Satu tahun sudah terlewati, dunia masih berjuang melawan virus corona yang merepotkan segala bentuk dinamika kehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Setiap negara memiliki kebijakan masing-masing seperti lockdown, PSBB, atau herd immunity. Awal terdampak pandemi, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk beraktivitas di dalam rumah mulai dari belajar, bekerja, hingga beribadah.
Kebijakan new normal menjadi langkah yang mengejutkan dan menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat dikejutkan karena dengan adanya new normal, tentu penyebaran virus corona akan semakin cepat dan terus bertambah.Â
Pihak yang pro akan menyatakan bahwa harus diterapkan karena mereka dipaksa untuk keluar rumah oleh keadaan ekonomi. Pihak yang kontra belum tentu tidak dipaksa oleh keadaan ekonomi, mereka memikirkan keadaan keluarga bila harus keluar rumah.
Bekerja dari rumah menjadi salah satu solusi yang dapat membantu para pekerja untuk tetap produktif serta dapat menafkahi keluarga. Berbagai platform media sangat menunjang untuk melakukan kegiatan seperti bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah.Â
Bahwasannya dikritik karena kurang efektif tentu saja sangat lumrah, perpindahan kebiasaan tentu diawali rasa yang menegangkan dan kaget tetapi ketika sudah terbiasa tentu bukan menjadi barang yang baru lagi. Perlu ada yang namanya pembiasaan diri dan adaptasi untuk menghadapi situasi-situasi seperti ini.
Pemerintah sudah jor-joran mengeluarkan dana dan memutar otak untuk mencanangkan aturan dan sistem baru, masyarakat tentunya tidak mau kalah. Pencegahan virus corona dijalani dengan sangat hati-hati dan teliti, alhasil hampir setiap gang komplek dilakukan penutupan portal.Â
Portal-portal ditutup dan dikunci dengan harapan mencegah virus corona supaya tidak merebak di masyarakat komplek perumahan. Masuk ke dalam komplek perumahan yang memortal hampir setiap gang tentu harus lebih sabar. Biasanya dari sepanjang komplek perumahan, akan ada satu gang yang menjadi akses untuk keluar masuk kendaraan.
Gang yang menjadi akses keluar masuk kendaraan, akan dijaga oleh masyarakat sekitar atau satpam. Sebelum masuk ke dalam komplek, pengecekan suhu dan penggunaan masker dicermati, dan tak jarang yang mewajibkan mencuci tangan terlebih dahulu supaya lebih aman.Â
Protokol kesehatan sangat dikedepankan karena tidak ingin angka positif pasien corona terus bertambah setiap harinya. Masyarakat menginginkan kehidupan normal seperti sebelum adanya virus corona.
Sangat menarik untuk dilihat dan dicermati kebijakan masyarakat yang intensinya sangat baik karena ingin menekan angka virus corona dan tidak ingin di area perumahannya terdapat pasien corona. Kebijakan para petinggi di masyarakat dianggap membingungkan oleh masyarakat sendiri.Â
Pemortalan gang ini pada awalnya diapresiasi oleh masyarakat karena kondisi awal-awal corona di Indonesia, semua sekolah, tempat ibadah, dan kantor ditutup oleh pemerintah, tidak ada masalah atau keluhan dari masyarakat.Â
Perlu digaris bawahi bahwa masyarakat tidak mengeluh karena memang pada saat itu masyarakat dianjurkan untuk tidak beraktivitas di luar rumah, sebisa mungkin kegiatan dilakukan di dalam rumah. Ketika semua kegiatan dilakukan di dalam rumah tentunya pemortalan gang tidak menjadi masalah, toh keluar rumah walaupun harus putar jauh hanya sesekali saja.
Kebijakan transisi ke new normal, masyarakat sudah mulai berkegiatan di luar rumah seperti bekerja. Di pagi hari masyarakat yang ingin bekerja diharuskan mencari jalan atau putar jauh untuk keluar gang rumah, biasanya memiliki akses langsung untuk keluar gang, saat ini harus rela memotong waktu sekian menit untuk keluar komplek perumahan.Â
Ironisnya, komplek perumahan menjadi macet oleh kendaraan yang keluar masuk pada pagi dan sore hari. Tentunya hal ini sangat merugikan masyarakat yang ingin bekerja dan berkegiatan di luar rumah.
Penutupan gang dengan portal diharapkan mampu mencegah virus corona karena berarti kurangnya intesifitas lalu lalang masyarakat yang bukan dari komplek tersebut. Menjadi poin menarik untuk dicermati, bahwa masyarakat yang bukan berasal dari komplek tersebut dapat dengan mudah pula masuk dan keluar, baik melalui jalan utama maupun melompati portal.Â
Ketika hal tersebut dapat terjadi, bukankah virus corona akan tetap hadir? Tapi kan untuk mencegah saja supaya masyarakat luar malas untuk masuk ke dalam komplek. Permasalahannya siapa yang dapat menjadi kemalasan seseorang untuk tidak masuk ke dalam komplek perumahan? Apakah portal memiliki daya tolak untuk tidak didekati oleh masyarakat? Tentu tidak.
Virus corona dapat menyebar antara lain melalui sentuhan fisik. Ketika ada orang yang masuk ke dalam komplek perumahan dan tidak melakukan kontak fisik tentu saja akan tetap aman dan terhindar dari virus corona. Kebijakan-kebijakan yang sangat sederhana harus dipikirkan demi kepentingan orang banyak.Â
Pemortalan gang yang sudah dijelaskan di atas tidak buruk, hal tersebut harus diapresiasi karena memiliki intensi yang baik untuk mencegah penyebaran virus corona.Â
Kebijakan tersebut harus ditinjau lebih dalam lagi seperti membuka portal setiap gang supaya memudahkan akses masyarakat lalu rutin mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Dan setiap warga yang berjaga di portal (jalan utama keluar-masuk gang) tentu perlu menghindari kerumunan.Â
Jika pemortalan diterapkan untuk mencegah virus corona, tetapi yang menjaga portal tidak mematuhi protokol pun hasilnya tetap nihil. Hal ini yang harus menjadi PR kita semua untuk tetap meminimalisir penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Di balik itu semua, mari kita bersama-sama mentaati protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI