Sebagian orang super menasehati orang tapi tak pandai menasehati diri. Kekurangan itu pasti ada pada setiap diri manusia. Makanya harus melengkapi satu sama lain. Agar mendapati ikatan yang kokoh untuk sebuah kemaslahatan bersama.
Acap kali kita mendengar seorang motivator ulung memberikan nasehat berapi api  untuk orang lain dengan kata-kata bijak dahsyat. Namun keluarganya kondisinya tidak seindah dalam bait bahasa nasehatnya untuk orang lain. Hal itu lumrah di tengah masyarakat.
Nah, jikalau dalam kondisi demikian apakah kita harus meninggalkan bahasa bijak yang diucapkannya ? Tentu jangan demikian. Jadikan bahasa yang diciptakannya sebagai pedoman. Tidak karena kondisi keluarganya kita meninggalkan kata bijaknya.Â
Materi kebijaksanaan datangnya dari yang maha kuasa, sedangkan kelakuannya ketimpangan dengan lazimnya adalah tanggung jawabnya dengan sang pencipta nantinya.
Jangan pula sebagai perindu kata bijaknya dimasa lalu, karena kekurangan hingga cemoohan bertubi untuknya. Semoga tuhan menjadikan kita sebagai seorang yang sejalan perkataan dan kelakuan sampai kapanpun juga.(*)
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H