Bagi seorang perantau baru seperti saya beberapa tahun yang lalu yang mempunyai seorang teman sebagai seorang sopir truk canter pengantar barang logistik pelabuhan ke perusahaan yang tersebar di seluruh pulau Batam tentu sangat menyenangkan sekali.
Kenapa tidak ? Untuk mengisi liburan ngajar di sebuah sekolah swasta di daerah seraya. Di setiap hari  minggu saya bersama teman dengan memakai pakaian monyet, badge visitor, sepatu boot dan juga topi perlindungan, mengunjungi hampir seluruh perusahaan besar dan kecil di pulau Batam.
Luarbiasa memang, kontras sekali perbedaan antara pulau industri dengan kampung halaman nun jauh disana. Mulai dari kesibukan orang-orang dalam bekerja dan heterogen penduduknya dari mulai sebelah barat Indonesia sampai ke ujung timur Papua.
Pengalaman terlucu saat satu bulan pertama disana , saya dapatkan adalah ketika peristiwa dualisme kepemimpinan sebuah partai besar di Jakarta, saat itu saya tinggal di sebuah kosan bengkong dekat bakery Holland pagi-pagi sekali dijemput oleh sopir angkot mengajak untuk ikut sebuah acara kepartaian di Batam center.Â
Teringat sekali tentang kata bang sopir angkot, "Hei ayo ikut acara, satu kepala 300 rebu", acara apa itu bang ? Aku tanya, ada pokoknya jawabnya pokoknya saat sorak hidup klean bilang hidup".
Mendengar uang 300 ribu, apa hendak di kata ya kan ? Dianggap saja pesta rakyat sedang berlangsung dengan meriahnya..hehehe
Rupanya setelah sampai disana ribuan orang sudah berkumpul dilapangan terbuka untuk mendengarkan arahan dari orang-orang tertentu yang semangat pidatonya berapi-rapi.
Sungguh Batam mempunyai daya tarik tersendiri di dalamnya, hindari dari hal yang tidak baik jika ingin selamat dan sukses, harus banyak bersabar, jangan cepat berputus asa.Â
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H