalan, mengapa tidak membeli motor saja di Yogyakarta. Setelah selesai kuliah, bisa dijual kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun