Imlek: Perayaan Keagamaan atau Kebudayaan?
Paling kurang bagi penulis sendiri, pertanyaan ini selalu terngiang setiap tahun. Namun dari wikipedia.com akhirnya pertanyaan ini terjawab.
Bahwa perayaan tahun baru Imlek atau yang disebut juga Tahun Baru Cina merupakan salah satu hari raya agama Konghucu. Lalu pertanyaan berikutnya, apakah agama Konghucu sama dengan agama Budha?
Orang-orang Cina di Indonesia ada yang beragama Konghucu, ada yang beragama Budha, Islam, Kristen, dan Katolik. Namun mereka juga merayakan Imlek. Apakah secara agama diperbolehkan? Kalau begitu berarti mereka menganut dua agama sekaligus?
Tentu saja tidak, itulah alasan yang diberikan bahwa merayakan Imlek adalah suatu budaya Tionghoa, bukan agama. Karena itulah maka, dalam agama tertentu, misalnya Katolik, orang-orang Tionghoa atau keturunan, mereka boleh merayakan Tahun Baru Imlek melalui perayaan Ekaristi kudus juga di gereja.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tahun baru Imlek atau tahun baru Cina jatuh pada tanggal satu bulan pertama di awal tahun yang berkaitan erat dengan pesta menyambut musim semi. Tentu saja itu di Cina sebab Indoensia tidak mengenal  musim semi.
Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek merupakan hari raya agama Konghucu, namun kadang juga disamakan dengan agama Budha.Â
Perayaan Tahun baru Imlek baru diumumkan untuk dirayakan secara terbuka pada tahun 2003 sebagai hari libur nasional setelah dikeluarkannya Kepres Nomor 19 Tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada  9 April 2002.
Sejak saat itulah setiap tahun, Tahun Baru Imlek dapat dirayakan secara terbuka dan meriah. Kemeriahan hari raya Imlek itu terlihat dengan sangat kasat mata melalui berbagai ornamen hiasan dengan warna khas merah, perak dan simbol naga. Ada barong sai dan ada juga angpao.
Di beberapa tempat di Indonesia perayaan Imlek dimeriahkan dengan pertunjukkan barong sai.
Dan secara khusus kami dalam komunitas kantor Pusat Pastoral Keuskupan Atambua sejak tahun 2016 selalu mendapatkan Angpao dari Kung-Kung Vincent Wun SVD.