Berita Pertandingan Besar “Jembatan Bahasa Mandarin” se-Jawa Tengah
Beberapa hari yang lalu di selenggarakan perlombaan bahasa Mandarin sekala besar “ Jembatan Bahasa Mandarin” se Jawa Tengah, diselenggarakan di sekolah Nasional Tiga Bahasa Pu Hua di Purwokerto. Pertandingan dibagi kedalam kategori PAUD, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Lomba kategori PAUD, SD dan SMP di selenggarakan pada tanggal 8 April 2017, dan untuk lomba kategori SMA dan perguruan tinggi di selenggarakan tanggal 9 April 2017.
Sekolah Nasional Tiga Bahasa Bhakti Tunas Harapan Magelang total mengirimkan 9 peserta lomba, mengikuti lomba “ Bercerita “ Kategori SD, Lomba “Pidato Kategori SMP, diantaranya adalah siswa kelas 5 SD Obie Zuriel dan Nataneila Citra Ardhitia mendapatkan juara pertama dan ketiga untuk kategori lomba bercerita kelas 4 sampai kelas 6 SD. Siswa kelas 3 yang bernama Josephine Phoebe Oei dan Catriona Hira Tan Janitra masing – masing mendapatkan juara ke-2 dan ke-3 untuk kategori lomba bercerita kelas 1 sampai kelas 3. Pada tanggal 8 April 2017, sekitar pukul 8 pagi, Sekolah Nasional Tiga Bahasa Bhakti Tunas Harapan Magelang tiba di lokasi lomba “ Jembatan Bahasa Mandarin “ di Sekolah Tiga Bahasa Pu Hua Purwokerto. Walapupun hari sebelum nya kami naik kendaraan minibus menempuh perjalanan jauh selama 5 jam menuju kota Purwokerto, tetapi kali ini para peserta lomba masing masing penuh semangat, penun percaya diri
5ac46c108c3dc4efed8977d03706d0e5-5902ddfdc8afbd1e215b2d06.jpg
Pada pagi hari pukul 08.30 pertandingan resmi dibuka, 9 peserta lomba kategori kelas 1 sampau kelas 3 maju satu persatu ke atas panggung untuk bercerita. Peraturan pertandigtan adalah waktu bercerita tidak boleh kurang dari 60 detik dan tidak boleh melebihi 120 detik. Para peserta kecil ini semuannya menggunakan suara mereka yang masih anak anak untuk menunjukkan pada kita cerita yang sangat hebat. Siswi kelas 3 yang bernama Josephine Phobe Oei dan Catriona Hira Tan Janitra bercerita dengan baik, nereka bercerita tentang “Cai Lun membuat kertas” pada saat bercerita, suara mereka keras dan jelas, penguasaan tempo cukup baik, ditambahh alat peraga, walaupun ada beberapa huruf nada pengucapan tidak begitu benar, tetapi pengguasaan waktu cukup baik, dalam waktu 120 detik cerita bisa diselesaikan, maka mendapatkan penilaian dari dewan Juri menjadi juara 2 dan 3. Siswi yang bernama Zenna Baynes pada saat bercerita tentang “ Lu Ban dan Gergaji” oleh karena cerita agak panjang, bercerita terlalu cepat, nada tidak begitu benar, akhirnya tidak dapat juara. Bercerita tentang cerita klasik dari Tiongkok dapat meningkatkan minat anak anak untuk belajar bahasa mandarin, misalnya “Cai Lun membuat kertas” untuk cerita ini anak anak menurut persyaratan guru pada akhir cerita, bercerita sampai pada Empat penemuan besar Tiongkok jaman dahulu, supaya anak anak dapat mengetahui asal usul kebudayaan Tiongkok yang mempunyai sejarah panjang, layak untuk belajar bahasa mandarin dengan baik, mengenal lebih banyak cerita yang menarik.
82e46c95fb33f10b3d6b634e09eec85c-5902de3eb4937331078b4569.jpg
Kategori lomba untuk kelas 4 sampai 6 SD dimulai pada pukul 10.30, siswi yang bernama Nataneila Citra Ardhitia naik ke atas panggung sebagai peserta pertama, dia memakai baju tradisonal Tiongkok berwarna kuning, kepala memakai kain pengikat rambut, dengan berhati hati siap dengan alat peraga perahu, menceritakan kepada kami cerita tentang “Menggores perahu menggambil pedang” siswi Nataneila berekspresi dengan alami, nada benar, tempo tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat, sambil bercerita disertai gerakan, menceritakan kepada kita tentang orang yang pedang nya jatuh kedalam air dan cara untuk mengambilnya, orang yang mengerti perilaku yang fleksibel dalam waktu 120 menit selasai bercerita. Giliran peserta nomor 2 Obie Zuriel naik keatas panggung, dia memakai baju klasik Tiongkok berwarna biru, di pinggangnya tergantung sebilah pedang panjang, badannya menggantung alat peraga perahu, bercerita tentang “Menggores perahu mengambil pedang” Ekpresi siswa Obie Zuriel sangat luar biasa, nada benar, koordinasi gerakan alami, ekspresi wajah sangat baik, intonasi sangat baik, irama enak didnegar, membuat orang terbuai, penguasaan waktu 2 menit sangat baik, mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Siswa lain nya dari sekolah kami yang bernama Evnice Hillary Richelle, walaupun nada juga cukup baik, tetrapi di bagian cerita kecepatan berbicaranya terlalu cepat, nada bicara agak kaku, nampak agak gugup, tidak mendapatkan juara. Diantara peserta ada peserta siswi kelas 5 dari sekolah Pu Hua, ekpresi cukup baik, nada cukup baik, menggunakan 3 gambar besat menceritakan tentang “Ibu Meng Pindah Rumah Tiga Kali” Menjadi juara ke -2.
Setelah lomba berakhir, pimpinan Asosiasi Sekolah Tiga Bahasa Bapak Chen Fa Ming dan Pengurus Yayasan Pu Hua Guru Yang dan lain lain menberikan piagam dan piala untuk para juara.
a0593e5e349520f7693a01c802994648-5902dd5f3fafbd3521cc5c55.jpg
9b55d81d5ce053683a18c7b9ce2869d6-5902de21d57a6191078b4567.jpg
Ada pepatah tiongkok kuno yang berbunyi “Diatas panggung satu menit, di bawah panggung latihan sepuluh tahun” di atas panggung walaupun waktu pertunjukan pendek, tetapi membutuhkan waktu latihan yang panjang, mengatasi satu demi satu kesulitan baru bisa membuat pertunjukan diatas panggung selama satu menit ini baik. Belajar bahasa mandarin juga sama, harus terus menerus, rendah hati rajin belajar, belajar memperluas dan memperdalam pengetahuan kita tentang budaya Tiongkok.
Ditulis oleh :
Guru Utusan dari Tiongkok untuk SBTH : Luo Hui Min
Diterjemahkan oleh :
Guru Mandarin SBTH : Huang Yu Wei
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya