Beberapa waktu lalu Kompasiana juga pernah mengangkat sebuah topik pilihan mengenai Turis Bali yang meresahkan. Pada hal selama ini yang selalu diberitakan bahkan dibanggakan adalah mengenai banyaknya wisatawan mancanegara yang membanjiri pulau Bali dan mendatangkan rupiah bagi daerah pariwisata kita itu.
Kali ini sebuah topik pilihan yang hampir sama namun latar belakang kejadian perkaranya berbeda diangkat lagi untuk didiskusikan di media kesayangan Kompasiana ini.Â
Pasalnya, Thailand negara tetangga kita yang sama-sama anggota ASEAN itu mulai membatasi atau memperketat turis masuk dari Indonesia. Apa sebab teganya Thailand berlaku demikian terhadap turis asal Indonesia?
Kiranya banyak alasan yang menjadi pertimbangan Negara Thailand untuk memperketat turis masuk, termasuk dari Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu persoalan yang menjadi isu mayor sekarang ini adalah pencegahan terhadap persoalan human trafficking atau perdagangan manusia.
Kita juga tahu bahwa negara Thailand selama ini merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang selalu menjadi negara tujuan sekaligus sebagai transit atau pintu masuk dari beribu-ribu kasus korban perdagangan manusia.
Sebagaimana diexpose dalam data eprints.upnyk.ac.id bahwa rerata jumlah korban human trafficking di wilayah negara Gajah Putih itu tidak main-main yaitu mencapai sekitar 651.800 jiwa setiap tahunnya.
Seperti dilansir dalam kumparan.com; turis Indonesia mengaku diusir karena uang cash, hingga Imigrasi Thailand buka suara.
Diceritakan oleh seorang wanita yang mengaku bahwa suaminya dideportasi dari Thailand karena tidak membawa uang tunai atau cash. Berita itu kemudian viral di media sosial sebagaimana diungkapkan oleh pemilik akun TikTok yang beranama @Herjastipbkk.
Pertanyaannya adalah apakah karena Thailand sudah memperketat turis masuk dari Indonesia, lalu Indonesia juga harus memperlakukan hal yang sama terhadap turis yang masuk dari Thailand?
Menurut hemat saya, kalau kita mau perketat turis masuk itu sebaiknya dengan alasan buka karena Thailand sudah terlebih dahulu perketat turis dari Indonesia masuk Thailand, tetapi dasar pertimbangan Indonesia mesti jelas.
Kita harus secara gentleman mengakui bahwa negara Thailand lebih maju dari Indonesia dalam hal wisatawan mancanegara. Wisatawan yang datang ke Thailand jumlahnya dua kali lipat lebih banyak dibanding yang masuk ke Indonesia.
Misalnya data penerimaan wisatawan pada tahun 2022, Thailand menerima 11,15 juta turis asing, sedangkan Indonesia hanya hampir 5,5 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama. Demikian pun pendapatan Thailand dari sektor pariwisata pada tahun 2022 nyaris tembus USD 16 miliar atau sekitar Rp 249,47 Triliun.
Karena itu Indonesia juga melakukan pembatasan atau perketatan turis masuk bukan semata-mata karena Thailand sudah lebih dahulu melakukan pembatasan terhadap turis dari Indonesia.
Kalau alasan ini yang kita kemukakan maka alasan kita terlalu simple dan kekanak-kanakan boleh dibilang demikian.
Maka sebaiknya alasan yang menjadikan Pariwisata Indonesia membatasi turis masuk adalah demi kualitas. Bahwa Turis asing berkualitaslah yang dapat diizinkan masuk ke Indonesia.
Mengapa hanya turis asing yang berkualitas yang diizinkan masuk ke Indonesia?
Sekurang-kurangnya menurut hemat saya ada tiga alasan ini bisa menjadi pertimbangan untuk pembatasan masuknya turis asing dan hanya turis asing berkualitas yang bisa masuk ke Indonesia:
Mengurangi keresahan yang terjadi dalam masyarakat
Seperti yang pernah terjadi di Bali tahun lalu, banyak turis tidak berkualitas masuk ke pulau Bali sehingga menyebabkan keresahan. Mereka melanggar etika dan moral.Â
Bali yang terkenal moralitas sukunya, diporak porandakan oleh praktek asusila para turis asing. Bahkan ada turis yang seenaknya menggunakan sepeda motor tidak menggunakan helm masuk keluar kota Denpasar.Â
Ada turis yang menggunakan sepeda motor tanpa SIM, bahkan lebih dari dua orang mengendarai sepeda motor.
Belum lagi ada yang mabuk-mabukkan di jalan raya.
Itu semua hendaknya menjadi pertimbangan demi kualitas pariwisata kita. Maka hanya turis asing berkualitas saja yang diterima masuk ke Indonesia.
Menjaga ekonomi bangsa Indonesia di mata turis asing
Harus diakui bahwa tidak semua turis asing yang masuk ke tanah air kita itu memiliki duit. Maka perlu diperketat turis asing yang masuk. Paling kurang para wisatawan mancanegara yang masuk itu memiliki duit.Â
Itu harus menjadi patokan sehingga mereka yang tidak memiliki uang sebesar itu tidak masuk ke Indonesia.
Maksudnya supaya mereka tidak seenaknya masuk dan berusaha atau melakukan bisnis di Indonesia untuk mencari uang. Dengan membatasi turis asing masuk ke Indonesia, kita juga menjaga ekonomi bangsa kita.
Wibawa dan martabat bangsa Indonesia di mata Internasional
Dan yang paling harus dijaga adalah wibawa dan martabat bangsa Indonsia di mata Internasional. Jangan hanya karena kita mau menambah pendapatan perkapita bangsa melalui sektor pariwisata, kita menerima saja tanpa selektif terhadap masuknya para turis asing.
Kewibawaan dan martabat sebuah bangsa sangat ditentukan juga oleh pembatasan terhadap masuknya turis asing berkualitas. Sehingga hanya turis asing berkualitas sajalah yang dapat masuk ke tanah air. Dengan demikian kewibawaan dan martabat bangsa menjadi taruhan dalam penerimaan turis dari mancanegara.
Dengan itu kita sama-sama merasa puas karena kita menyiapkan daerah tujuan wisata kita yang berkualitas, demikian juga para turis asing berkualitas yang masuk untuk menikmati kualitas suguhan wisata kita.
Selamat datang kepada para turis asing berkualitas di Indonesia sebagai negara tujuan wisata berkualitas.Â
Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat.
Atambua, 21.03.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H