Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paus Fransiskus, Kunjungan ke Indonesia, dan Isu Perdamaian

4 September 2024   05:55 Diperbarui: 4 September 2024   05:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia dan Isu Perdamaian/Kompas.com

Momentum kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia dan negara-negara Asia lainnya sangat dinanti-nanti dengan hati berdebar. Yang menjadi istimewa adalah bukan hanya oleh segelintir umat Katolik, tetapi hampir oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Paus yang telah berusia 87 tahun itu nampak ceriah ketika menuruni tangga pesawat komersial ITA Airways yang ditumpanginya dari Roma-Italia menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta, Indonesia.

Berbeda dengan pendahulunya Paus Santo Yohanes Paulus II yang selalu mengawali kunjungannya di setiap negara ketika menanjakkan kakinya di bumi di mana ia berada dengan melakukan ritual "mencium tanah" sebagai tanda atau simbol cinta atas bangsa yang dikunjunginya.

Paus Fransiskus lebih terkenal dengan 'ritual senyuman' sebagai pembuka komunikasi cinta dengan masyarakat-umat yang dikunjunginya. Paus dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio itu terlihat sangat ceriah ketika menginjakkan kakinya di bumi pertiwi Jakarta untuk pertama kalinya.

Paus Fransiskus yang terkenal karena kesederhanaanya itu menebarkan aura positif yang luar biasa kepada setiap orang yang dijumpainya. Banyak orang berteriak histeris ketika menyaksikan mobil yang membawa pemimpin umat Katolik sedunia itu melewati jalan protokol ibukota.

Paus yang mencengangkan seluruh publik dunia dengan senyuman khas Argentinanya karena justru mengenakan jam tangan Cassio seharga cuma Rp 141.000. 

Dengan itu Paus Fransiskus hendak memberikan pelajaran moral kepada bangsa Indonesia bahwa semahal berapapun sebuah arloji tidaklah lebih penting daripada fungsinya untuk menunjukkan waktu.

Daripada mengenakan jam tangan seharga miliaran rupiah, tetapi selalu datang tidak tepat waktu. Demikian pun gara-gara membeli arloji seharga miliaran rupiah pada hal itu hasil dari sebuah pekerjaan korupsi.

Pendeknya kehadiran Paus Fransiskus memberikan pelajaran moral berharga untuk setiap umat Katolik, tetapi terutama kepada para pejabat publik Indonesia yang lebih mengutamakan hedonisme daripada fungsi sebuah materi.

Kunjungan ke Indonesia

Rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan baru sekarang. Sejak tahun 2020 rencana itu sudah dihembuskan. Namun terhalang oleh merebaknya Virus Corona menghantam dunia.

Maka kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada tahun 2024 ini sebenarnya 'untuk membayar utang' yang seharusnya telah terjadi pada tahun 2020.

Presiden Jokowi sendiri pada suatu pidato- kalau penulis tidak keliru-pada pembukaan atau penutupan Pesparawi Umat Katolik Indonesia, berjanji untuk mengundang Paus Fransiskus datang ke Indonesia. 

Dan puji Tuhan, hal itu telah menjadi kenyataan. Paus Fransiskus berkenan datang di bumi Bhinneka Tunggal Ika selama tiga hari penuh yakni tanggal 3 s.d 6 September 2024.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bernilai sejarah. Hubungan bilateral antara Negara Takhta Suci Vatikan dan Indonesia telah terjalin sejak awal Indonesia merdeka.

Bukankah Negara Takhta Suci Vatikan merupakan salah satu negara di dunia yang memberikan pengakuan pertama atas kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan ini menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan diplomatik Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara di dunia.

Menurut catatan sejarah, Takhta Suci Vatikan mengakui kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947. Pengakuan ini ditandai dengan dibentuknya Apostolic Delegate atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.

Hal itu terjadi berkat perjuangan yang gigih dari Mgr. Albertus Sugiyapranata, SJ, Uskup Agung Semarang kala itu sebagai perwujudan konkret dari moto perjuangan bagi bangsa dan tanah air Indonesia, "Menjadi 100% Warga Negara Indonesia, dan 100% Umat Katolik."

Karena itu setiap kali kunjungan Paus ke Indonesia (kali ini merupakan kunjungan yang ketiga), catatan sejarah ini selalu dibuka kembali sebagai pembelajaran bagi seluruh warga negara Indonesia, khususnya kepada kaum milenial untuk mengerti dan memahami kedudukan Takhta Suci Vatikan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Menurut hemat saya, kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia menyadarkan bangsa Indonesia akan pentingnya kesalingan pengakuan itu.

Maka patutlah seluruh umat Katolik Indonesia menyampaikan terima kasih berlimpah kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya saudara-saudara umat Muslim yang turut merasakan aura kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia dan ikut mengakui kehadiran umat Katolik di Indonesia.

Isu Perdamaian

Dalam setiap dokumen yang ditulis dan dikeluarkan serta dalam setiap pidatonya, Paus Fransiskus selalu menekankan pentingnya menciptakan perdamaian dunia.

Hal tersebut diakui juga oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, bahwa momentum kunjungan Paus tidak semata-mata kunjungan keagamaan bagi umat Katolik, tetpi terutama untuk misi perdamaian.

Kunjungan Paus Fransiskus ini tidak hanya sekadar lawatan religius, tetapi juga membawa misi penting terkait isu-isu global. Presiden Jokowi menegaskan bahwa perdamaian akan menjadi topik utama dalam pembicaraannya dengan Paus Fransiskus, terutama terkait konflik yang saat ini masih berlangsung di berbagai belahan dunia.

"Ya, yang berkaitan utamanya, yang berkaitan dengan perdamaian. Saya kira itu yang sangat penting yang akan kita bicarakan dengan beliau agar perdamaian di seluruh konflik perang, baik yang ada di Gaza, baik yang ada di Ukraina, dan konflik-konflik kecil lainnya yang juga ada di beberapa negara juga bisa kita selesaikan."

Berbeda dengan para pemimpin dunia lain, Paus sebagai pemimpin spiritual memiliki pandangan dan perjuangan yang khas terhadap perdamaian dan persaudaraan di antara seluruh umat manusia. Karena Paus memandang perdamaian sebagaimana misi Yesus Kristus dan juga misi setiap umat manusia untuk mengusahakan perdamaian dan menjauhkan segala pertikaian.

Menurut Paus Fransiskus, setidaknya ada enam jalan untuk menciptakan dan memupuk perdamaian.

Pertama, menghormati kehidupan.

Kedua, menghormati hak-hak asasi manusia.

Ketiga, melalui dialog, yang harus menjiwai komunitas internasional.

Keempat, melalui dialog politik dan sosial. Sebab menurut Paus, dialog merupakan dasar bagi hidup berdampingan secara damai dalam komunitas politik moderen saat ini.

Kelima, jalan perdamaian juga harus melalui dialog antaragama, yaitu perlunya perlindungan terhadap kebebasan beragama dan penghormatan terhadap kelompok minoritas.

Yang keenam, jalan menuju perdamaian melalui pendidikan, yang merupakan sarana utama untuk investasi masa depan dan generasi muda (Media Indonesia, 10/1/2024).

Penutup

Semoga kehadiran Paus Fransiskus selama tiga hari di Indonesia selain melalui pidato dan pengajarannya, tetapi contoh hidupnya sendiri menjadi teladan bagi seluruh umat bangsa Indonesia, sebagaimana diminta oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Quomas, yang menurut saya beliau memiliki kedekatan, kesan dan kebanggaan tersendiri atas kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.

Gus Men dalam UINSGD.AC.ID (3/9/2024) memuji kesederhanaan Paus Fransiskus yang lebih memilih kendaraan yang sederhana, bukan kendaraan mewah. Termasuk menginap tidak juga di hotel mewah, tapi di Kedutaan Vatikan.

"Beliau ini pimpinan Tahta Suci Vatikan, pemimpin negara dan pemimpin umat. Dengan kesederhananya beliau tunjukkan, bagaimana beliau memilih kendaraan pun dengan cara yang sangat sederhana, dan ini patut untuk dicontoh."

Selamat datang Sri Paus Fransiskus di Indonesia dan nikmatilah kehidupan persaudaraan dan keIndonesiaan kami!

Atambua: 04.09.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun