Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lampor Terbang (Bagian 2)

31 Januari 2022   23:18 Diperbarui: 31 Januari 2022   23:25 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdebatan dua anak manusia tersebut terus terjadi, sampai akhirnya si Remon mengalah dan disepakati besok untuk diambil sepeda yang di pinjami dari teman pengajian.

Tapi berdua tetap khawatir bahwasannya sepeda tersebut hilang, jikalau hilang maka masalah baru akan muncul mereka harus membayar sepeda kepunyaan orang tersebut.

Sesampainya di tempat pengajian, mereka langsung masuk naik ke rumah panggung dengan jeruji besi terpasang dijendelanya, sambil mereka bercakap tentang masalah yang telah menimpa mereka tadi.

Si Osep berkata : hei Remon ! Tahu tidak kata ibuku, dulu waktu kecilnya kerbau besar pernah hilang di pokok batang phon Ketapang tersebut.

Kata si Remon : yang benar saja kau Sep, jangan ngarang kamu, dosa lohh...

Osep : serius loh Mon, mana mungkin aku bohong, terus kata ibuku di situ ada sumur tua, bertanah liat, tanah liat itulah yang menelan kerbau besar itu kata ibu.

Remon : Serius kamu sep,,,!!

Osep : Serius !! Gitu dibilang ibuku, ga mungkin aku bohong lohh Mon.

________________

Beberapa saat kemudian datang ustadz Udin datang, 

Assalamualaikum anak-anak ...

Dijawab serentak oleh anak-anak : waalaikumsalam ustadz.

Ustadz : Cerita apa kamu sep sama Remon ? Dari tadi ? Tak habis-habisnya, ne mau mulai pengajian. Jangan mengganggu orang lain ngaji.

Osep : hanntt....(sambil ditutup mulutnya sama Remon ) tidak ...tidak ...ustadz sambung Remon, tak ada apa-apa biasa saja,.

Remon rupanya takut ketahuan sepeda temannya yang tertinggal di jalanan tersebut, jangan sampai ustadz mengatakannya sama orang tua mereka, nanti jadi panjang masalahnya.

Ustadz lalu menyambungnya lagi, kalau mengaji jangan keluyuran dijalan apalagi magrib-magrib, kalau ngaji biasakan terus ke balai dan shalat berjamaah,,,,bimbing adik-adik kalian yang belum bisa ikraq.

Lalu Remon dan teman-temannya menjawab, baik ustadz kami tak akan mengulanginya kembali, kami mengaku salah tadi sudah keluyuran kemana-mana tak minta izin pada orang tua, padahal dari rumah kami mau kepengajian, sambung Osep 

Baik, jawab ustadz itulah anak-anak yang baik dan shaleh, dengarkan apa yang disampaikan orang tua, guru dan taat pada agama, terus pengajian menuntut ilmu. *

(YS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun