Mohon tunggu...
Yosef Triadi
Yosef Triadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Dengan menulis, aku dapat menumpahkan perasaanku dan berbagi dengan sesama..."\r\n\r\nSebagian besar hidupku dihabiskan di tempat kelahiranku, yaitu Palembang. Selepas SMA, saya melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan Teknik Informatika di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Sampai dengan saat ini, saya masih berjuang untuk lulus.\r\n\r\nSalam sejahtera untuk semuanya :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Bermain Bersama dengan Teman-Teman Istimewa

20 Mei 2012   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:03 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang mengharapkan anaknya yang baru saja lahir akan mengalami kelainan fisik atau bahkan keterbelakangan mental? Tentu tidak ada yang berharap seperti itu, namun kenyataan berkata lain. Di sekitar kita masih banyak ditemui kasus anak-anak yang terlahir dalam kondisi autis, tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, dan lain sebagainya. Walaupun mereka lahir dalam kondisi yang tidak normal, namun mereka memiliki hak yang sama untuk dapat hidup dan merasakan kasih sayang dari orang di sekitarnya. Hal yang membedakan hanyalah mereka membutuhkan sesuatu yang khusus untuk dapat menikmati haknya. [caption id="attachment_189407" align="alignnone" width="300" caption="Para siswa menyambut hangat kehadiran kami"][/caption] Pada hari Sabtu 19 Mei 2012, saya bersama KMPKS (Keluarga Mahasiswa/i dan Pelajar Katolik Sumatera Bagian Selatan) mengunjungi SLB G /AB Helen Keller. Sekolah yang dikepalai oleh Sr. Magdalena Sukiyam PMY ini tepatnya terletak di Jl. RE Martadinata 88 A Wirobrajan Yogyakarta. SLB ini memiliki asrama dan melayani anak-anak yang mengalami tuna ganda. Sekolah Helen Keller hadir untuk membantu anak-anak tuna ganda supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Pukul 7.30, rombongan kami yang berjumlah sekitar 30 orang telah sampai di Sekolah Helen Keller. Kami langsung disambut oleh para siswa yang sedang bersiap untuk jalan-jalan. Khusus untuk hari Sabtu, sekolah tidak memberikan pelajaran di dalam ruang kelas. Anak-anak diajak untuk berkeliling ke sekitar sekolah supaya tidak terlalu jenuh. Kami bersama para guru mendampingi para siswa yang berjumlah sekitar 20 orang. Sebagian besar dari murid harus digandeng ketika berjalan karena menderita tuna netra atau juga low vision. [caption id="attachment_189409" align="alignnone" width="300" caption="Berjalan melintasi lapangan"]

13375310951733155753
13375310951733155753
[/caption] [caption id="attachment_189411" align="alignnone" width="300" caption="Bermain tangkap bola"]
13375316621920150059
13375316621920150059
[/caption] Setelah 10 menit berjalan, sampailah kami di sebuah lapangan yang sudah ramai oleh para siswa SD. Para siswa yang sedang berolahraga ini berasal dari sekolah normal. Kami bersama para siswa Helen Keller ikut bermain bola di lapangan ini. Walaupun olahraga yang dimainkan sangatlah sederhana, yaitu menangkap bola, namun hal ini sangat membantu kemampuan motorik para murid. Sekitar setengah jam kami habiskan bersama anak-anak di lapangan, lalu akhirnya kami berjalan kembali menuju ke sekolah. [caption id="attachment_189412" align="alignnone" width="300" caption="Kembali ke sekolah"]
1337532060623886336
1337532060623886336
[/caption] Walaupun mungkin agak capek setelah berjalan keliling, keceriaan semakin tampak dalam raut muka para siswa Helen Keller. Menurut kesaksian dari Sr. Magda, jika kegiatan jalan-jalan ini dihilangkan, maka para siswa akan kecewa karena hal ini sudah menjadi kebiasaan dan disukai oleh mereka. Beberapa saat sesudah beristirahat, para siswa diminta masuk untuk menyantap snack yang telah disiapkan. Para siswa terlihat asyik menyantap makanannya masing-masing dengan lahap. [caption id="attachment_189413" align="alignnone" width="300" caption="Makan snack dulu"]
13375324431161411673
13375324431161411673
[/caption] Kenyang dengan snack semakin membuat para siswa bersemangat ketika diajak bermain setelah itu. Perlu diketahui bahwa setiap anak di sekolah ini memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga butuh perlakuan yang istimewa. Ada Friska yang tidak mampu diajak untuk berkomunikasi secara verbal dan memiliki low vision namun bisa klop ketika berkomunikasi, ada Lia yang bisa berkomunikasi dengan lancar dan senang mendengarkan lagu namun tidak bisa melihat, namun ada juga Yuda yang tidak bisa diajak berkomunikasi dan melihat. Keistimewaan ini tentu membuat mereka juga harus diperlakukan secara berbeda termasuk dalam permainan yang kami bawakan. Masing-masing anak sibuk dengan permainannya, seperti memasukkan bola ke dalam keranjang, memasang puzzle, atau hanya sekedar mendengarkan musik dan bernyanyi. [caption id="attachment_189416" align="alignnone" width="621" caption="KMPKS berfoto bersama Helen Keller"]
13375336231378274108
13375336231378274108
[/caption] Tidak terasa hari sudah siang. Kami menutup kunjungan KMPKS dengan memberikan beberapa kenang-kenangan kepada pihak sekolah dan dengan makan siang bersama. Sungguh merupakan suatu pengalaman menarik bagi para anggota KMPKS yang dapat terlibat langsung di dalam kehidupan anak-anak yang berkebutuhan khusus. Kegiatan ini secara pribadi telah membuka hati dan pikiran saya untuk tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan atas kebaikan-Nya sehingga saya dapat merasakan kehidupan normal. Selain itu, saya pun semakin dapat memahami bahwa mereka, teman-teman yang istimewa, yang masih sangat haus akan kasih sayang dan perhatian harus juga diterima oleh masyarakat. Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak dari kita yang masih memandang sebelah mata terhadap kehadiran mereka, bahkan kadang melecehkan. Semoga tulisan saya yang masih sangat sederhana ini dapat membuka mata dan hati teman-teman semua terhadap kehadiran mereka. Selain itu juga dengan ikhlas menyayangi karena mereka berhak untuk merasakan kasih sayang itu... :-)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun