Manusia di ciptakan oleh tuhan adalah untuk saling melengkapi (Mutualisme) satu sama lain. Seseorang tak akan mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Walaupun dia seorang yang kaya raya mempunyai harta yang melimpah ruah.
Seringkali kita mendengar seorang majikan menyiksa pembantunya tanpa alasan yang jelas. Juga karena dendam akibat hinaan dan cacian, nyawa majikan di renggut oleh tangan pembantu yang melampiaskan dendamnya.
Nah, coba pikirkan bagaimana satu satu buah kelapa akan sampai pada tangan si kaya tanpa si miskin yang memanjat pohonnya. Bagaimana Seutas ikatan kangkung sampai ke pasar pagi, tanpa si miskin yang memetiknya di pagi buta di rawa-rawa.
Oleh karena itu, sudah saatnya kembali kepada nokhtahnya, jangan sampai tercipta jurang semakin dalam sehingga cita-cita mulia besar umat manusia tergerus oleh nafsu syaitan yang menggerogotinya.
Tiada manusia yang mampu hidup sendiri, mengaturnya dari pagi hingga petang hari. Tanpa tangan-tangan orang lain yang membantunya.
Kita dapat mencerna seperti kisah klasik Robin Hood di Inggris, mengambil harta orang kaya dan di sebarkan kepada si miskin yang serba berkekurangan.
Kisah si Robin Hood yang dermawan telah menceritakan kepada kita, bahwasanya telah terjadi gap antara si kaya dan si miskin saat itu. Hingga dia superhero masyarakat miskin membagikan harta rampasan kepada orang yang membutuhkannya.
Miskin dan kaya adalah sebuah ketentuan tuhan, namun antara semua level tersebut di berikan kesempatan oleh tuhan untuk terus berusaha/berikhtiar sampai merubah kepada kehidupan yang lebih baik.
Bukan berarti kondisi miskin adalah sebuah kehinaan yang dapat di rendahkan oleh orang-orang tertentu. Dengan mudahnya direndahkan di sepelekan lalu terkubur bersama zaman. (*)
(Yusuf)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H