Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menepis Anggapan Miskin Kosakata Dengan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia

13 April 2024   20:50 Diperbarui: 13 April 2024   21:23 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan oleh warganet bahwasanya bahasa Indonesia yang disebut miskin kosakata!"

Sedemikian viralnya hal ini sampai-sampai Kompasiana mengangkatnya menjadi sebuah topik pilihan untuk didiskusikan. Namun kali ini bukan oleh para warganet yang secara sepihak melalui akun TikTok. Tetapi kali ini hendak dibahas melalui diskusi para Kompasianer. 

Semoga dari diskusi ini memberikan kemenangan dan rasa adil kepada para pemakai bahasa Indonesia yaitu warga negara Indonesia untuk tidak hanya memberikan penilaian terhadap bahasanya, tetapi ikut menjaga dan memelihara bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Bisakah kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tanpa menyisip atau menambahkan kosakata bahasa asing supaya terkesan lebih hebat atau apalah begitu. Sebab banyak terdengar dari seberang sana bahwa takut dianggap tidak pintar kalau dalam berbicara tidak menambahkan kosakata asing.

Karena pemikiran inilah, akhirnya ada oknum tertentu yang memberikan stigma miskin kosakata terhadap bahasa Indonesia. Pada hal bila kita jujur belum semua kosakata dalam bahasa Indonesia sebagaimana terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi kelima itu kita pergunakan dalam percakapan maupun dalam pembuatan konten.

Bagi saya sebagai pengguna bahasa Indonesia karena belajar, artinya melalui perjuangan panjang dan campur tangan banyak pihak hingga saya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik saat ini, saya sangat berterimakasih, bahasa Indonesia, bahasa yang kaya akan kosakatanya.

Mengapa saya dapat mengatakannya demikian, tentu punya alasan-alasan tertentu yang dapat dikemukakan di sini sebagai tanda kecintaanku kepada bahasa Indonesia.

Fakta Sejarah

Kita harus memaklumi bahwa bahasa Indonesia itu sendiri bukanlah bahasa dari satu daerah tertentu di Indonesia yang diangkat dan dijadikan bahasa bersama.

Seperti dilansir situs Kemdikbud, bahasa Indonesia awalnya merupakan bahasa Melayu yang kemudian menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara kala itu. Bahasa Melayu juga digunakan hampir di seluruh Asia Tenggara sejak abad ke-7 .

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah bahwa Bahasa Melayu dicanangkan sebagai bahasa Nasional Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan menjadi pedoman dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia.

Dari sana bahasa Indonesia sebagai bahasa bentukan terus berkembang yang ditandai dengan berlakunya ejaan-ejaan dalam bahasa Indonesia. 

Dan karena bahasa Indonesia itu menjadi milik semua bangsa Indonesia, maka setiap suku bangsa dapat menyumbangkan perbendaharaan katanya ke dalam bahasa Indonesia yang semakin memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Selain itu, karena bahasa Indonesia bukan milik satu suku bangsa tertentu, maka setiap orang dari suku bangsa manapun perlu belajar bahasa Indonesia.

Itulah sebabnya, saya katakan di atas bahwa untuk menjadi pengguna bahasa Indonesia yang baik perlu campur tangan banyak pihak. Ketika kami masih di Sekolah Dasar, kami diwajibkan untuk berbahasa Indonesia karena kami menggunakan bahasa daerah kami. Karena itu supaya kami bisa belajar menggunakan bahasa Indonesia, banyak trik dipakai oleh guru supaya kami makin mencintai bahasa Indonesia. 

Untuk itu kadang kami harus disiksa, misalnya mendapat pukulan, atau hukuman berupa menuliskan kata "Saya harus berbahasa Indonesia" sebanyak 1000 baris. 

Atau kadang harus menggantung tulang atau kayu di leher sebagai peringatan untuk selalu berbahasa Indonesia. Itu semua kami melihatnya sebagai motivasi untuk belajar bahasa Indonesia.

Maka bagi saya, ini semua merupakan fakta sejarah bahwa betapa bahasa Indonesia terus berkembang dan perlu ditambahkan terus menerus untuk semakin memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Gerakan Cinta Bahasa Indonesia

Bukan tidak mungkin kita menjadikan ocehan para warganet bahwa bahasa Indonesia minim bahkan miskin kosakata sebagai cambuk bagi kita untuk terus memperkaya bahasa Indonesia.

Untuk itu saya mengusulkan agar kesempatan Hari atau Bulan Bahasa Indonesia yang biasanya pada Bulan Mei itu sungguh-sungguh dijadikan sebagai Gerakan Cinta Bahasa Indonesia.

Selain itu diperkuat lagi pada setiap Hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober, kita jadikan Hari Bahasa Indonesia, tanpa tambahan atau sisipan kata-kata bahasa Asing lainnya.

Karena itu usulan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia ini, saya tujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan besar untuk melakukan sosialisasi gerakan cinta Bahasa Indonesia ini, yakni:

Pemerintah Indonesia dari pusat hingga daerah

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pendidikan Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa merupakan instansi yang paling bertanggung jawab untuk bukan hanya menjawab warganet yang memviralkan isu miskinnya kosakata bahasa Indonesia, tetapi memperjuangkan agar bahasa Indonesia yang pada tahun 2024 ini berusia 96 tahun semakin dicintai oleh bangsanya sendiri.

Bisakah bangsa Indonesia berbicara bahasa Indonesia tanpa menggunakan campuran kosakata bahasa asing untuk sekedar dinilai sebagai orang yang hebat. Dalam hal ini kita menghargai masukan para warganet itu sebagai evaluasi terhadap pemakaian bahasa Indonesia selama ini.

Para Wartawan dan Pengguna Media Sosial

Kelompok besar lainnya yang saat ini sangat ikut bertanggungjawab untuk menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang besar dan dicintai semua bangsanya adalah para wartawan yang sering disebut 'para kuli tinta' dulu dan sekarang bisa disebut 'kuli data' dan para pengguna media sosial lainnya.

Ya seperti yang diviralkan Youtube The Indah G. Show di mana obrolan antara Indah Gunawan dan Cinta Laura Kiehl tentang kurangnya pemikiran kritis orang Indonesia: apa saja yang memengaruhinya dan bagaimana cara menanganinya, akhirnya oleh warganet menjadi viral karena  adanya pernyataan Indah bahwa bahasa Indonesia miskin kosakata (ivanlanin.medium.com)

Sebagaimana mereka memviralkan obrolan warganet tentang bahasa Indonesia yang miskin kosakata, mereka juga bisa memviralkan gerakan cinta bahasa Indonesia agar semakin banyak warga negara Indonesia di mana saja berada mencintai bahasa Indonesia dengan cara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Para Guru dan Siswa di sekolah

Sebagaimana dahulu kami disiksa untuk belajar bahasa Indonesia dan sekarang kami sungguh menjadi pengguna bahasa Indonesia yang baik, maka sekarang para guru di sekolah tidak perlu lagi menyiksa para siswa untuk belajar bahasa Indonesia karena sebagian besar sudah mengenal bahasa Indonesia sejak lahir.

Sekarang yang menjadi tugas guru adalah mewajibkan siswa di sekolah untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar yaitu yang sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan ejaan yang disempurnakan.

Penutup

"Bahasa Indonesia sangat kaya dengan kosakata yang berasal atau bisa diserap dari bahasa daerah yang disampaikan oleh para penutur atau penggunanya" (Endang Aminudin Aziz: Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek RI).

Kita tidak perlu membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris atau bahasa Arab karena perkembangan suatu bahasa selalu dalam proses yang panjang. 

"Bahasa Indonesia usianya lebih muda jika dibandingkan dengan bahasa Inggris dan bahasa Arab" (Endang Aminudin Aziz: Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek RI)

Untuk itu, kiranya tiada jalan lain ke Roma, selain setiap warga negara Indonesia dan pengguna bahasa Indonesia melakukan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu untuk semakin mencintai satu bahasa yaitu bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan melakukan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI).

Mampukah kita menjalankan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia demi menyelamatkan bahasa Indonesia dari ancaman warganet tersebut?

Semoga bermanfaat.

Atambua: 13.04.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun