Pada abad ke-18, desa-desa kecil di Serbia seperti Medvedja dan Kisiljevo menjadi pusat perhatian karena serangkaian kematian misterius. Orang-orang di desa ini percaya bahwa kematian mereka disebabkan oleh tetangga yang sudah meninggal dan kembali sebagai vampir. Sebelum meninggal, para korban sering merasa tercekik dan kesulitan bernapas.
Kematian misterius ini menarik perhatian dokter-dokter dari Austria yang datang untuk menyelidiki. Mereka menemukan beberapa mayat dalam kondisi yang tidak biasa, seperti masih segar dan tanpa tanda-tanda pembusukan. Penemuan ini memicu laporan yang kemudian dipublikasikan di surat kabar Austria, dan inilah saat pertama kali istilah "vampir" mulai dikenal luas.
Kisah Vampir di Desa Kisiljevo
Di Desa Kisiljevo, cerita tentang vampir dimulai dengan kematian sembilan orang dalam dua hari. Mereka semua mengaku dihantui oleh Petar Blagojevic, seorang tetangga yang telah meninggal lebih dahulu. Blagojevic diduga mencekik para korban dalam mimpi mereka.
Ketika penduduk desa menggali kuburannya, mereka menemukan bahwa jenazah Blagojevic masih segar, dengan darah yang mengalir dari mulutnya. Ini dianggap sebagai bukti bahwa Blagojevic adalah vampir. Akhirnya, penduduk desa memutuskan untuk menusukkan pasak ke jantungnya dan membakar tubuhnya, berharap bisa menghentikan teror yang mereka yakini terjadi.
Kejadian di Desa Medvedja
Tujuh tahun kemudian, Desa Medvedja mengalami hal serupa. Dalam waktu tiga bulan, 17 orang yang masih muda dan sehat meninggal dunia secara mendadak. Sama seperti di Kisiljevo, mereka mengeluh kesulitan bernapas dan nyeri dada sebelum meninggal.
Seorang dokter bernama Johannes Fluckinger menulis laporan tentang kejadian ini, menyebut seorang anggota milisi sebagai pelaku utama yang diduga sebagai vampir. Jenazahnya juga ditemukan dalam kondisi yang tidak membusuk, dengan darah yang masih segar mengalir dari mata, hidung, mulut, dan telinganya. Penduduk desa kemudian menancapkan pasak ke jantungnya dan membakar tubuhnya.
Penjelasan Ilmiah dan Mitos
Walau penduduk desa percaya pada keberadaan vampir, para ahli sejarah dan ilmuwan modern memiliki penjelasan berbeda. Profesor Clemens Ruthner dari Trinity College Dublin mengatakan bahwa kondisi jenazah yang tidak membusuk sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Misalnya, ahli patologi Christian Reiter menyebutkan bahwa antraks, penyakit menular dari hewan ke manusia, mungkin menjadi penyebab kematian-kematian tersebut. Antraks juga bisa menjelaskan kondisi mayat yang tetap segar karena penyakit ini sering kali mengakibatkan kematian mendadak.
Mitos tentang vampir mengisap darah, menurut Profesor Thomas Bohn, adalah hasil dari interpretasi para dokter Austria. Tidak ada yang benar-benar melihat vampir, dan ide bahwa mereka mengisap darah hanyalah bagian dari cerita yang berkembang di masyarakat.
Pengaruh Sejarah dan Budaya
Kisiljevo dan Medvedja terletak di perbatasan antara Kekaisaran Ottoman dan Habsburg, dan konflik antara dua kekuatan besar ini mungkin mempengaruhi munculnya mitos vampir. Profesor Ruthner berpendapat bahwa dugaan munculnya vampir menarik perhatian karena wilayah ini penuh dengan pertikaian, dan vampir mungkin dianggap sebagai simbol ancaman dari Kekaisaran Ottoman terhadap agama Kristen.
Vampir yang kita kenal hari ini sangat berbeda dari cerita rakyat Serbia. Dalam novel-novel seperti The Vampyre karya John Polidori dan Dracula karya Bram Stoker, vampir digambarkan sebagai bangsawan yang tampan dan karismatik, jauh dari gambaran asli tentang vampir yang berwajah merah dan buncit.
Kesimpulan
Mitos vampir yang kita kenal hari ini sebenarnya berasal dari campuran cerita rakyat, kesalahpahaman medis, dan pengaruh budaya. Walaupun cerita ini berasal dari ketakutan dan kepercayaan masyarakat pada masa lalu, vampir telah berkembang menjadi sosok ikonik dalam budaya populer yang terus hidup dalam imajinasi kita sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H