Ternyata, Abuk adalah penunggu Laut Selatan Malaka. Selain menguasai lautan luas, dia juga menguasai semua biota laut, seperti ikan, kepiting, dan jenis tanaman laut lainnya.
Karena kekuasaannya yang begitu besar, Abuk dijuluki "Abulenok" yang berarti "Abuk Cermin atau Abuk Bercahaya". Ia dijuluki demikian, karena seluruh tubuhnya berkaca dan sekaligus bercahaya, sehingga siapapun yang berdiri atau duduk berdekatan dengan Abulenok akan melihat kembali dirinya seperti orang sedang bercermin.
Dengan kaca atau cahaya itu, Abulenok dapat memonitor segala sesuatu yang terjadi di laut lepas dan di dalam laut Abudenok.
Mengapa Menjadi Abudenok?
Nama yang semula adalah Abulenok, yaitu nama seorang gadis "Abuk" dan "Lenok", sebuah sebutan yang ditambahkan kepadanya yang artinya Cermin atau Cahaya.Â
Namun oleh karena sebagian besar orang Malakabaik pria maupun wanita itu memiliki kebiasaan makan sirih pinang sehingga mereka sulit untuk menyebut kata Abulenok. Â Ucapan Abulenok juga dirasakan sebagai ucapan anak-anak yang baru belajar bicara. Karena itu dalam perkembangan kemudian warga masyarakat setemapt lebih senang menggunakan sebutan "Abudenok". Maka sebutan Abudenok itu dipakai untuk menyebut penguasa dan wilayah kekuasaan penguasa Laut Selatan di Malaka sekaligus.Â
Sebagai gadis cantik yang memiliki wilayah kekuasaan luas, Abudenok tidak ingin sendirian dalam hidupnya. Dia butuh seorang pria sejati sebagai pasangan hidup. Karena itulah pada musim kemarau panjang, Laut Abudenok akan bergemuruh. Gemuruh laut itu menandakan sedang terjadi masa paceklik di Laut. Semua jenis ikan, kepiting dan tanaman laut lainnya sedang kelaparan.
Maka menurut Bei  Abudenok, gemuruh laut itu menandakan Abudenok sebagai perempuan penguasa laut mengeluh meminta bantuan pangan dari bala bantuan darat. Untuk itulah, tiba-tiba saja Sungai Bebenenai meluap hingga terjadi banjir yang hebat di Malaka.Â
Dalam mitos para leluhur yang diyakini oleh anak-cucu warga Umato'os pada khususnya dan Malaka umumnya hingga saat ini bahwa Sungai Benenai adalah seorang Laki-Laki, dialah penguasa darat di Malaka turun temurun.
Dengan demikian, Abudenok (gadis penguasa Laut Selatan) dan Benenai (Laki-laki Penguasa Darat Malaka) adalah suami istri yang hidup terpisah dengan wilayah kekuasaannya masing-masing.Â
Sebagai laki-laki penguasa darat, Benenai tidak tega mendengar keluh kesah Abudenok. Karena itulah maka sering terjadi banjir pada musim kemarau panjang secara mendadak. Saat banjir itulah Benenai membawa bantuan makanan dan kayu api kepada Abudenok sang penguasa Laut Selatan yang sedang tertimpa kelaparan hebat. Melalui banjir Benenai itulah menjadikan bumi yang kering dan tandus menjadi subur sehingga membuat penghuni Malaka menjadi riang gembira menanam tanaman apa saja di bumi Malaka yang subur. Itulah sekilas arti pemberian nama Pantai Abudenok di Desa Umato'os, yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara TimurÂ
Pengembangan Wisata Pantai Abudenok
Pantai Abudenok dikenal sebagai pantai indah yang ditumbuhi pepohonan cemara di sepanjang pantai  yang terlihat berupa hutan cemara seluas 25 Hektare.