Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sumber Mata Air Oe Luan, antara Pertanian dan Wisata

2 April 2024   09:06 Diperbarui: 4 April 2024   10:13 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wisata alam Oe Luan/Good News From Indonesia)

"Setetes air, jika bisa menuliskan sejarahnya sendiri, akan menjelaskan alam semesta kepada kita." (Lucy Larcom)

Latar Belakang Sejarah Sumber Mata Air Oe Luan

Masa kecilku dulu merupakan masa yang paling menyenangkan. Setiap hari Minggu atau hari libur merupakan kesempatan yang indah bagi kami untuk menikmati sejuknya air pancuran di sumber mata air Oe Luan.

Sudah tentu kami mandi sepuas-puasnya sebab airnya jernih, sejuk dan menyenangkan. Sebagai anak-anak kecil yang polos, kami pergi dan pulang berjalan kami, sambil memetik dan menikmati buah jambu yang segar di sepanjang jalan itu.

Sumber mata air Oeluan adalah mata air yang berhulu di hutan milik rakyat  Desa Bijeli yang kini telah menjadi hutan lindung. Kata Oe Luan sendiri merupakan bahasa Atoni Pah Meto atau yang biasa dikenal dengan "Dawan", dari dua kata yakni OE dan LUAN.

Kata OE artinya air,  dan LUAN merupakan nama seseorang yang menjadi pemilik sumber air itu, atau didedikasikan untuk seorang nenek yang tinggal di dekat mata air yang tidak pernah kering itu. 

Dari namanya sudah dapat dipastikan bahwa ia bukanlah penduduk asli orang Noemuti. Nenek Luan itu adalah seorang pendatang yang berasal dari Belu atau Malaka. Orang Belu atau Malaka biasanya menyebutnya "BEI LUAN".

Orang Noemuti memiliki tradisi penghormatan yang lebih terhadap pendatang atau tamu. Karena itulah 'Bei Luan' lebih dikenal, daripada suaminya yang mungkin berasal dari suku pemilik sumber air itu yakni "Radriques dan Fernandez ".

Ilustrasi Sumber mata air Oe Luan/BULIR.ID
Ilustrasi Sumber mata air Oe Luan/BULIR.ID

Air untuk Pertanian

Keberadaan sumber mata air "Oe Luan" itu sangat mendukung  tumbuh suburnya pepohonan besar di sekitarnya hingga kemudian menjadi sumber mata air yang besar. 

Beruntung juga bahwa sumber air Oe Luan berada di ketinggian di lereng bukit yang disebut "Baki Sonbay" sehingga dengan mudah dialirkan ke bawahnya yang rata sebagai areal persawahan masyarakat.

Dari sumber mata air inilah, kemudian masyarakat di Desa Bijeli dan Desa Nifuboke memanfaatkannya untuk irigasi pertanian secara tradisional.  Sumber mata air Oe Luan yang berada di hulu dimanfaatkan untuk urusan pertanian, khususnya pada areal persawahan yang ada di kaki bukit atau tanah rata yang bernama "Kustanis" di sebelah kiri jalan, dan "Aen Ma'u" yang berada di sebelah kanan jalan, yaitu sekitar 200 hektar sawah.

Selama bertahun-tahun bahkan mungkin berabad-abad, masyarakat memanfaatkan sumber mata air Oe Luan ini semata-mata untuk mengairi persawahan penduduk yang adalah petani-petani kecil dan tradisional.

Karena sumber air inilah maka daerah di sekitarnya menjadi hamparan yang hijau, cocok juga untuk daerah peternakan tradisional. Karena itu masyarakat Desa Bijeli biasanya melepas ternak mereka seperti sapi, kuda, dan babi di sepanjang daerah sumber mata air untuk mencari dan menikmati makanannya.

Secara struktur kemasyarakatan lokal, penguasaan hutan dan sumber air Oe Luan di bawah kepemilikan kedua suku "Radriques dan Fernandez" bersama anak cucunya yang kemudian.

Ilustrasi Wisata alam Oe Luan/Good News From Indonesia)
Ilustrasi Wisata alam Oe Luan/Good News From Indonesia)

Boleh dibilang mereka sangat bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup sumber mata air tersebut. Bila pada suatu waktu, debit air di sumber mata air Oe Luan berkurang, maka merekalah yang berupaya untuk melakukan ritual-ritual adat untuk menjaga kelestariannya.

Biasanya mereka akan membuat ritual adat untuk mengundang sang penunggu sumber mata air yang disebut "Oa Luan atau Bei Luan" itu dalam bentuk ular besar (luik sae) di darat dan belut  (tune) di air.

Setelah mengadakan ritual adat untuk memberi makan kepada penunggu sumber mata air, mereka meyakini bahwa sumber mata air akan kembali hidup, dan mereka berjanji untuk menjaga sumber mata air itu dengan lebih sopan dan tertib.

Sopan dalam arti tidak menebang pohon-pohon di sekitar sumber mata air.  Tertib dalam arti tidak menyalahgunakan sumber mata air secara tidak benar, termasuk hal-hal atau praktek amoral di sekitar sumber mata air.

Wahana Wisata

Sejak tahun 2020, Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) menjadikan daerah di sekitar sumber mata air Oe Luan itu sebagai Hutan Ekowisata yang sekaligus menjadi wisata pemandian dan kuliner "Oe Luan".

Menurut laporan saudara Emanuel Kosat dalam GoodNews From Indonesia, 06/11-2023, pengresmian sumber mata air Oe Luan sebagai Hutan Ekowisata Oe Luan telah dilakukan pada 28 Mei 2021.

Sebagai wahana wisata, di kawasan ekowisata Oe Luan itu dibangun beberapa unit bangunan seperti: 7 unit rumah pohon; 2 buah kolam pemandian buatan; 1 unit flying fox; 2 buah aula serbaguna untuk pertemuan; 6 lapak pariwisata; 2 wahana sepeda gantung, spot-spot foto, dan lintasan sepeda.

Sampai saat ini rata-rata pengunjung pada setiap hari libur antara 20 sampai dengan 200 orang.  

Berkat pembangunan wahana wisata ini juga dapat membantu masyarakat di sekitar untuk menjajakan hasil pertanian dan kuliner mereka.

Mereka bisa menjual kelapa muda; bermacam-macam kue dan penganan dari ubi dan jagung; buah-buahan segar seperti jambu dan buah naga. 

Dan kadang-kadang mereka juga menyiap jagung bose, ubi atau pisang rebus, laku tobe', dan daging se'i yang enak.  Tentu saja ini semua sebagai bagian dari promosi wisata alam.

Pernah juga dikeluhkan oleh masyarakat pemilik sawah di sekitar Kustanis dan Aen Ma'u karena gara-gara pengalihan fungsi sumber mata air Oe Luan sebagai tempat pemandian, maka sawah mereka harus beralih menjadi kebun.

Untunglah bahwa setelah kejadian itu, kemudian ditempuh diskusi bersama untuk pemanfaatan sumber mata air Oe Luan secara bijaksana di mana melalui pembagian yang baik dan merata, bisa melayani kedua kebutuhan tersebut yakni bisa mengairi sawah-sawah yang ada di bawah sumber mata air, dan melayani pemandian bagi para wisatawan.

Jadi pada prinsipnya pengelolaan sumber mata Oe Luan yang berdaya guna bagi kepentingan masyarakat para petani dan juga masyarakat penikmat wisata pemandian.

Dengan demikian, benarlah apa yang disampaikan Lucy Larcom bahwa setetes air, jika bisa menuliskan sejarahnya sendiri, akan menjelaskan alam semesta kepada kita. Lucy Larcom adalah seorang guru, penyair dan penulis Amerika (1824-1893)

Sebab "Air adalah masalah sumber daya yang paling kritis dalam hidup kita dan hidup anak-anak kita. Kesehatan perairan kita adalah ukuran utama bagaimana kita hidup di darat." (Luna Leopold, seorang ahli hidrologi berkebangsaan Amerika Serikat (1915-2006).

Bagi anda peminat wisata pemandian atau kuliner, datanglah ke Tempat wisata Sumber mata air Oe Luan yang terletak di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti persis di Pinggir Jalan Raya Trans Timor Kupang - Atambua. 

Anda akan menikmati sejuknya mata air Oe Luan yang jernih yang belum dipelototi oleh polusi. Masih asli, bersih, asri,  segar nan hijau.

Atambua, 02.04.2024

 Sumber:

1. https://www.bola.com

2. https://www.goodnewsfromindonesia.id

3. Pengalaman penulis sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun