Rumah selalu menjadi simbol kerinduan. Di rumah ada orang tua dan kakak-adik bersaudara. Karena ikatan 'tali pusat' inilah yang semakin membuat seseorang rindu kembali ke rumah. Tidak ada kerinduan yang paling besar daripada rindu pulang rumah.
Dikisahkan oleh Santo Lukas bagaimana kerinduan seorang anak yang hilang kembali ke rumah ayahnya. Dan dari kejauhan ayahnya sudah menunggu dengan mata nanar. Si anak yang hilang karena begitu rindu kembali kepada ayahnya, ia tidak pusing dengan apa yang akan terjadi ketika ia tiba di rumah. Bahkan ia berpikir dalam hati apapun yang terjadi saya akan kembali kepada ayah. Biar pun aku tidak lagi dianggap sebagai anak, jadi hambapun aku rela.
Ternyata di luar dugaan. Di sana ayah juga telah menunggu dengan penuh kerinduan. Bahkan ayah berlari menjemput anaknya yang dikatakan hilang tetapi didapat kembali, yang mati dan hidup kembali. Bahkan kemudian ayah harus menyembelih lembu yang paling tambun dan mengenakan cincin pada jarinya sebagai tanda penerimaan dan pengakuan kembali statusnya sebagai anak.
Kisah ini hendak mengajarkan bahwa kerinduan untuk kembali ke rumah selalu menjadi motivasi yang kuat karena di sana ada orang tua dan sanak saudara yang selalu menanti kedatangan.
2) Â Suasana kehidupan di kampung halaman
Hal kedua yang menjadi daya tarik bagi seseorang untuk melakukan perjalanan pulang kampung karena teringat pada suasana kehidupan bersama di kampung halaman.
Suasana kehidupan di kampung halaman yang selalu menarik perhatian semasa kecil tiada duanya. Selalu terbayang dalam memori dan ingatan seseorang bagaimana kehidupan bersama teman-teman di kampung.
3) Teman-teman Semasa Kecil
Suasana itu semakin nampak bila tiba di kampung halaman dan menjumpai orang-orang yang pernah dalam masa lalu seseorang, Misalnya teman bermain pada masa kecil, teman sekolah di sekolah dasar dulu, baik laki-laki maupun perempuan yang kini tidak muda lagi alias sudah sepuh semuanya.
Karena alasan inilah banyak kali perjalanan yang terasa menyedihkan sebagaimana dikatakan si penyanyi legendaris Ebiet G. Ade itu tidak menjadi halangan.
Penutup
Ya karena alasan-alasan inilah seseorang tidak tanggung-tanggung melakukan perjalanan sejauh dan sesulit apapun, yang terpenting adalah pulang ke kampung halaman untuk mendapatkan orang-orang yang paling dikasihinya. Meskipun di sana mungkin masih harus mencari signal telpon dan internet.Â
Tetapi itu tidak menjadi alasan untuk tidak pergi. Seperti dikatakan Santo Paulus bahwa demi sesuatu yang ada di depanku, aku tidak goyah sedikit pun dan semua yang ada di belakangku itu kuanggap sebagai sampah.
Maka semoga tulisan ini membangkitkan kembali kerinduan Kompasianer untuk pulang kampung. Terima kasih