Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ini Alasan Mengapa Perjalanan Pulang Kampung Itu Menyenangkan

2 Juni 2024   21:34 Diperbarui: 3 Juni 2024   06:20 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pulang kampung halaman/foto: Detikcom

HIDUP ini ibarat sebuah perjalanan yang terkadang melelahkan, namun lebih banyak menyenangkan.  Menikmati hidup menjadi tuntutan bagi setiap orang. Karena itu sering orang mengatakan, kehidupan ini hanya satu kali, maka nikmatilah hidup ini seolah-olah besok akan berakhir.  Namun kadang orang mempersepsikan hal ini secara keliru atau salah dengan melakukan berbagai tindakan yang menyalahi etika dan moral.

Perlu disadari bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan perjalanan. Perjalanan yang paling simple adalah pindah atau pindah ruang. Paling kurang orang pernah berpindah tempat entah tempat tinggal, ataupun tempat kerja. 

Banyak orang telah berpindah dari desa ke kota untuk bekerja atau mengadu nasib. Pada saat-saat tertentu orang-orang dari kampung yang kini tinggal di kota itu, ada kerinduan untuk pulang kampung.

Biasanya kesempatan pulang kampung banyak kali terjadi pada saat Lebaran dan Natal yang dikenal dengan istilah 'mudik'.  Namun ada juga saat-saat tertentu seseorang baik secara individual atau pun bersama keluarga melakukan perjalanan pulang kampung atau pulkam.

Sesungguhnya aktus pulang kampung itu sangat menyenangkan. Berikut ini beberapa alasan mengapa setiap kali melakukan perjalanan pulang kampung bagi banyak orang itu sangat menyenangkan. Pada hal ada begitu banyak persoalan yang dihadapi selama perjalanan itu.

Adanya Perasaan RINDU Kampung halaman (homesick)

Setiap orang secara normal memiliki perasaan rindu atau kangen kampung halaman atau rumah. Ini merupakan perasaan universal manusia. Ada semacam rasa di dalam hati yang selalu mengganggu seseorang sehingga ia tidak tenang ketika memikirkan kampung halaman. Untuk itu tidak ada alasan baginya untuk tidak melakukan perjalanan pulang.

Pada hal diketahui bahwa perjalanan ke sana tidaklah gampang. Ada banyak persoalan yang menghadang di jalan, misalnya transportasi masih kurang; jalan masih berbatu-batu atau berlubang; harus melewati sungai tanpa adanya jembatan, dan lain sebagainya.

Baca juga: Lestari Pancasilaku

Biar pun ada berbagai kesulitan, namun tetap bertekad untuk pulang kampung. Pada hal setelah diselidiki, alasan homesick  itu bermacam-macam sehingga seseorang biar pun sudah tua di kota, tetap saja ada kerinduan melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman. 

Baca juga: Teruslah Tersenyum

Perjalanan ke sana biarpun berliku-liku dan berbatu-batu tetapi rasanya sangat menyenangkan. Tidak pernah seseorang merasa cape dan mengeluh. Bahkan biar pun dengan sepeda motor, menggonceng istri dan dua orang anak, tidak menjadi beban. Bahkan mau dikatakan lebih ekstrim lagi, tidak takut jatuh atau celaka. Mereka menikmati perjalanan itu sambil bernyanyi riang. Sambil menikmati alam nan asri dan kicauan burung di sepanjang jalan kenangan seolah-olah melupakan semua kesulitan sepanjang jalan itu.

Ternyata alasan kuatnya sebagai berikut:

1) Ada rumah dan orang tua

Rumah selalu menjadi simbol kerinduan. Di rumah ada orang tua dan kakak-adik bersaudara. Karena ikatan 'tali pusat' inilah yang semakin membuat seseorang rindu kembali ke rumah. Tidak ada kerinduan yang paling besar daripada rindu pulang rumah.

Dikisahkan oleh Santo Lukas bagaimana kerinduan seorang anak yang hilang kembali ke rumah ayahnya. Dan dari kejauhan ayahnya sudah menunggu dengan mata nanar. Si anak yang hilang karena begitu rindu kembali kepada ayahnya, ia tidak pusing dengan apa yang akan terjadi ketika ia tiba di rumah. Bahkan ia berpikir dalam hati apapun yang terjadi saya akan kembali kepada ayah. Biar pun aku tidak lagi dianggap sebagai anak, jadi hambapun aku rela.

Ternyata di luar dugaan. Di sana ayah juga telah menunggu dengan penuh kerinduan. Bahkan ayah berlari menjemput anaknya yang dikatakan hilang tetapi didapat kembali, yang mati dan hidup kembali. Bahkan kemudian ayah harus menyembelih lembu yang paling tambun dan mengenakan cincin pada jarinya sebagai tanda penerimaan dan pengakuan kembali statusnya sebagai anak.

Kisah ini hendak mengajarkan bahwa kerinduan untuk kembali ke rumah selalu menjadi motivasi yang kuat karena di sana ada orang tua dan sanak saudara yang selalu menanti kedatangan.

2)  Suasana kehidupan di kampung halaman

Hal kedua yang menjadi daya tarik bagi seseorang untuk melakukan perjalanan pulang kampung karena teringat pada suasana kehidupan bersama di kampung halaman.

Suasana kehidupan di kampung halaman yang selalu menarik perhatian semasa kecil tiada duanya. Selalu terbayang dalam memori dan ingatan seseorang bagaimana kehidupan bersama teman-teman di kampung.

3) Teman-teman Semasa Kecil

Suasana itu semakin nampak bila tiba di kampung halaman dan menjumpai orang-orang yang pernah dalam masa lalu seseorang, Misalnya teman bermain pada masa kecil, teman sekolah di sekolah dasar dulu, baik laki-laki maupun perempuan yang kini tidak muda lagi alias sudah sepuh semuanya.

Karena alasan inilah banyak kali perjalanan yang terasa menyedihkan sebagaimana dikatakan si penyanyi legendaris Ebiet G. Ade itu tidak menjadi halangan.

Penutup

Ya karena alasan-alasan inilah seseorang tidak tanggung-tanggung melakukan perjalanan sejauh dan sesulit apapun, yang terpenting adalah pulang ke kampung halaman untuk mendapatkan orang-orang yang paling dikasihinya. Meskipun di sana mungkin masih harus mencari signal telpon dan internet. 

Tetapi itu tidak menjadi alasan untuk tidak pergi. Seperti dikatakan Santo Paulus bahwa demi sesuatu yang ada di depanku, aku tidak goyah sedikit pun dan semua yang ada di belakangku itu kuanggap sebagai sampah.

Maka semoga tulisan ini membangkitkan kembali kerinduan Kompasianer untuk pulang kampung. Terima kasih

Atambua, 02.06.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun