Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merajut Masa Depan Bersama para Siswa dan Guru SDN Obenaf, TTU - NTT

9 Januari 2025   23:40 Diperbarui: 9 Januari 2025   23:40 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut ibu Mada, alasan dibukanya SDN Kecil Obenaf karena kampung Obenaf yang kini menjadi Desa Maurisu Tengah terletak cukup jauh dari  SDK Maurisu di Desa Maurisu Induk, dan SDN Bele di Desa Maurisu Selatan. 

Karena jarak antara rumah penduduk di Kampung Obenaf dengan Maurisu dan Bele yang sangat jauh maka banyak anak usia sekolah yang terpaksa tidak pernah mengenyam pendidikan selama ini. 

Atasa dasar pertimbangan itulah ketika terjadi pemekaran desa maka SDN Obenaf didirikan sebagai SD Kecil dari SDN Bele yang berjarak kurang lebih 5 km.

Menurut data BPS 2020 yang diperbaharui Juli 2024, jumlah penduduk Desa Maurisu Tengah sebanyak 344 jiwa. Desa Maurisu Induk dengan jumlah penduduk 444 jiwa; sedangkan Desa Maurisu Selatan  652 jiwa, dan Desa Maurisu Utara dengan jumlah jiwa 584 jiwa.

Keadaan Sekolah dan Harapan Masa Depan

Sekolah Dasar Negeri Obenaf saat ini memiliki jumlah siswa seluruhnya 45 orang, dengan jumlah guru sebanyak 8 orang. Terdiri dari 2 orang guru PNS atau ASN, 4 orang guru PPPK, dan 2 orang guru honor komite. 

Coba terka berapa besarnya honor yang diterima oleh kedua guru honorer ini? Menurut ibu guru Mada, mereka menerima honor sebesar Rp 300.000 perbulannya. Itu pun bukan diberikan setiap bulan. 

"Kadang tiga bulan, kadang empat bulan sekali baru kami terima," kata ibu Mada kepada penulis.  

"Tapi mau bagaimana lagi soalnya siswa kami jumlahnya sedikit dan rata-rata orang tua juga adalah petani yang miskin sehingga kami tidak bisa memaksa keadaan," katanya.

"Karena panggilan jiwa sebagai pendidik maka meskipun kami diberi honor kecil kami tetap bersyukur dan tetap melayani. Biar pun tiga atau empat bulan baru kami menerima honor, akan tetapi ketika datang ke sekolah dan melihat anak-anak kami  riang gembira, kami jadinya terhibur dan seakan-akan tidak memikirkan lagi besarnya honor kami," demikian Mada berkisah.

"Kami hanya berharap suatu saat nanti, kami juga diperkenankan untuk menikmati gaji sebagai ASN atau paling kurang sebagai PPPK. Itu sudah cukup bagi kami," pinta Mada penuh harap.

Sebagai guru, kami mengharapkan agar anak-anak kami meskipun dari sekolah kecil apalagi dari kampung seperti ini, namun kelak mereka boleh berkembang menjadi orang-orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun