Kisah romansa selalu menyenangkan untuk dibicarakan dengan teman, sahabat, keluarga, atau orang lain. Ragam penyampaiannya pun unik, ada yang melalui omongan, tulisan, komedi, gambar, musik, dan sebagainya. Paling tidak membutuhkan tempat untuk menyampaikan rasa senang atau gelisah atau hanya sekedar sharing untuk saling mengingatkan.
Tidak jarang pula yang menceritakan pengalamannya secara gamblang melalui podcast dan tidak menyebutkan identitas, guna menjaga keprivasian diri sendiri. Selalu ada manfaat yang bisa dipetik di balik cerita yang kita dengar. Wadah setiap orang dalam menyampaikan perasaan tentu berbeda, ada yang melalui gitar, lirik lagu, sajak, dan berbagai wadah lainnya. Semua cara yang dilakukan benar, tidak ada yang salah, sebab setiap orang perlu mencari kenyamanan dalam menuangkan isi hatinya.
Tulisan ini saya buat tidak untuk membicarakan tentang cara menyampaikan rasa atau cara menghilangkan rasa patah hati. Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua perempuan khususnya mereka yang masih muda supaya lebih berhati-hati dengan laki-laki. Dalam hal ini, saya tidak menyudutkan laki-laki, sebab saya sendiri sebagai seorang laki-laki.
Tapi kali ini saya akan mengambil dari sudut pandang laki-laki, walau tidak semua laki-laki akan seperti yang saya paparkan. Saya menegaskan sekali lagi bahwa hanya segelintir, tidak semua, karena jika saya menyamakan seluruh laki-laki, maka saya jelas salah, sebab tidak semuanya seperti itu.
Sudah sejak lama saya mengamati banyak rekan perempuan saya yang beberapa dari mereka bercerita tentang perlakuan kekasihnya. Ada yang diperlakukan selayaknya ratu, ada pula yang diperlakukan sebagai pemuas hawa nafsu. Mereka yang diperlakukan layaknya ratu menjalani hari-hari dengan kekasihnya terasa begitu menyenangkan.
Kedua insan tersebut saling memperlakukan dengan rasa kasih sayang. Sifatnya give and give, bukan give and take. Ketika rekan saya memberi atau mendapatkan perlakuan kasih sayang, tentu juga akan menerima rasa kasih sayang dari pasangannya. Untuk hubungan yang benar-benar memiliki ikatan rasa tidak perlu dipusingkan, karena mereka akan menjalaninya dengan bahagia.
Lalu bagaimana yang hanya dijadikan sebagai pemuas hawa nafsu? Saya sebelumnya ingin meminta maaf kalau bahasa yang dipakai terkesan kasar. Banyak perempuan yang jatuh akan hal tersebut. Mereka terbawa oleh omongan laki-laki yang kerap kali menghanyutkan perasaan mereka.
Si perempuan menganggap bahwa si laki-laki memiliki perasaan cinta, sehingga tidak akan pernah meninggalkan si perempuan. Karena menganggap si laki-laki menaruh rasa, akhirnya si perempuan terjerumus untuk memberikan segalanya kepada si laki-laki, khususnya tubuh. Tidak ada perlawanan dari si perempuan, karena selalu menganggap bahwa laki-laki yang menikmati tubuhnya adalah orang yang sangat mencintainya.
Bukan bermaksud memojokkan laki-laki atau perempuan, mereka yang melakukan perselingkuhan juga merupakan habit yang sangat buruk, dan jelas itu adalah penyakit. Tidak bisa dipungkiri bahwa mereka yang berselingkuh adalah suatu kondisi atau keadaan mental dan karakter yang sebenarnya tidak baik untuk pasangan mereka.
Bayangkan saja si A (ntah laki-laki atau perempuan) memiliki pasangan resmi (bisa istri, suami, atau pacar) si B, lalu si A selingkuh dengan si C. Ini adalah pola yang perlu ditata dan dibenahi. Si A secara pasti akan mengatakan sayang kepada si B karena B adalah pasangannya. Tetapi, si A juga akan mengatakan sayang kepada si C.
Bagaimana bisa terjadi seseorang memiliki perasaan sayang terhadap dua orang? Hal ini berbeda ranahnya dengan rasa sayang antara anak dengan orang tua, dengan teman, sahabat, guru, saudara, dan sebagainya. Rasa sayang terhadap pasangan berbeda tempat/ranahnya dengan orang tua.
Mereka yang dapat menyatakan rasa sayang terhadap dua orang pasangan mereka tentu perlu dipikirkan matang-matang. Laki-laki (walau tidak semua) dan perempuan (walau tak semua juga) perlu berhati-hati dengan mereka yang membicarakan atau mengungkapkan rasa sayang. Dalam hal ini perlu mengantisipasi dan sangat selektif dalam memilih pasangan.
Khususnya perempuan, harus jauh lebih ekstra menjaga diri, martabat, harga diri, dan integritas di hadapan kaum hawa. Memang perempuan lebih dominan menggunakan perasaan, tetapi kalau perasaannya berkali-kali disakiti lebih baik disudahi. Jika perempuan sudah memberikan tubuhnya terhadap laki-laki, maka akan sulit untuk melepasnya.
Terlebih ketika si perempuan hanya dijadikan sebagai selingkuhan. Apa pun yang dilakukan laki-laki seperti menyakiti perasaan, main fisik, tentu si perempuan akan menganggap bahwa dirinya lah yang salah dan memang harus mendapatkan ganjaran. Tidak memiliki kesenangan atau hati yang tulus untuk memuaskan laki-lakinya tetapi terus dipaksa, ya pasti akan tetap diberikan, karena semua ditipu oleh omongan dari si laki-laki bahwa dirinya sayang terhadap si perempuan.
Menurut saya pribadi, melakukan hubungan seksual sah-sah saja, asalkan perlu adanya kesepakatan kedua belah pihak dan yang terpenting yaitu adanya ikatan rasa (emosional) sayang. Mencari kesepakatan tentu mudah, tetapi menemukan ikatan sayang dengan pasangan itu adalah pekerjaan yang sulit. Saya tidak mengacu pada ranah agama, sebab itu sifatnya privat dan biarkan setiap pribadi yang menjalani dan menilainya.
Ketika perempuan sudah terbuai dengan omongan laki-laki dan sedang menjalani hubungan yang tidak baik (toxic relationship) harus disudahi. Sulit dilakukan, tetapi bukan berarti mustahil direalisasikan. Sederhananya, ketika dirimu telah menjalani hubungan yang mana setiap harinya hati kamu telah tergerus oleh sikap dari si laki-laki, lebih baik tinggalkan. Ntah perlakuan seperti kekerasan fisik, ucapan yang menjatuhkan mentalmu, sikap pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual, dan sebagainya, harus ditinggalkan.
Untuk setiap perempuan yang mengalami hal tersebut, percayalah, kamu cantik, kamu pintar, kamu bisa mendapatkan sosok pria yang jauh lebih bisa menghargai dan menghormatimu. Hal tersebut juga ditujukan untuk laki-laki, bahwa kamu bisa mendapatkan jauh yang lebih baik dari saat ini. Tidak ada kata terlambat.
Fase yang telah kamu lalui adalah sebuah catatan pengalaman yang sangat baik untuk kamu pelajari dan renungkan. Pengalamanmu bukanlah suatu hal yang buruk. Pengalamanmu adalah suatu hal yang sangat amat indah, karena mampu mendewasakanmu untuk menjadi sosok yang kelak sangat pantas untuk pasanganmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H