Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Abudenok Destinasi Wisata Alam di Desa Umato'os, Kabupaten Malaka

22 Juli 2024   15:10 Diperbarui: 22 Juli 2024   15:15 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi /foto: Robertus Bellarminus Klau/facebook

Ternyata, Abuk adalah penunggu Laut Selatan Malaka. Selain menguasai lautan luas, dia juga menguasai semua biota laut, seperti ikan, kepiting, dan jenis tanaman laut lainnya.

Karena kekuasaannya yang begitu besar, Abuk dijuluki "Abulenok" yang berarti "Abuk Cermin atau Abuk Bercahaya". Ia dijuluki demikian, karena seluruh tubuhnya berkaca dan sekaligus bercahaya, sehingga siapapun yang berdiri atau duduk berdekatan dengan Abulenok akan melihat kembali dirinya seperti orang sedang bercermin.

Dengan kaca atau cahaya itu, Abulenok dapat memonitor segala sesuatu yang terjadi di laut lepas dan di dalam laut Abudenok.

Mengapa Menjadi Abudenok?

Nama yang semula adalah Abulenok, yaitu nama seorang gadis "Abuk" dan "Lenok", sebuah sebutan yang ditambahkan kepadanya yang artinya Cermin atau Cahaya. 

Namun oleh karena sebagian besar orang Malakabaik pria maupun wanita itu memiliki kebiasaan makan sirih pinang sehingga mereka sulit untuk menyebut kata Abulenok.  Ucapan Abulenok juga dirasakan sebagai ucapan anak-anak yang baru belajar bicara. Karena itu dalam perkembangan kemudian warga masyarakat setemapt lebih senang menggunakan sebutan "Abudenok". Maka sebutan Abudenok itu dipakai untuk menyebut penguasa dan wilayah kekuasaan penguasa Laut Selatan di Malaka sekaligus. 

Sebagai gadis cantik yang memiliki wilayah kekuasaan luas, Abudenok tidak ingin sendirian dalam hidupnya. Dia butuh seorang pria sejati sebagai pasangan hidup. Karena itulah pada musim kemarau panjang, Laut Abudenok akan bergemuruh. Gemuruh laut itu menandakan sedang terjadi masa paceklik di Laut. Semua jenis ikan, kepiting dan tanaman laut lainnya sedang kelaparan.

Maka menurut Bei  Abudenok, gemuruh laut itu menandakan Abudenok sebagai perempuan penguasa laut mengeluh meminta bantuan pangan dari bala bantuan darat. Untuk itulah, tiba-tiba saja Sungai Bebenenai meluap hingga terjadi banjir yang hebat di Malaka. 

Dalam mitos para leluhur yang diyakini oleh anak-cucu warga Umato'os pada khususnya dan Malaka umumnya hingga saat ini bahwa Sungai Benenai adalah seorang Laki-Laki, dialah penguasa darat di Malaka turun temurun.

Dengan demikian, Abudenok (gadis penguasa Laut Selatan) dan Benenai (Laki-laki Penguasa Darat Malaka) adalah suami istri yang hidup terpisah dengan wilayah kekuasaannya masing-masing. 

Sebagai laki-laki penguasa darat, Benenai tidak tega mendengar keluh kesah Abudenok. Karena itulah maka sering terjadi banjir pada musim kemarau panjang secara mendadak. Saat banjir itulah Benenai membawa bantuan makanan dan kayu api kepada Abudenok sang penguasa Laut Selatan yang sedang tertimpa kelaparan hebat. Melalui banjir Benenai itulah menjadikan bumi yang kering dan tandus menjadi subur sehingga membuat penghuni Malaka menjadi riang gembira menanam tanaman apa saja di bumi Malaka yang subur. Itulah sekilas arti pemberian nama Pantai Abudenok di Desa Umato'os, yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur 

Pengembangan Wisata Pantai Abudenok

Pantai Abudenok dikenal sebagai pantai indah yang ditumbuhi pepohonan cemara di sepanjang pantai  yang terlihat berupa hutan cemara seluas 25 Hektare.

"Memang betul. Ini masih asli. Belum terusik sentuhan tangan manusia. Suasana di sepanjang pantai sepi. Terkesan angker. Menakutkan. Tapi, para nelayan setempat tetap beraktivitas di sana. Mereka menjadikan hutan cemara sebagai rumah mereka sendiri. Sapi piaraan warga menjadi penghuni tetap hutan cemara ini. Hutan ini menjadi habitat berbagai satwa liar seperti buaya, monyet, aneka burung, penyu dan lainnya", Demikian Kadis Pariwisata Kabupaten Malaka, Aloysius Werang, SH,MM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun