[caption caption="Rio Haryanto, Calon Juara Baru Formula1 (sumber gambar: fomula1.com)"][/caption]Selamat Rio...
Kemarin (18/2), melalui akun Facebook dan Twitter, Manor Racing mengumumkan telah meresmikan kau sebagai pembalap keduanya. Dalam siaran di FB yang diberi judul “MANOR RACING SIGNS RIO HARYANTO” itu, sedikitnya mendapat 2.766 Like, 1.895 Share dan lebih dari 400 komentar. Dilihat dari semua Like, Share dan komentar yang sebagian besar adalah orang Indonesia, dan isi komentar positif pertanda mereka turut bahagia dan bangga atas keberhasilanmu (akan) mengemudikan jet darat Manor Racing. Rio, banyak yang mendukungmu.
Usahamu selama ini untuk mencari sponsor, berhasil. Sebagai Pay Driver, Kau memang harus mencari sponsor untuk dibawa ke Manor Racing. Meskipun dana yang harus dibawa ke Manor Racing belum terkumpul penuh, dari target 15 Juta uero. Namun, kau dipastikan membalap satu musim penuh. Artinya, Kau "dianggap" istimewa oleh Manor, bukan sekedar uang dan sponsor.
Rio, Lima belas juta uero memang bukan uang yang sedikit. Jika dirupiahkan, nilainya setara dengan Rp. 222.645.000.000 (kurs per tanggal 18 Feb 2016). Sedangkan teman satu timmu, Pascal Wehrlein, “hanya” membayar 5 juta Euro. Ia hanya harus membayar sepertiga dari kewajiban Rio karena Wehrlein hadir dengan membawa mesin dari Mercedes. Mesin yang juga nantinya akan kau mainkan.
Kebanggaan Membalap dan Naik Podium
Sebagai orang yang fokus di bidang teknik otomotif, saya senang dan turut bangga atas keberhasilanmu menuju F1. Kau memang pantas mendapat kesempatan menjajal kasta tertinggi dari balap mobil. Saya cukup mengerti bagaimana perasaanmu ketika membalap dan naik podium. Saya memang belum pernah membalap, apalagi naik podium. Tetapi, aura membalap dan naik podium “pernah” saya "rasakan" ketika tahun lalu, 2014 dan 2015, beberapa mahasiswa saya berhasil naik podium di ajang International Student Green Car Competition (ISGCC) di Korea Selatan. Mereka meraih gelar Runner Up di tahun 2014 dan Juara Umum (Best of the Best) pada 2015.
[caption caption="Ajang ISGCC di Korea Selatan dan SFJ di Jepang, 2015"]
Pada akhir tahun 2015 kemarin, mereka menjajal Student Formula Japan (SFJ) di Jepang, untuk pertama kalinya. Yang mana SFJ merupakan Formula1-nya mahasiswa dunia. Tekad Mereka untuk menjajal Formula1-nya pelajar, tak kalah dengan tekadmu menjajal Formula1 yang sebenarnya. Meskipun mereka tidak juara, tetapi saya tetap bangga atas keberhasilan mereka menuju Jepang. Rio, teruslah menyebarkan tekad kuat dan motivasi tinggi ke seluruh pemuda Indonesia.
Dengan mendapat kesempatan mengikuti balapan Formula1 -yang merupakan kompetisi yang menyita perhatian dunia- saya berharap kau dapat memaksimalkan potensimu, agar dapat naik podium. Meskipun saya yakin, kau akan berusaha maksimal, tetapi kita tahu, bahwa kau tidak bertarung sendiri. Kau memiliki rekan 1 tim, Pascal Wehrlein, rekan yang bisa menjadi teman dan lawan. Saya pun yakin kau telah memperhitungkan ini, tapi jangan sampai "kecolongan". Wehrlein adalah pembalap binaan Mercedes, pembalap kesayangan Mercedes. Jadi, tak perlu ditanyakan lagi bagaimana kemampuannya dan kepentingan apa yang akan ia perjuangkan.
Rio, Pembalap asal Jerman itu tentu memiliki kepentingan dan harapan untuk menjadi juara di tiap serie-nya. Pun Manor Racing, yang memiliki kepentingan lain dan wewenang untuk “mengatur” kalian berdua serta mengontrol agar kalian tidak saling “membunuh”. Artinya, untuk menjadi juara, banyak faktor yang mempengaruhi, selain performa mobil, skill membalap dan kondisi sirkuit, ada faktor lain yang tidak kalah menentukan, yaitu tim yang menaungi dan rekan 1 tim.
Sehingga, saya berharap agar Rio tidak hanya berfokus mengasah skill membalap dan mempelajari karakter sirkuit, tetapi juga mampu “membaca” dan “mempelajari” kepentingan. Kepentingan yang dibawa dan akan diupayakan oleh Manor Racing dan Pascal Wehrlein.
Untuk Apa 15 Juta Uero?
Rio, Banyak masyarakat yang bertanya-tanya, untuk apa uang sebanyak itu? Dan tak sedikit yang sinis, daripada untuk balapan –yang belum tentu menang-, mending uangnya untuk yang lain! Anggapan seperti itu memang tidak bisa disalahkan, tapi tidak serta merta dibenarkan.
