Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pilkada Hijau 2024 dan Kekeringan Akibat Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur

26 Oktober 2024   09:27 Diperbarui: 30 Oktober 2024   20:49 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekeringan meluas di NTT (Kompas.id/Kornelis Kewa Ama)

Pemandangan Umum Kampanye Pilkada 2024 dan Kekeringan Akibat Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur (NTT)

Hari-hari ini seluruh wilayah Indonesia diliputi gegap gempita menghadapi pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur dan Bupati/Wali Kota se-Indonesia 2024.

Masing-masing pasangan calon bersama para pendukungnya hingar bingar dari satu dapil ke dapil yang lain disertai iring-iringan mobil dan gegap gempita musik. Ada paslon yang membawa suasana pesta di ajang kampanye sambil menari-nari ria bersama para pendukungnya dengan isu "Kampanye riang gembira."

Suasana pesta dan riang gembira ditampilkan di tengah-tengah panas terik matahari menyengat sehingga keringat mengucur di sekucur tubuh para penari sambil meneriakkan yel yel mereka.

Kekeringan di mana-mana terlihat di sekitar lokasi kampanye yang disulap jadi arena lautan manusia sehingga rakyat yang mengikuti kampanye seakan-akan 'melupakan' situasi kekeringan di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini.

Seperti yang disaksikan penulis, kekeringan di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2024 mencapai puncaknya pada bulan Oktober saat di mana masa kampanye mencapai puncaknya juga.

Berbeda dari tahun-tahun silam, wilayah tertentu di Pulau Timor pada bulan-bulan Oktober seperti ini sudah mulai turun hujan. Namun apa yang terjadi di tahun 2024 ini, panas terik menyengat diikuti dengan kekeringan. Di mana-mana kita jumpai masyarakat berbondong-bondong mencari air, selain untuk konsumsi, MCK, belum lagi untuk memberi minum ternaknya.

Padang rumput mengering, kering total. Kebakaran hutan dan belukar tak terbendung sehingga menimbulkan pemandangan yang kurang menarik. Dari nusa hijau menjadi nusa hitam.

Bukan hanya karena asap mengepul dari kebakaran yang terjadi. Tetapi akibat dari kebakaran hutan dan belukar itu meninggalkan bentangan luas nusa hitam pekat sehingga membuat pemandangan tak sedap dipandang mata.

Tapi apa hendak dikata, kampanye Pilkada hampir berakhir memasuki masa-masa debat. Semua paslon mengangkat isu-isu yang menarik perhatian pendukung untuk memilih.

Hampir semua paslon melontarkan visi-misi dan program strategis yang terdengar indah dan menarik minat bukan hanya pendukung bahkan lawan pun ikut menyeberang untuk memilih karena tergiur oleh janji manisnya.

Para paslon menghipnotis rakyat untuk memilih mereka dengan janji manis semua serba gratis. Ada kesehatan gratis, ada makan gratis, ada SIM gratis, dan ada banyak gratis lainnya.

Sayangnya isu lingkungan hanya sedikit yang menyinggungnya. Tidak ada yang menampilkan isu lingkungan sebagai program utama. Paling-paling menyinggung tentang air bersih,

Belum ada pasangan calon yang menarik perhatian masyarakat peserta dan pendengar kampanye untuk memahami mengapa terjadinya kerusakan lingkungan hidup saat ini dan terutama mengapa adanya kekeringan yang menimpa negeri kita saat ini.

Tidak ada yang menampilkan isu kontekstual di NTT saat kampanye ini. Pada hal rakyat/masyarakat pendengar kampanye sedang berdiri di tengah-tengah panas teriknya matahari dan kekeringan yang melanda.

Penyebab Kekeringan Saat Ini

Di mana-mana terdengar orang mengeluh "panas", "kering!" Mengalami kekeringan yang terjadi saat ini kita bertanya "mengapa sehingga negeri kita dilanda kekeringan ini?"

Sebenarnya kekeringan di NTT pada tahun 2024 ini menurut Kompas.id disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Perubahan Iklim

Hampir tidak bisa diprediksi keadaan cuaca kita, khususnya di NTT saat ini. Karena terjadi perubahan iklim dapat meningkatkan suhu global sekaligus mengubah pola cuaca kita.

Pagi terasa dingin mencekam, siang terasa panas membara. Kulit menjadi kering dan mudah haus. Hal ini dapat memperpanjang periode kekeringan di negeri ini.

2. Curah Hujan Rendah atau Tidak Teratur

Kekeringan terjadi karena curah hujan di bawah normal atau tidak teratur dalam kurun waktu yang cukup lama. Sesuai pengamatan, hampir sebulan ini hujan tidak turun. Atau kalau pun turun hujan, tak seberapa lebatnya. Banyak terjadi hujan lokal. Di seberang jalan hujan, di seberang jalan sana kering.

3. Pengaruh Angin Muson Timur

Menurut data, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terletak di selatan Katulistiwa sehingga terpengaruh oleh angin muson timur yang menyebabkan kondisi NTT menjadi wilayah yang kering.

4. Karena Iklim Tropis yang Kering

Berbeda dengan wilayah lain di Indonesia, NTT mempunyai iklim tropis yang kering bahkan disertai musim kemarau yang cukup panjang. Kalau wilayah-wilayah lain di Indonesia mempunyai musim kemarau sekitar 4 sampai 6 bulan, justru NTT musim kemaraunya lebih panjang yaitu antara 8 sampai 9 bulan per-tahunnya.

5. Karena Ulah Manusia sendiri

Menurut tim Aksi Puasa Pembangunan Indonesia, salah satu penyebab terjadinya kekeringan paling parah saat ini adalah karena ulah manusia sendiri. 

Bayangkan, berapa banyak pohon di hutan yang telah ditebang? Lalu tidak ada upaya untuk menanam kembali. Bagaimana bisa hujan kalau tidak ada penguapan dari pohon-pohon di hutan?

Berapa banyak tempat yang terjadi kebakaran karena sumber api kecil yang ditimbulkan misalnya oleh ulah seorang 'perokok' yang membuang puntung rokoknya dari dalam mobil persis di pinggir jalan yang ada sampah kering. Lantas terjadi kebakaran.

Nah, kalau sudah begini mau bagaimana lagi?

Dampak Kekeringan bagi Manusia

1. Penurunan kuantitas dan kualitas air

Hanya ada kekeringan dan kekurangan air di mana-mana. Debit air pada sumber-sumber mata air menurun. Hal itu berpengaruh selain pada jumlah atau kuantitas sumber air juga pada kualitas air itu sendiri.

Pada musim kekeringan seperti sekarang ini, sumur-sumur gali menjadi kering. Orang mulai mengonsumsi air dari sungai atau kali. Bisa dibayangkan kualitas airnya bagaimana? Tapi mau tidak mau, orang harus minum supaya bertahan hidup.

2. Peningkatan kejadian penyakit

Kekeringan juga dapat menyebabkan menularnya beberapa penyakit seperti penyakit kulit karena kurang kebersihan. Akibat kekurangan konsumsi air menyebabkan ISPA, tenggorokan kering, sariawan, batuk pilek, dan lain-lain. Penyakit juga melanda ternak dan tumbuhan akibat kekeringan itu.

3. Peningkatan angka kematian

Akibat lebih lanjut dari kekeringan yang berkepanjangan itu ada peningkatan angka kematian baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Pada musim kering seperti saat ini, dimana-mana kita jumpai bangkai binatang yang mati mengenaskan, sekali lagi karena kurangnya air dan teriknya matahari yang menyengat akibat dehidrasi.

4. Berdampak pada kesehatan mental yang merugikan

Demikian pun kekeringan yang berkepanjangan dapat menyebabkan orang stres dan akibat lanjutnya adalah orang mengalami sakit mental. Orang mengalami pikiran buntu dan dengan demikian merugikan dirinya.

Cara Mengatasi Kekeringan dan Solusi yang Ditawarkan

Di sini penulis mengemukakan adanya 6 cara yang harus ditempuh untuk mengatasi semakin merebaknya kekeringan akibat sumber mata air semakin sulit dibendung.

1. Mengusahakan teknik irigasi yang efisien

Cara menghadapi ancaman kekeringan yang paling mudah adalah penyediaan air terutama oleh pemerintah setempat. Namun pertanyaannya: sampai kapan hal itu berlangsung? Saat ini untuk membantu masyarakat, beberapa paslon membantu membagikan air bersih bagi masyarakat. 

Tetapi rupanya yang paling penting untuk para paslon adalah mencari solusi bersama seperti yang ditawarkan oleh Paslon 03 NTT: SPK alias Simon Petrus Kamlasi tentang perlunya mengadakan sumur artesis.

2. Pembuatan waduk buatan

Salah satu cara atau solusi yang ditawarkan dan dilakukan sejak pemerintah Jokowi, termasuk di NTT adalah dengan pembuatan waduk atau embung-embung.

Menurut databoks, jumlah embung-embung yang dibangun di NTT sebanyak 3.658 embung-embung. Selain jumlah embung, NTT juga memiliki minimal satu embung atau 42,77%. Namun yang menjadi pertanyaan, sejauhmana embung-embung telah dipakai untuk kepentingan seluruh masyarakat?

3. Menanam varietas tanaman yang tahan kekeringan

Mengingat tanah di Timor khususnya dan NTT umumnya adalah kering dan berbatu-batu, maka perlu memilih varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan atau ketiadaan air.

4. Sosialisasi Penghematan Air

Salah satu kebijakan yang ditempuh agar terjadi dalam masyarakat adalah sosialisasi terus menerus pola hidup menghemat air. Mereka yang punya kebiasaan membuang-buang air, hendaknya sadar bahwa sekarang ini air juga perlu diminta.

5. Reboisasi hutan dan Penghijauan di area pemukiman warga maupun di jalan besar

Salah satu cara lain untuk mengatasi kekeringan sumber mata air adalah dengan melakukan reboisasi hutan dan penghijauan di area pemukiman warga dan di jalan-jalan besar.

6. Kearifan Mengurangi Sampah

Mengingat bahaya sampah telah menjadi momok bagi kita, maka diperlukan kearifan untuk mengurangi sampah yang berserakan di mana-mana terutama sampah plastik.

Pada musim kemarau yang menyebabkan kekeringan, kita juga perlu mengumpulkan sampah-sampah supaya pada saat musim hujan tidak menyebabkan becek atau tersumbatnya got-got oleh sampah plastik.

Peran Paslon dan Pemerintah Daerah

Dalam debat terbuka calon gubernur dan wakil gubernur putaran pertama Rabu, 23/10/2024, salah satu hal yang menjadi pokok perdebatan adalah masalah air. 

Dari tiga paslon itu, Simon Petrus Kamlasi (SPK) merupakan calon yang mempunyai kepedulian yang besar terhadap pengadaan air bersih bagi masyarakat. 

Bahkan beliau sendiri menciptakan pompa hidram untuk membantu masyarakat NTT yang kekurangan air sejak tahun 2013 ketika beliau masih menjabat Staf Ahli Kasad Bidang Lingkungan Hidup.

Demikian pun dari Kabupaten Belu, dr. Agustinus Taolin (AT) sebagai calon Petahana (incumbent) berjanji akan mengalirkan air dari bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Belu khususnya di Kecamatan Kakuluk Mesak.

Meskipun selama masa kampanye terkesan tiadanya perhatian kepada isu lingkungan hidup karena hingar bingarnya suasana kampanye, namun dalam debat terbuka antarcalon, isu lingkungan, air bersih dan perubahan iklim menjadi perhatian, yang kelak juga menjadi perhatian pemerintah daerah, ketika mereka terpilih nanti.

Kita doakan, semoga berhasil.

Atambua: 25.10.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun