Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ternyata Cuci Tangan dan Kaki Bukan Hal Baru di Rumah Moyang Kita Terdahulu

6 April 2020   23:11 Diperbarui: 6 April 2020   23:11 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : FB ATJEH SULTANET | Tampak pada gambar sebuah guci dan gayung letaknya pas di depan tangga rumah adat Aceh, tempo dulu.

JIKA Tenaga kesehatan menyuruh untuk mencuci tangan dengan bersih, praktek menjaga kesehatan seperti itu bukan barang baru. Jauh sebelum Covid-19 datang para leluhur sudah mencontohkannya. Di tandai dengan ada guci dan gayung tepat di tangga sebelum menaiki tangga dan masuk ke rumah.

Jika dewasa ini belum tersadar juga dengan tanggung jawab kesehatan tersebut, kesadaran untuk sehat berarti telah mengalami kemunduran dari masa lalu yang lebih maju. Para leluhur sebelum teknologi dunia kesehatan canggih dan virus micro yang tak bisa terlihat sudah mempraktekkan dengan khidmatnya.

Kalau tidak percaya, coba kita lihat ada berapa rumah yang ada Guci dan gayung di depan rumah, ataupun kran air karena teknologi sudah modern, namun berapa persen orang ada mempraktekkannya ?

Ya, jujur kita malu dengan moyang kita sendiri, mereka sudah memberikan ketauladanan yang sedemikian rupa, lepas se abad yang lalu. Tapi kita yang mengaku hidup di zaman millennial yang ngaku serba canggih, makan gorengan saja tanpa cuci tangan, asal comot.

Semoga cuci tangan dan cuci kaki yang di praktekkan muncul atas kesadaran sendiri tanpa paksaan dari siapapun, miripnya seperti ingin meyakinkan sebuah kepercayaan dan tak boleh ada paksaan dari siapun.

( YSF )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun