Sambal khas daun pegagan adalah warisan dari orang-orang terdahulu di Aceh. Khususnya bulan ramadhan penganan tersebut akan selalu hadir menemani menghiasi etalase emak-emak yang berjualan di kota Banda Aceh.
Konon disebutkan bahwasanya daun penganan khas tersebut di campur sampai 44 jenis dedaunan di dalamnya. Sungguh capek bukan untuk proses pengumpulan daun sampai dengan jumlah tersebut.
Di pantai Utara Aceh, tepatnya Lhokseumawe, Geudong, lhoksukon sampai ke panton labu ada juga penganan sambal pegagan tersebut namun hanya daun pegagan campur kelapa kukus dan bawang merah.
Penulis sendiri sangat menggemari sambal khas tersebut, walaupun notabene yang paling banyak penggemarnya adalah dari orang tua, mungkin para milenial sudah lebih menyukai makanan kekinian. Walaupun sebenarnya sangat banyak terkandung zat penting dalam daun pegagan tersebut.
Semoga kita terus dapat melestarikan budaya makan moyang kita yang bagus ini, masih alami tanpa terkontaminasi dengan zat penyedap seperti MSG dan sejenisnya.*
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H