Siapa yang tidak kenal dengan maling? setiap kita pasti geram mendengar nama ini.Â
Maling ini seperti punya jenjangnya sendiri, dari kelas teri hingga kelas kakap. Umumnya yang kita dengar adalah maling jemuran, maling sendal/sepatu di Masjid, maling hati (jiaaahh) *para jomblo langsung kesemsem, maling dengan gelar copet, maling dengan gelar perampok, maling dengan gelar begal, hingga maling uang rakyat.
Tapi jangan salah maling yang sering kali kita kenal sebagai sosok yang ditakuti karena tindakan mereka ini; sosok yang jadi sasaran empuk massa kalau ketahuan ini; sosok yang suka bikin orang banyak terutama korbannya merasa sangat kesal; sosok yang sangat pintar mencari cara untuk melancarkan aksinya ini; sosok yang biasanya memangsa pihak yang lebih lemah dari dia ini; sosok yang pada akhirnya sering memaksakan kehendak mengambil milik orang lain ini adalah orang yang sama seperti kita semua juga. Hanya saja maling ini melakukan hal yang konyol dan seperti tidak punya perasaan, sering kali kita anggap sebagai orang yang biadab.
Parahnya lagi, maling ini dengan santainya hidup dan membaur dengan kita nyaris tanpa kita sadari. sebelum membahas soal maling-malingan, berikut ini sepenggal cerita nyata yang saya alami beberapa minggu yang lalu, yang saya share ke teman-teman facebook sebagai peringatan. Berikut cuplikannya:
BUAT PARA PENGGUNA ANGKOT, BERHATI-HATILAH..!!! COPET BERKELIARAN.
Hari ini (22 Oktober 2015) pengalaman keduaku melihat para copet ini beraksi di angkot. Mohon maaf aku ga bisa berbuat banyak atau memergoki mereka karena "mereka" pun membekali diri dgn senjata tajam. sangat disayangkan kalau nyawa melayang hanya karena sebuah gadget.
Jadi, untuk membalas rasa bersalahku tersebut, aku merasa perlu sharing soal hal ini untuk menjaga keselamatan para pengguna angkot.
Pengalaman pertamaku beberapa bulan lalu ketika mengambil rute angkot dari Jln.Siliwangi menuju Jln. Supratman, yang jadi korban adalah anak sekolah.
Pengalaman kedua, tepatnya siang ini ketika mengambil rute angkot dari Jln. Setiabudi menuju Jl. Ciumbuleuit, yang jadi korban adalah seorang ibu yang uda agak tua.
Dari dua pengalaman ini, aku berani menyampaikan ciri-ciri dan gaya mereka saat beraksi sebagai berikut:
- Mereka biasanya BERKOMPLOTAN, tapi tidak naik bersamaan, mereka akan bersikap seperti layaknya penumpang biasa.
- Mereka SUKA BERPINDAH TEMPAT DUDUK.
- Mereka biasanya MENGAJAK NGOBROL, atau MINTA BANTUAN untuk membukakan jendela.
- Mereka biasanya MEMBAWA TAS yang ditaro dibagian depan ketika duduk untuk menutupi gerakan tangan ketika beraksi.
- Mereka ini tampak sangat aktif merespon hal-hal yang terjadi di angkot (SANGAT KOMUNIKATIF).
- Mereka ini MENGINCAR IBU-IBU ATAU KALANGAN PEREMPUAN.
- Mereka biasanya BERPAKAIAN RAPI sehingga penumpang tidak curiga.
- Mereka umumnya adalah kalangan PRIA paruh baya.
Dari pengalamanku tersebut, hal di atas yang bisa kupelajari dari orang-orang ini.
Mungkin masih banyak cara dan ciri-ciri mereka yang belum kita ketahui, untuk itu tetaplah berjaga-jaga ketika naik angkot.
Mohon untuk lebih berhati-hati!!!
Terutama bagi Anda yang berada di Kota Bandung, tempat aku melihat dan mengalami hal ini.
*Mohon share hal ini ke teman-teman Anda, keluarga, atau org yang Anda sayangi, jangan sampai mereka jadi korban.
‪#‎semogabermanfaat‬, terimakasih.
Â
Hal di atas hanyalah sebagian kecil dari tindakan para maling ini.
Di Indonesia saat ini, maling seakan jadi sebuah profesi.. bahkan mereka kerap tidak segan-segan melakukan pembunuhan dalam menjalankan aksinya, begitu mengerikan.
Hal ini tentu sangat meresahkan kita, dan membuat kita bertanya-tanya ada apa dengan masyarakat Indonesia?Â
Kenapa banyak yang menjadi maling?
Tapi memang tidak heran, karena diberbagai kalangan pun tindakan maling ini terus eksis dilakukan. Kalau kita menyimpulkan ini semata-mata karena faktor ekonomi tidak juga, karena ada maling yang secara personal memiliki kepribadian yang pintar, berpendidikan, punya jabatan, punya uang yang berkecukupan, toh juga tetap maling uang rakyat, ya itu mereka para koruptor (tikus berdasi).Â
Sangat disayangkan, masyarakat Indonesia yang dikenal ramah, baik, dan sangat menjunjung tinggi kekeluargaan menjadi ternodai dan tercoreng akibat tindakan para maling ini.
Lantas bagaimana usaha kita untuk memperbaiki mental maling ini agar tidak semakin meluas dan menjadi hal yang diwajarkan di kalangan masyarakat?
Beberapa hal sederhana yang dapat kita sarankan adalah mengajak masyarakat agar lebih bersyukur dengan keadaan sekarang, jika ingin mendapatkan sesuatu bekerjalah yang halal, jangan merugikan orang lain karena keinginan pribadi.
Disisi lain juga pihak keamanan dan masyarakat juga jangan lengah terhadap fenomena ini, tetaplah waspada karena maling ini begitu licik dalam aksinya. Dan yang jauh lebih penting adalah jangan jadi maling..!!! Jangan tambah jumlah mereka yang kini sedang memberi ancaman bagi kita.
Waspadalah..
Waspadalah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H