Mgr. Anton Pain Ratu, SVD merupakan pemerhati kebudayaan Dawan di Timor. Pada hal beliau sendiri bukanlah Orang Timor. Beliau merupakan Putera Adonara, Flores Timur yang menjadi imam dan bertugas sebagai misionaris di Pulau Timor sejak tahun 1959 hingga wafatnya pada 6 Januari 2024.
Perhatiannya pada Kebudayaan Timor, khususnya Budaya Dawan itu dilakukan terutama melalui kefasihannya dalam berbahasa Dawan. Dengan kefasihannya dalam berbahasa Dawan memudahkan beliau untuk belajar dan masuk lebih dalam mengenal dan memahami budaya orang Dawan di Timor.
Ada tiga hal yang selalu menjadi perhatian Mgr. Anton Pain Ratu SVD bersama timnya ketika mengunjungi umat dan masyarakat di kecamatan dan paroki selama hampir 36 tahun.
Ketiga hal itu adalah 1) Dialog Rumah Adat; Â 2) Urusan Orang Mati; dan 3)Budaya Lingkungan Hidup.
Menurut pandangan beliau, budaya yang positif selalu mengantar dan mengangkat harkat dan martabat manusia. Namun ketika budaya disalahpraktekkan dapat menekan dan menjadi penghambat pembangunan manusia.
Karena itulah Mgr. Anton Pain Ratu SVD melalui program Khalwat 3 Ber-nya itu bermaksud untuk memurnikan budaya orang Dawan dari tekanan dan salah praktek yang bisa menghambat pembangunan itu sendiri.
Pokok Perhatian dalam Khalwat 3 Ber
Mari kita lihat satu persatu dari ketiga hal yang menjadi perhatian Tim Khalwat 3 Ber selama hampir tiga puluh enam tahun itu.
Pertama, Dialog Rumah Adat
Bagi orang Timor, rumah adat merupakan pemersatu dan simbol kesukuan dan persatuan. Pendirian rumah adat tidak sering diselenggarakan. Dalam kurun waktu yang lama baru sebuah rumah adat didirikan atau dipugar kembali.Â
Dalam dialog rumah adat itu banyak tokoh adat dihadirkan untuk berdiskusi seputar keberadaan rumah adat dan segala praktek di dalamnya.Â
Saking banyaknya persoalan yang dibahas dalam acara dialog rumah adat ini, maka tidak sadar sering dialog terjadi semalam suntuk. Perlu diketahui bahwa dalam dialog rumah adat ini, tim 3 Ber bukan hanya mendengarkan dialog yang disampaikan para penutur adat tetapi terutama tim di bawah pimpinan Uskup Anton memberikan pencerahan kepada para anggota suku yang terlibat dalam diskusi tersebut.
Bisa saja para tokoh yang hadir kurang memahami persoalan yang terjadi. Karena itu kehadiran para tetua adat yang dipandu oleh tim budaya yang baik menghasilkan perubahan yang mendasar bagi suku-suku pemilik rumah adat tersebut.