Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Serentak 2024: Ayo Bergegas ke TPS, Jangan Golput, Suara Anda Sangat Menentukan!

24 November 2024   21:26 Diperbarui: 24 November 2024   21:30 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi satu suara menentukan (Tribratanewsntt.com/Humas Polda NTT)

Pilkada Serentak 2024: Ayo Bergegas ke TPS, Jangan Golput, Suara Anda Sangat Menentukan!

Pengantar

Tiada terasa pelaksanaan Pilkada Serentak tahun 2024 tinggal menghitung jam. Hari Rabu, tanggal 27 November 2024, pukul 07.00 TPS mulai dibuka untuk memberikan suara.

Tulisan ini tidak berpretensi untuk mengajar apalagi menggurui, tetapi betul-betul hanyalah sebuah ajakan kepada semua yang telah memenuhi syarat-syarat menjadi pemilih supaya pada hari Rabu, tanggal 27 November 2024, bergegaslah ke Tempat Pemungutan Suara di mana namamu telah terdaftar di sana pada jam 07.00. Berilah suaramu. Satu suara sangat berarti. Janganlah GOLPUT, karena Golput hanyalah milik orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Sekedar Ajakan: Ayo ke TPS

Sebuah ajakan penuh makna dikeluarkan oleh penyelenggara Pemilu dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. Hari ini melalui mimbar gereja (karena penulis beriman Katolik) pengumuman itu dikumandangkan sebagai warta gembira. Sebuah ajakan untuk berpartisipasi sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab.

Saya yakin seyakin-yakinnya pengumuman serupa telah dibacakan di mana-mana termasuk di Masjid, Pura, Wihara dan tempat-tempat umum lainnya, supaya semua warga masyarakat 

Demokrasi sejati dibangun melalui pemilihan yang damai, mari kita hindari konflik dan menciptakan pemilu/pilkada yang membawa kebaikan untuk semua atau bonum commune.

Pemilu atau pilkada 2024 adalah kesempatan dan peluang untuk mengubah masa depan, sebab hanya melalui pemilu atau pilkada kita dapat memilih pemimpin yaitu Gubernur dan wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati; Wali kota dan wakil Walikota. Maka mari kita melakukannya dengan damai dan penuh kebijaksanaan.

Ketika suara rakyat bersatu dalam damai, hasil pemilu atau pilkada akan menjadi cermin dari harapan bersama untuk masa depan yang lebih baik.

Dan ketika kita memilih dengan hati nurani, kita memberikan kontribusi untuk mewujudkan pemilu yang damai dan berkeadilan. 

Kita tidak memilih kucing dalam karung, tetapi kita memilih figur yang telah kita kenal sepak terjangnya yang telah memaparkan visi-misi dan program kerjanya selama masa kampanye dan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Semua pasangan calon atau paslon yang telah lolos melewati berbagai tahapan merupakan putera-puteri terbaik yang siap untuk menjadi pemimpin wilayah dan menjadi wali bagi seluruh masyarakat yang telah memilihnya.

Dan ketika hasil pilkada telah diumumkan, siapa pun yang menang, dia adalah pemimpin bagi semua warga masyarakat, baik yang memilih maupun tidak memilihnya. Itulah hasil dari suatu demokrasi.

Jangan Golput, sejarah dan prakteknya

Hak pilih adalah amanah, mari kita gunakan hak ini dengan tanggung jawab untuk menciptakan pemilu yang adil, damai dan menghasilkan pemimpin yang amanah pula.

Istilah Golput atau Golongan Putih biasanya mulai terdengar setiap kali menghadapi hari pemilihan umum (Pemilu) atau pilkada seperti sekarang ini.

Melansir laman Pusat Antikorupsi KPK, Golput itu identik dengan sikap cuek, apatis, dan tidak mau cawe-cawe politik. Golongan ini pada akhirnya memilih untuk tidak mencoblos.

