Jalan kehidupan selalu berliku, tantangan dan rintangan selalu datang silih berganti. Tidak ada kondisi benar-benar nyaman di dalamnya. Sehingga di perlukan ketabahan, kesabaran dan ke uletan dalam menghadapinya.
Bukan hanya kondisi lingkungan saja yang berubah, tapi orang yang datang dalam kehidupan juga silih berganti, dimulai dari sahabat, karib, istri, anak. (Sedikit intermezzo) istri saja yang jangan pernah berganti. Kalau berganti bisa terjadi perang dunia ke III.
Ketika kita memasuki perubahan itu, mau atau tidak mau seseorang harus siap-sedia, pahit dan manis harus di terima kalau tidak maka tidak tertutup kemungkinan lapaknya harus ditutup alias gulung tikar dalam kisah kehidupan.
Apalagi dalam kisah cinta yang harus gulung tikar, sungguh pedih guys. Bukan main-main pedihnya itu. Dengan kata lain tikarnya harus beli baru, atau di rajut kembali di mana yang sobek, kenyataan tetap harus di terima dengan lapang dada.
Sebelum terlambat guys, maka persiapkan bekal semenjak dini, ketika bahu masih kuat, batu-bata tersusun lima bisa di patahkan dengan kepalan tangan kosong, otak masih encer se encer kopi yang di pesan di caf-caf untuk nongkrong.
Bekal tersebut adalah pendidikan secara umum, berusaha dengan gigih dalam menabung, tidak foya-foya, selalu disiplin dengan waktu. Jangan sampai rezeki sudah di kais pakai cakar ayam baru bangun untuk mencarinya, mana dapat guys ? karena itu semua sudah di bawa lari sama ayam jago tetangga. Begitulah ibaratnya.
Banyak kisah-kisah para sahabat rasulullah yang bisa kita pedomani kisah kehidupannya, untuk diambil sebagai pedoman kehidupan salah satunya kisah ali bin abi thalib dengan istrinya fathimah azzahra anak rasullah sendiri. Salah satunya kisah dari pasangan ini dermawan, bilapun mereka sendiri belum makan namun masih berpikir untuk bersedekah untuk tetangganya yang belum makan.
Jauh 1400 tahun yang lalu jiwa kepekaan social telah di tanamkan oleh pasangan Saidina Ali dan Fatimah mereka lebih mementingkan orang lain daripada untuk mereka sendiri.
Jaman now, seharusnya demikian guys, jangan terlalu sibuk dengan games online, waktu yang terbuang sia-sia untuk nongkrong dan nyatanya memangkas waktu untuk berbuat sebuah kebaikan, mengumpulkan uang tabungan. Realitanya bagaimana membeli rumah untuk berteduh jika uang tidak ada. Akhirnya akan menyerah pada keadaan.
Tidak sedikit orang di dunia hari ini memutuskan untuk hara-kiri karena jiwanya sudah depresi, tekanan luar dan dalam sangat kuat, sehingga memutuskan untuk menyelesaikan permasalahannya dengan seutas tali.
Padahal sebagai orang beriman, perbuatan demikian tidak akan menyelesaikan sebuah masalah, karena setelah kehidupan yang fana ini ada kehidupan setelahnya lagi, berarti orang demikian benar-benar Gatot ( Gagal Total ).
Tetap terus semangat selama kalian masih hijau, kesempatan masih ada di depan untuk terus berbenah pada kebaikan yang nyatanya akan membawa perubahan. Kondisi kaya dalam agama tak pernah dilarang, yang dilarang adalah menumpuknya dan makan sendiri dengan tanpa berbagi pada tetangga. Kalau sudah kaya, lalu di berikan kepada tetangga yang membutuhkan, lalu kita sendiri tinggal di rumah gedung apa salahnya.
Orang senang, kita juga happy guys, bisa makan enak, teratur, tidur di ac dengan segala fasilitas lengkap, terus berbenah diri agar suatu saat tidak menyesal karena melalaikan waktu untuk hal yang tidak penting untuk diri dan lingkungan, bercita citalah dengan ikhlas hati jika sudah kaya anak yatim dan fakir-miskin juga ikut senang dengan adanya kita.
( YSF )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H