Kita tahu bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti Formula1 disetiap serinya, sangatlah besar. Untuk membangun sebuah mobil standar Formula1 saja dibutuhkan dana tak kurang dari 6 Juta poundsterling (sekitar Rp 125M). Dengan biaya tertinggi digunakan untuk membangun mesin, kemudian Chassis, Transmisi, body (sayap) dan perlengkapan lainnya. Ada biaya lain yang juga tidak sedikit, yang digunakan operasional (akomodasi dan transportasi) di setiap seri.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber, jumlah berat seluruh peralatan yang harus dibawa setiap tim F1 untuk satu kali balapan mencapai 28 ton. Terdiri atas spareparts, tools, peralatan pit-stop termasuk chassis cadangan. Belum lagi perhitungan biaya untuk bahan bakar dan kebutuhan ban yang tidak sedikit. Jadi, “wajar” jika kau –sebagai Pay Driver- harus menyiapkan ratusan miliar rupiah agar dapat mengikuti ajang balap paling top ini.
Sebagai gambaran (meskipun jauh dibandingkan dengan Formula1), untuk mengikuti ISGCC di Korea Selatan dan SFJ di Jepang tahun lalu, total dana yang dihabiskan lebih dari Rp 2 miliar (untuk aspek teknik dan non teknik). Dana tersebut diperoleh dari universitas dan puluhan sponsor. Sama sepertimu Rio, para mahasiswa berusaha keras mencari bantuan dana, keluar masuk perusahaan, mulai dari perusahaan mikro hingga perusahaan skala internasional. Untuk ajang kompetisi otomotif skala kecil saja menghabiskan dana Rp 2 M lebih, apalagi untuk Formula1. Dana itu termasuk rendah karena mobil yang mereka gunakan untuk kompetisi benar-benar buatan sendiri. Mereka membangun mobil dari nol. Sehingga, pembiayaan untuk aspek teknik dapat ditekan. Bagi kami, itu bukan dana yang sedikit. Uang, waktu dan tenaga yang difokuskan untuk ISGCC di Korea Selatan dan SFJ di Jepang, bukan sekedar untuk branding universitas di dalam dan luar negeri. Tetapi ini lebih pada upaya pengembangan teknologi otomotif khususnya di Indonesia dan memotivasi untuk perkembangan-perkembangan teknologi lain.
Sehingga, dengan perolehan sponsor dan kesempatan mengikuti Formula1, saya berharap kau dapat menjadi “mediator” adopsi teknologi, khsususnya otomotif. Meskipun kami tahu, kau telah memiliki banyak pengetahuan teknologi otomotif di GP2, tetapi F1 menggunakan teknologi yang lebih canggih. Saya berharap, kau bukan hanya mengasah keterampilan membalap, tetapi juga mempelajari bagaimana teknologi yang ditanamkan di Formula1. Agar nantinya, pengetahuan tersebut dapat “ditransfer” ke Indonesia dan memotivasi perkembangan teknologi otomotif di Indonesia.
Arti Lain dari 15 Juta Uero
Rio, banyak yang bisa dilakukan dengan uang 15 juta Uero atau lebih dari Rp 222 M, selain untuk balapan di F1. Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang sangat vital dan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan. Sebagai orang yang bekerja di bidang pendidikan, sempat terbesit di pikiran, bahwa banyak yang bisa dilakukan dengan uang Rp 222 M itu untuk menguatkan dan mengembangkan pendidikan di Indonesia (di luar dana yang memang dialokasikan khusus untuk pendidikan). Uang tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun sekolah atau melengkapi fasilitas sekolah, khususnya di daerah terpencil yang selama ini jarang disentuh pemerintah pusat. Saya yakin, kau tentu pernah mendengar berita mengenai kondisi sekolah di daerah terpencil.
Memiliki pengalaman monitoring kondisi sekolah di berbagai daerah, khususnya daerah di luar Jawa, membuat saya berkhayal “Uang Rp 222M itu bisa digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil.” Katakanlah untuk menambah sarana dan prasarana di sekolah daerah terpencil membutuhkan biaya Rp 2 M. Maka 111 sekolah, terselamatkan. Dan puluhan, bahkan ratusan ribu siswa mampu menikmati pendidikan yang layak. Sehingga, upaya pemerataan kualitas pendidikan di berbagai daerah dapat terwujud. Tapi, kau tak perlu memikirkan itu, Rio. Fokuslah membalap dan meraih gelar juara.
[caption caption="Potret Pendidikan di salah satu sekolah di Papua (sumber: http://news.metrotvnews.com/)"]
Maksud saya menceritakan ironisnya pendidikan di tempat kita, agar kau benar-benar bisa memanfaatkan kesempatan berharga yang langka dan tidak murah ini. Sedikit saya ceritakan: ketika dulu mendapat beasiswa S2 dari pemerintah, saya berusaha untuk belajar sebaik-baiknya, mencari ilmu sebanyak mungkin, melakukan penelitian yang bermanfaat untuk masyarakat dan lulus secepatnya. Jika tidak, saya akan sama dengan koruptor yang menzalimi rakyat, memakan uang rakyat. Karena dana beasiswa dari pemerintah asalnya dari rakyat. Alhamdulillah, saya berhasil mencapai target dan sekarang mengabdi di dunia pendidikan. Jadi Rio, jangan menzalimi sponsor yang telah mendukungmu.
Rio, Selamat Berjuang!
Rio, kau adalah orang Indonesia pertama yang berhasil masuk Formula1. Kau memiliki potensi yang luar biasa dan masih sangat bisa dikembangkan. Jangan mengecewakan sponsor dan rakyat Indonesia yang telah mendukungmu, yang turut bangga atas raihanmu ke F1. Raihlah podium tertinggi, kibarkan Merah Putih dan Kumandangkan Indonesia Raya!
Salam Indonesia Jaya... Salam Otomotif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H