"Kepada Semua penumpang diharapkan untuk segera naik ke kapal karena 20 menit lagi kapal akan segera berangkat".
Kalimat himbauan itu terus berulang-ulang terdengar dari cerobong speaker pelabuhan yang mengarah ke tempat duduk para penumpang.
Sementara Romi sudah menunggu semenjak pagi disana, dengan tas alakadar yang di bawa dari kampung, beberapa pasang baju dan Al Qur'an kecil yang terselip dikantonginya pemberian seorang teman saat aktif sebagai ketua lembaga dakwah kampus beberapa tahun yang lalu di kampus.
****
Sementara di luar cuaca hari itu cerah, berbeda dengan hari kemarin hujan gerimis sepanjang hari sampai menjelang magrib tiba.
Romi bergegas bangun dan mengambil barang bawaan, dengan segera menaiki tangga kapal yang sudah siap untuk keberangkatannya. Dia khawatir ketinggalan kapal seperti dua bulan yang lalu saat akan berangkat ke Sabang.
Di kesempatan itu Romi duduk di bangku nomor 125 kelas ekonomi sesuai dengan yang dipesannya melalui online 3 hari yang lalu.
****
Kenapa ya orang-orang tak memberikan pekerjaan untukku ? Padahal berat hatiku untuk pergi dari kampung, kemanapun lamaran terus di tolak, termasuk lamaran ke sekolah... Pikiran tersebut terus bergulir dalam pikiran Romi di sudut pojok kanan jendela kapal.
****
Sejurus kemudian, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang,Â
Hei Rom......!
Romi terkejut, lamunannya terhenti tiba-tiba, dia mencoba menoleh ke belakang sedang mencoba mencari dari arah mana panggilan namanya tadi.
Suasana kapal sedikit riuh dengan gelombang laut yang seolah berkejaran antara satu dengan yang lainnya, beberapa orang juga mencoba naik keatas geladak untuk menikmati suasananya, terkadang ada juga yang mencuri kesempatan untuk merokok disana.
(Bersambung.....)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H