Krisis Transportasi Publik: Hanya Bemo Tidak Ada Pilihan Lain
Transportasi era 1970 sampai 1990-an
Pada era tahun 70-an hingga 80-an di Timor dikenal alat transportasi Kuda. Ke mana-mana orang menunggang kuda. Sebab pada waktu itu belum ada banyak kendaraan. Baru ada beberapa mobil truck yang multifungsi. Selain membawa barang-barang dari Kupang ke Atambua, juga bisa menyisipkan beberapa orang penumpang. Itu pun akan tiba di tujuan kira-kira dua minggu. Sebab jalan raya belum beraspal. Maka bisa dibayangkan kalau hujan terpaksa harus berjibaku dengan lumpur. Truck-truck itu diberi nama : Maubesi, Aplal, dan Sinar Mutis. Itu yang penulis masih ingat.
Pada tahun 1975 di mana pada saat itu terjadi pergolakan di Timor sehingga terjadi pengungsian besar-besaran ke Timor Barat, maka mulailah pembangunan jalan raya trans Timor. Waktu itu penulis duduk di bangku kelas 1 SD. Karena sekolah kami tepat di mata jalan, maka kami bisa menyaksikan dimulainya pembangunan jalan raya secara besar-besaran yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan bernama "De Corin."
Sesudah ada jalan raya beraspal, maka mulailah era baru dalam transportasi. Tahun 1980-an sampai 1990-an dikenal alat transportasi namanya 'Bemo.' Bukan sebagaimana yang ada di Jawa dengan tiga roda.Â
Di Timor dikenal dengan sebutan 'Bemo' atau 'Oto Bemo' di mana semua penumpang naik dari belakang dan penumpang duduk berhadap-hadapan. Ada tangga di mana kondektur biasa berdiri untuk memanggil penumpang. Â
Mobil Bemo ini memiliki keunikan: penumpang bisa berdesak-desakan tanpa jumlah maksimal, Full music, kalau di dalam bemo sudah penuh, maka penumpang lain bisa naik di atas kap.
Karena hanya ada satu-satunya alat transportasi itu, maka tidak ada pilihan lain. Kalau bemo sudah lewat, berarti harus tunggu besok atau beberapa hari lagi. Penulis masih ingat nama-nama bemo atau angkot seperti Antar Anda, Borsalino, Sinar Oenak, Sinar Bikomi, dan lain-lain.
Bemo atau angkot ini biasanya pada liburan sangat ditunggu-tunggu oleh Siswa Seminari Lalian untuk pulang. Untuk itu mereka biasa menunggu sepanjang hari di bawah pohon Kusambi untuk kembali ke Kefa. Karena itulah maka Romo Yoris Samuel Giri yang pernah menggunakan jasa angkot tersebut berkomentar: "Angkot kenangan penuh cerita."
Angkot Era 2000 hingga sekarang
Kemerdekaan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) membawa sukacita tersendiri bagi Timor Barat, Indonesia. Kami kebagian 'durian runtuh', kata orang.
Salah satu kemajuan itu adalah alat transportasi. Mobil-mobil milik perusahaan DAMRI yang di bawa dari Timor Timur masuk kembali ke Indonesia dapat bermanfaat bagi pelayanan transportasi di Timor khususnya Kabupaten TTU.