Istilah Golput sebenarnya baru mulai dikenal menjelang Pemilu 1971. Saat itu,  ada sekelompok mahasiswa, pemuda, dan pelajar yang memproklamirkan adanya gerakan moral yang disebut Golongan Putih. 

Para mahasiswa pemuda dan pelajar ini merasa bahwa wadah politik saat itu tidak mewakili aspirasi rakyat. Sebab pemerintah membatasi jumlah partai, hanya 2 partai politik dan 1 golongan karya yaitu PPP, Golongan Karya, dan PDI.

Pemilu 1971 di zaman orde baru itu dinilai digelar tidak demokratis. Jadi munculnya Golput sebagai reaksi atas kecurangan pemerintah menjelang Pemilu 1971.

Maka para mahasiswa dan pemuda pelajar itu menyerukan agar masyarakat yang tidak mau memilih menusuk bagian putih (yang kosong) di antara gambar yang ada.

Jadi Golput adalah sebuah pilihan warga negara untuk tidak memilih dan ikut Pemilu. Mereka yang telah masuk sebagai pemilih memutuskan tidak menggunakan hak suaranya dalam Pemilu tersebut.

Biar pun selalu muncul dalam setiap kali Pemilu, namun tidak semua keputusan Golput didasarkan pada idealisme, melainkan kondisi yang memaksa seseorang untuk tidak mencoblos. 

Dalam sejarah Pemilu di Indonesia, angka Golput dalam dua periode Pemilu terakhir mengalami penurunan.  Sebagai contoh, pada Pemilu 2014 jumlah Golput 30,22 persen atau sebanyak 58,61 juta orang, dan pada Pemilu 2019 mengalami penurunan menjadi 18,02 persen atau 34,75 juta orang dari total pemilih terdaftar.

Melihat dan membaca pengalaman dan praktek di atas, Golput bukanlah organisasi melainkan reaksi terhadap situasi politik yang tidak sehat. Karena dewasa ini pemilu atau pilkada telah dirancang dan dilaksanakan dengan baik dan rapih, maka mari kita tinggalkan Golput.  

Mari kita menjadi warga negara dan warga masyarakat yang bertanggung jawab dengan memberikan suara kita dengan mencoblos sesuai aturan yang berlaku.

Suaramu Sangat Menentukan Arah pembangunan 5 tahun ke depan

Suksesnya Pilkada serentak 2024 tidak hanya terletak pada prosesnya, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat dalam melibatkan diri dalam setiap tahapannya.

Setelah melewati berbagai tahap demi tahap, kini  tibalah pada tahap yang maling menentukan yaitu tahap pemberian suara atau pencoblosan.

Betapa pentingnya suara Anda sebab "Satu Suara Satu Masa Depan." Maka jangan lagi buang-buang waktu memikirkan untuk menjadi golput karena itu tidak berfaedah.

Lebih baik datang ke TPS dan memberi suara.

Tetapi jangan asal beri suara. 

Pilihlah paslon yang telah memiliki rekam jejak yang baik.

Kalau ada yang telah memiliki bukti kerja yang nyata, buat apa memilih yang baru memberi janji.

Suaramu sangat menentukan arah pembangunan 5 tahun ke depan. Jangan sampai Anda menyesal karena telah memilih figur yang salah!

Selamat datang ke TPS pada hari Rabu, 27 November 2024, mulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00. Jangan sampai Anda datang terlambat!

Maka benarlah kata-kata Napoleon Bonaparte ini: "Vini Vidi Vici"

Demikianlah sebuah sumbangan pemikiran sederhana. Semoga bermanfaat.

Atambua: 24.11.2024

Referensi:

1.   https://www.cnbcindonesia.com/news/20240213131533-4-513798/apa-itu-golput-begini-sejarah-hingga-alasannya.
2.  https://nasional.kompas.com/read/2022/05/12/06420071/jejak-sejarah-golput-di-pemilu-berawal-dari-protes-di-masa-orde-baru

3.   https://tribratanewsntt.com/satu-suara-satu-masa-depan-pemilu-2024-damai-untuk-kemajuan-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun