Telah menjadi tradisi bagi orang Dawan di mana saja sudah melekat kebiasaan memelihara hewan atau ternak. Karena itu salah satu kearifan lokal masyarakat Dawan adalah memiliki Pa'an atau 'Sane.Â
Pa'an atau kandang dan 'Sane atau pondok bagi orang Dawan adalah simbol kekayaan. Orang tidak akan bertanya tentang berapa ekor sapi atau ternak yang dimiliki, tetapi orang Dawan akan bertanya tentang apakah ada kandang (pa'an) atau tidak.Â
Sering orang Dawan bicara tentang 'Saen Lele artinya Pondok di kebun. Kalau bicara soal pondok di kebun, orang Dawan akan langsung berpikir tentang apakah ada binatang piaraan di kebun atau tidak, minimal ada ayam.Â
Karena itu kalau pada sore hari tuan kebun akan kembali ke rumah (ume) di dalam kampung, mereka terlebih dahulu akan memasang api di 'Saen Lele supaya ada asap sehingga orang tahu bahwa ada orang  di sana. Ya, sekedar untuk mengelabui pencuri.
Empat: Bete' dan Tais (Kain/Sarung)
Bagi perempuan Dawan, dia tidak akan menikah kalau dia belum bisa menenun Tais atau Bete. Bete' itu kain untuk laki-laki, sedangkan 'Tais' itu kain atau sarung untuk perempuan.
Karena itu pesta adat itu selalu menjadi ajang untuk menunjukkan hasil tenun dari para gadis Timor. Seorang wanita yang telah menjadi istri akan bangga bila suaminya mengenakan 'bete' yang ditenunnya. Demikian pun para suami akan bangga mengenakan kain teunan istrinya sendiri.
Dalam kehidupan masyarakat Timor, kesempatan pesta adat menjadi ajang promosi atau iklan berjalan. Banyak anak gadis atau para istri akan merasa terhina sekali bila kain 'bete' yang dipakai suaminya atau pacarnya tidak bagus.
Lima: Aneka Tarian dan Lagu Dawan
Kearifan lokal kelima ini berhubungan dengan pelestarian budaya berupa tarian dan nyanyian orang Timor. Orang Dawan sesungguhnya memiliki sebuah kebiasaan tahunan yang telah dilakukan secara turun temurun, di sana tarian dan nyanyian dipertontonkan. Orang Dawan terkenal karena tarian dan lagu-lagunya yang sarat dengan kearifan lokal. Orang Dawan gemar menari dan menyanyi.
Pertanyaan kita: siapakah yang bertanggungjawab untuk melestarikan kearifan-kearifan lokal ini? Kata mendiang Gubernur NTT dr. Ben Mboy: "Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi".
Kepada para calon legislatif di Kabupaten Timor Tengah Utara inilah tugas dan kewajibanmu, di pundakmulah kami titipkan kelestarian budaya Atoin Pah Meto.