Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hoaks Tak Ada Untung, yang Ada Hanya Buntung

5 April 2020   23:48 Diperbarui: 5 April 2020   23:52 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar | Rlmol.id

Dalam moment apa saja berita hoax terus saja bersileweran tak terkecuali dalam kejadian bencana, seharusnya menjadi iba namun bukan itu kenyataannya. Jika di kalkulasikan tak seberapa meraup keuntungan di bandingkan dengan harga persaudaraan yang hilang akibat tindak tanduk dari yang bersangkutan.

https://kominfo.go.id/content/detail/24959/menkominfo-sebut-ada-163-hoax-seputar-virus-corona/0/sorotan_media berita ini adalah di beritakan  di situs resmi yang di keluarkan oleh pemerintah melalui kementerian Menkominfo untuk menerangkan kepada rakyat  Indonesia bahwa ada hal yang jangan di percaya ketika datang suatu berita kepadanya.

Ibaratnya harus ada filterisasi yang sangat kuat tentang semua yang beredar, karena bila seseorang mendapat berita buruk bisa saja berpengaruh pada jiwanya secara jangka panjang dan mengalami fobia yang berlebihan. Kondisi itu akan menjadikan imunitas akan lemah, mendatangkan keadaan menjadi lebih buruk lagi.

Padahal yang semula jika dia tak mendapatkan kabar seperti itu, kondisinya tak akan sedemikian rupa, kondisi imunitas yang kuat akan melawan segala keburukan yang datang dari luar.

Dalam Al Qur'an juga di sampaikan oleh Allah, "Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian". [al-Hujurt/49:6].

Referensi: https://almanhaj.or.id/3445-mengapa-mesti-tabayyun.html

Hal itu adalah suatu bukti bahwasanya segala sesuatu berita jangan di telan mentah-mentah, apalagi itu sebuah berita penting, jika di bandingkan dengan kondisi sekarang ini, saat wabah penyakit menimpa dunia, tentu masyarakat sangat membutuhkan berita benar agar mereka tak salah arah dalam bertindak serta melalukan yang terbaik untuk menghindari kejadian wabah langka ini.

Hukuman social terberat bagi orang membuat berita hoax adalah di benci oleh lingkungan sekitar, dia akan tersisih dari pergaulan karena kelakuannya. Dengan aturan Negara juga melanggar karena telah menyebarkan berita yang menyesatkan orang banyak, terlebih lagi dengan agama seperti yang tertera di penghujung ayat surat [al-hujarat/49:6]" .......Kemudian akhirnya kalian akan menyesal atas perlakuan kalian".

Berarti bisa di simpulkan bahwasanya orang pembawa berita hoax/bohong bukan hanya menjadi musuh umat manusia namun dia menjadi musuh tuhan yang akan menghukumnya dengan cara Tuhan.

Hoax bukan saja dalam satu saluran berita, bisa saja itu hoax dalam membuat status di platform media social ataupun secara lisan antara perorangan atau kelompok. Sebenarnya hoax bukan sebuah kelakuan baru hanya nama saja modern namun sejati hoax/bohong sudah semenjak nabi adam berada dalam surga iblis sudah menebarkan hoax/bohong kepada nabi adam untuk memakan buah khuldi yang di larang oleh tuhan kepadanya, sehingga nabi adam memakannya, lalu beliau di turunkan ke bumi.

Di simpulkan bahwasanya orang yang membawa berita hoax/bohong pada hari ini dia telah mewarisi sifat-sifat iblis yang menggoda nabi Adam, sesuatu yang di larang tetap saja melakukannya sehingga akan membawa kemudharatan pada suatu ketika kepadanya, kembalilah !

( YSF)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun