Sikap Batin yang Benar: Memaafkan Sekaligus Melupakan!
Menuliskan sesuatu, apalagi tentang perbuatan dan sikap batin untuk memaafkan merupakan sesuatu yang gampang-gampang sulit. Sebab pada kenyataannya demikian, orang gampang mengatakan maaf kepada sesamanya, namun sulit melupakan kesalahan yang pernah dilakukan sesamanya itu.
Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas ke damaian di dalam hati (Tere Liye, seorang Penulis Indonesia).
Kedamaian di dalam hati sebagai akibat atau dampak  atau hasil dari  suatu keputusan untuk memaafkan seseorang seperti dikatakan Tere Liye itu sama artinya dengan melupakan apa yang ada di belakangku.
Memaafkan seharusnya sekaligus melupakan. Itulah sikap batin yang benar. Jangan katakan telah memaafkan, sementara itu tidak mampu melupakan kesalahan. Itu sama dengan dusta. Maka sering kita mendengar orang mengatakan 'janganlah ada dusta di antara kita!'
Memaafkan dan sekaligus melupakan itu berat.Â
Sikap batin seperti itu membutuhkan perjuangan ekstra. Dalam doa jalan salib umat Katolik, khususnya pada waktu masa prapaskah di sana dikatakan "Jatuh memang merupakan pengalaman yang tidak enak. Lebih-lebih bila disaksikan dan diketahui banyak orang". Apalagi kalau jatuh itu disebabkan oleh orang lain. Apakah kita berani bangun, memaafkan, Â dan melupakan pengalaman itu?
Mother Teresa dari Calcuta pernah mengatakan "Jika kita benar-benar ingin mencintai, kita harus belajar cara memaafkan. Â Dan agar cinta itu menjadi nyata, ia harus berbiaya, harus sakit, dan terutama harus mengosongkan diri kita terlebih dahulu".
Pengosongan diri atau kenosis itu sudah lebih dahulu dicontohkan oleh Sang Guru Yesus Kristus. Begitu Ia mengampuni, Ia melupakan semua masa lampaumu sehingga yang ada hanyalah masa depan!
Bagaimanakah Caranya agar kita Berani Memaafkan dan sekaligus Melupakan?
Pertama: Mulailah dengan membangun komitmen untuk berani memaafkan. Â
Memaafkan merupakan suatu komitmen manusia untuk berubah. Mungkin kita butuh waktu. Termasuk belajar untuk memaafkan. Komitmen itu memang perlu untuk bergerak maju ke arah sikap memaafkan. Ya bukan sekedar memaafkan di bibir saja. Bukankah ada syair lagu yang berkata: "Lain di bibir lain di hati". Dalam hal ini, bila kita sudah terlebih dahulu membuat komitmen dengan diri sendiri, maka kita dapat melakukan sesuatu yang lebih, termasuk melupakan kesalahan masa lalu.
Kedua: Menyadari bahwa Setiap Orang Tidak Luput dari Kesalahan
Segala rasa dendam dan amarahdapat dimaafkan apabila orang menyadari bahwa ia sendiri tidak luput dari kesalahan. Â Maka berusaha melupakan kesalahan orang lain merupakan suatu langkah maju untuk menyadari keterbatasannya sendiri. Dalam doa Bapak Kami orang berjanji mengampuni dosa dan kesalahan orang lain karena Tuhan telah terlebih dahulu mengampuninya.
Ketiga: Fokus pada masa kini dan Memandang ke masa depan
Terus menerus memikirkan masa lalu dan kesalahan yang pernah dilakukan orang terhadap kita hanya akan membuat kita terjebak dalam rasa sakit hati dan dendam yang membara. Maka supaya kita dapat memaafkan sekaligus melupakan kesalahan orang lain itu, kita sebaiknya fokus pada apa yang terjadi hari ini yaitu menerima kembali dia apa adanya, melihat kebaikan-kebaikannya versus kekurangannya pada kita. Dan melihat apa yang baik untuk masa depan.
Keempat: Iklaskan apa yang sudah terjadi pada masa lalu dan selalu bersyukur
Masa lalu adalah hal yang sudah berlalu dengan segala manis pahitnya. Pahit janganlah cepat dimuntahkan, manis janganlah cepat ditelan. Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.
Orang mengatakan bahwa penyesalan janganlah terus menerus, sebab penyesalan saja tidak akan mengubah hal yang sudah terjadi. Maka penyesalan harus diganti dengan bersyukur. Paling kurang selalu bersyukur atas kondisi saat ini. Itulah salah satu cara melupakan kesalahan orang lain.
Kelima: Selalu Berpikir dan Melakukan kegiatan-kegiatan Positif
Alihkanlah masa lalumu dengan berpikir dan melakukan hal-hal yang positif. Dengan berpikir dan melakukan hal-hal yang positif, kita bisa melupakan masa lalu, termasuk masa lalu ketika kita disakiti, atau dizolimi.Â
Keenam: Lupakanlah itu karena Tuhan telah lebih dulu memaafkanmu!
Kita pada akhirnya harus berani melupakan kesalahan masa lalu meskipun tidak perlu dihapuskan dari memori kita. Tetapi dengan melupakan itu kita percaya Tuhan telah lebih dahulu memaafkan kita. Â "Ingatlah bahwa hari ini juga engkau telah bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus".
Penutup
Setiap orang dipanggil untuk melakukan sikap batin yang benar: Memaafkan sekaligus Melupakan. Hanya orang yang memaafkan sekaligus melupakan akan terhindar dari segala macam penyakit fisik dan batin. Sebab menyimpan kesalahan orang di dalam hati akan menyebabkan rasa sakit. Maka supaya terasa planggg di dalam hati lupakanlah semua kesalahan yang pernah terjadi di antara kita.
Banyak orang stress karena terbelenggu oleh sakit hati, amarah dan dendam yang tidak saling memaafkan. Memaafkan saja sudah susah, apalagi mau melupakan.....
Tetapi di mana ada kemauan di sana pasti ada jalan. Mari kita terus berjuang untuk cepat memaafkan kesalahan orang, juga cepat untuk melupakan kesalahan yang pernah terjadi itu.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat!
Atambua: 14.o8.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H