Perkembangan teknologi semakin hari semakin pesat. Jauh sebelum handphone mendominasi saku celana setiap orang, surat-menyurat sudah menjadi tradisi untuk berkomunikasi.Â
Surat yang dikirim melalui kantor pos memerlukan penantian cukup panjang untuk menerimanya, yakni berhari-hari. Jika mengirimnya ke luar negeri, memakan waktu sekitar 2 minggu. Kesabaran diuji ketika surat-menyurat saat itu dianggap sebagai teknologi yang canggih karena waktu untuk menerima suratnya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dahulu hampir setiap orang pandai merangkai kata dan gerakan tangannya cukup luwes karena kebiasaan menulis surat untuk orang yang dituju.Â
Isi suratnya pun beragam, ada yang memulai pendekatan terhadap lawan jenis, menanyakan kabar orang tua, pacaran (biasanya sepasang kasih yang seperti ini LDR), dan ucapan hari raya. Semua komunikasi jarak jauh dimediasi oleh kertas dan pena.
Kemunculan telepon rumah pun menjadi teknologi yang kian mutakhir. Tetapi tidak semua orang kala itu mampu memilikinya, sebab harganya yang terlampau mahal. Karena tidak semua orang memiliki telepon rumah, akhirnya telepon umum dan wartel (warung telepon) menjadi medium bagi setiap orang yang tidak memiliki telepon rumah.Â
Tidak jarang bagi yang ingin menggunakan telepon umum saat itu harus mengantre karena terkadang yang sedang menggunakan perlu berbicara serius atau bermesraan dengan yang ditelepon.Â
Kehadiran telepon menunjukan suatu perubahan dinamika kehidupan yang awalnya dihuni oleh kegiatan surat-menyurat lalu beranjak teleponan.
Telepon rumah, telepon umum, wartel pun akhirnya kalah saing dengan telepon genggam (handphone). Ketika handphone menguasai saku setiap orang, aktivitas surat-menyurat punah dan telepon rumah sangat sedikit yang menggunakannya. Semua serba canggih, hanya dengan menyentuh layar pun sudah dapat berkomunikasi dengan seseorang, bahkan orang yang asing sekali pun. Awalnya hanya membaca isi surat, lalu mendengar suara, saat ini dapat melihat wajah secara langsung.
Ada hal yang perlu dicermati ketika teknologi mulai berkembang yaitu cara menghargai pun juga turut berubah. Kegiatan menulis surat atau menelepon seseorang juga berkaitan dengan cara menghargai si pengirim atau penelepon.Â
Misalkan, ketika surat-menyurat mendominasi aktivitas manusia, mereka yang mengucapkan ulang tahun kepada rekan, pacar, keluarga, dan sebagainya, sifatnya privat karena hanya melibatkan si pengirim dan si penerima. Lalu si penerima akan membalasnya dengan menulis surat berisi ucapan terima kasih.
Lalu ketika dunia telepon merajalela, komunikasi ucapan sayang, ulang tahun, natal, lebaran, tetap bersifat privat sebab hanya si penelepon dan si penerima yang berkomunikasi.Â