Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Naik Pesawat Pertama Kali Lebih Mahal dari yang Terakhir

24 Juli 2024   23:27 Diperbarui: 24 Juli 2024   23:34 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merpati Airlines /foto:  Nur Rohmi Aida via Kompas.com

Kalau saya ditanya "Kapan terakhir kali Kompasianer naik pesawat?" Jawabannya sudah lupa entah kapan ya. Tapi yang paling kuingat terus sampai sekarang ini bahkan mungkin tak bisa kulupakan sampai ajal menjemput adalah "Pengalaman pertamaku naik pesawat terbang!"

Ya boleh dibilang paling menarik dari semua pengalaman hidupku. Ketika Kompasiana mengangkat isu harga tiket pesawat domestik mahal, saya malah bersyukur karena sudah pernah naik pesawat pertama kali pada tanggal 1 bulan Agustus tahun 1988.

Mau tahu ceritanya? Sudah penasaran ya....

Oke baiklah. Kali ini saya mau buka rahasia pertama kali naik pesawat terbang yang oleh masyarakat NTT khususnya teman-temanku di Manggarai waktu itu menyebutnya "Burung Besi".

Waktu itu saya bersama seorang temanku Anton Kono, yang boleh saya sebutkan namanya di sini biar dia juga ikut terkenang akan masa yang silam. Kami berdua adalah calon mahasiswa STKIP Santo Paulus Ruteng Flores kala itu. Kedatangan kami ke Ruteng sebenarnya sudah terlambat karena saat itu di kampus sudah mulai dengan masa OSPEK alias Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus.

Teman-teman kami yang berasal dari Timor semuanya sudah duluan ke sana dengan menggunakan Kapal Laut atau Kapal Fery. Kami sendiri mendapat tugas belajar dari gereja dalam hal ini pihak keuskupan.

Karena sudah terlambat, maka kami "diperintah" oleh pimpinan untuk menggunakan pesawat terbang. Maka kepada kami berdua dibelikan tiket pesawat maskapai Merpati Air lines.

Kompasianer tahu, berapa harga tiketnya kala itu? Saya masih ingat betul harga tiket pesawat Merpati Airlines Kupang (Koe) - Ruteng (Rtg) sebesar Rp 65.000 (enampuluh lima ribu rupiah).

Kompasianer bisa membayangkan betapa senangnya hati kami berdua karena bisa mengendarai si burung besi yang bernama Merpati itu. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya yaitu 1 jam 10 menit, kami tiba di Bandar Udara Satar Tacik Ruteng-Manggarai, yang kini sudah berganti nama menjadi Bandara Frans Sales Lega Ruteng.

Penerbangan Kupang-Ruteng ditempuh dalam hitungan menit saja yaitu sekitar 70 menit. Itu artinya lebih cepat dari perjalanan darat kami dari Kefamenanu ke Kupang yang memakan waktu hampir tujuh jam waktu itu.

Tapi syukur kepada Allah, pada awal menaiki tangga pesawat, saya dan teman Anton berdoa, sambil bergumam: "Teman, kita akan jadi apa sebentar?" Maksudnya kami berdua yang merupakan orang yang baru pertama kali naik pesawat merasa cemas kalau terjadi apa-apa dengan kami....

Nah, cukup di sini saja cerita pengalaman naik pesawat pertama kali. 

Saya mau mengajak pembaca dan Kompasianer memetik hikmah dari kisah pertama naik pesawat ini, sambil menghubungkannya dengan topik pilihan "Mahalnya Tiket Pesawat Domestik".

Sekurang-kurang bagi saya secara pribadi, ada 3 (tiga) pelajaran menarik yang dapat ditarik dari sharing pengalaman ini, yakni:

Pertama, Tiket Pesawat Merpati Airlines tahun 1988 lebih mahal dari sekarang

Sebagai seorang calon mahasiswa yang mendapat tugas belajar pertama kali langsung naik pesawat. Luar biasa. Suatu pengalaman yang istimewa, karena pada jaman itu banyak orang lebih menggunakan kapal laut. Hanya orang-orang berduit saja yang bisa naik pesawat. Sekali lagi karena mahal. Rp 65.000 itu uang yang cukup banyak untuk ukuran seorang calon mahasiswa dari kampung!

Kedua, "Teman, kita akan jadi apa sebentar?" Ini pengalaman pertama. Takut. Cemas.

Suatu ketakutan dan kecemasan, bayarannya lebih mahal daripada uang biasa. Bayangkan, saya dan temanku Anton Kono masih berdiri di tangga pesawat sambil menggenggam Rosario di tangan dan berdoa. Kami tidak mempunyai bayangan terbang menuju Kota dingin Ruteng itu ikut mana?

Ya, sekali lagi maklum, dari kampung. Tapi sekarang sudah bisa berkali-kali naik pesawat, itu hanya karena adanya pengalaman pertama itu!

Ketiga, Kalau dulu hanya ada Merpati. Tapi sekarang banyak Maskapai, kok mengapa harga tiket lebih mahal?

Menurut hemat saya pribadi, mahalnya tiket pesawat domestik saat ini karena beberapa hal, seperti: jumlah penumpang pengguna angkutan udara makin banyak; mudahnya mendapatkan tiket pesawat dari berbagai maskapai; kemudahan dalam transaksi atau pembayaran tanpa menggunakan uang kontan.

Pembayaran antar bank menggunakan aplikasi menjadikan orang tidak lagi berpikir tentang kemahalan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pembayaran menggunakan uang kontan. Di sini kita langsung merasakan adanya tingkat kemahalan itu sendiri. Pada hal seharusnya semakin banyak maskapai penerbangan semakin murah harga tiketnya.

Ternyata pengandaian itu tidak berlaku. Apalagi saya sendiri tidak punya tips untuk membeli tiket dengan harga yang lebih murah. karena itu saya rasa pengalaman naik pesawat pertama dengan harga itu lebih mahal daripada pengalaman naik pesawat terakhir. Pengalaman ini mengajarkan kepada saya untuk selalu bersyukur atas setiap kesempatan boleh menikmati penerbangan atau naik pesawat, berapa pun harga tiketnya, namun yang terpenting adalah boleh turun dengan selamat. 

Sementara banyak orang yang senang mendapatkan tiket harga murah alias promo, namun tak sempat turun dari pesawat karena ditimpah kecelakaan pesawat sebagaimana diliris dalam SINDONEWS.COM.

1) Garuda Indonesia (GA 152): Jakarta - Medan dengan 222 penumpang dan 12 awak pada 26 September 1997. Pesawat menabrak tebing gunung.

2) Lion Air (JT 6-10): jatuh pada tanggal 29 Oktober 2018 dengan penumpang 189 orang.

3) AirAsia (QZ 8501): jatuh pada 28 Desember 2014 dengan 155 penumpang.

Dan masih banyak lagi kasus kecelakaan lainnya. Kita berdoa semoga dengan semakin mahalnya tiket pesawat domestik, tidak ada lagi kasus kecelakaan pesawat.

Semoga bermanfaat. 

Atambua: 24.07.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun