Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Natal Sambil Berwisata "Rohani" di Tengah Gegap Gempita Pemilu 2024

19 Desember 2023   11:01 Diperbarui: 19 Desember 2023   11:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Natal selalu menjadi perayaan yang luar biasa meriahnya. Selain karena bertepatan dengan musim hujan di mana semuanya nampak hijau, tetapi terlebih karena Hari Raya Natal sangat dekat dengan penutupan tahun dan mulainya Tahun baru. Karena itulah maka perayaan Natal semakin meriah, seolah-olah dirayakan oleh semua agama di dunia.

Di mana-mana terdengar musik dan alunan suara nyanyian gembira menyambut hari Natal. Bagi umat Katolik misalnya, selama hari-hari menjelang Natal itu disebut Adventus yang artinya kedatangan. Ya, kedatangan "Sang Tamu" istimewa yang disebut Juru Selamat yaitu Yesus Kristus. Karena itu terima kasih kepada Menteri Agama Republik Indonesia, H. Yaqut Cholil Qoumas yang pada masa kepemimpinannya mendapat curahan Roh Kudus sehingga berkenan menggantikan istilah atau nama yang selama bertahun-tahun diberikan kepada-Nya "Isa Al Masih" dengan "Yesus Kristus". Sebuah nama khas kristiani. Dengan demikian hari Natal  2023 menjadi momentum khusus boleh merayakan Hari Raya Natal Kelahiran Yesus Kristus sesuai iman dan kepercayaan umat Kristiani.

Tiap-tiap daerah mempunyai kekhasannya masing-masing dalam menyambut Natal. Di Timor ditandai dengan mulai berbunganya pohon Sepe yang dikenal sebagai "Pohon Natal". Di mana-mana tampak bunga merah khas sebagai tanda Natal telah tiba. Dan ketika orang Timor melihat pohon sepe berbunga, langsung membayangkan Natal telah dekat. 

Merayakan Natal di desa tentu berbeda dari mereka yang merayakan Natal di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang dan lain-lain.  

Kalau di kota-kota besar, orang memasang pohon Natal jumbo dengan kerlap-kerlip aneka lampu berwarna-warni dan berbagai boneka dan lampion. Sementara itu suasana perayaan Natal di desa sangat terasa sederhana seperti di kota Betlehem 2000an tahun silam. Di mana-mana yang terdengar hanyalah 'latihan koor' untuk iringan Malam Natal dan perayaan Natal. 

Namun yang hendak penulis angkat dalam rubrik ini sehubungan dengan topik Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat Lokal adalah bagaimana Umat Kristiani merayakan Natal di desa sambil melakukan wisata rohani di tengah gegap gempitanya pesta demokrasi 2024. Benar bahwa harus dipisahkan antara perayaan iman dan perayaan profan. Namun kadang sulit untuk betul-betul membedakannya. 

Untuk itu ada sekurang-kurangnya tiga hal yang ingin penulis angkat pada kesempatan istimewa ini berkenaan dengan persiapan menghadapi Pilpres dan Pileg 2024.

Pertama, Wisata Rohani "Kandang Natal"

Tiada Natal tanpa Kandang Natal. Itulah teologi Natal Katolik. Kelahiran Yesus Kristus di kandang Betlehem 2000an tahun silam kini dihadirkan kembali dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Peristiwa Inkarnasi Allah menjelma menjadi manusia hina yang lahir di dalam palungan di sebuah kandang di Betlehem, tanah Yudea.

Kini, untuk menghadirkan kembali peristiwa tersebut, banyak gereja atau paroki melakukan lomba membuat kandang natal. Perlombaan ini melibatkan anak-anak muda dengan tujuan agar dengan membuat atau mendisain kandang itu mereka merenungkan betapa menderitanya Tuhan demi keselamatan manusia. Tuhan sudi menderita agar manusia bahagia. 

Karena itu merayakan Natal bagi umat Kristiani identik dengan melakukan napak tilas kelahiran Yesus Kristus. Maka lihatlah di rumah-rumah umat Katolik, selain menyediakan pohon Natal, sudah pasti ada kandang Natalnya. Itulah wisata rohani kandang Natal. 

Kedua,  Wisata Rohani "Pujian Natal"

Selain kandang Natal, wisata rohani lainnya yang tak dapat dipisahkan dari perayaan Natal adalah nyanyian atau pujian Natal. Banyak gereja atau paroki yang menyelenggarakan event rohani berupa lomba nyanyian Natal. Nyanyian Natal itulah yang menyemarakkan suasana natal itu sendiri. Ada lagu-lagu atau pujian Natal yang dengan komponis dunia seperti lagu O Holy Night yang dinyanyikan oleh Mariah Carey; Transeamus karya Reinhard Kammler (wikipedia.com)., dan lain-lain. 

Melalui wisata rohani pujian Natal membangkitkan semangat generasi muda gereja untuk mencintai lagu-lagu rohani termasuk di dalamnya terlibat aktif sebagai anggota gereja. Ada banyak cara untuk memuji dan menyembah Tuhan yang lahir, termasuk di dalamnya melalui madah atau pujian natal.

Ketiga, Gegap gempita baliho para Capres-Cawapres dan para Caleg.

Yang ketiga yang tidak kalah serunya pada Natal tahun 2023 ini adalah gegap gempitanya baliho Capres-Cawapres dan Caleg. Ada berbagai baliho ucapan Natal dari berbagai pihak dan orang. Di mana-mana di sepanjang jalan protokol dan lorong gereja dipenuhi foto-foto para Capres-Cawapres dan caleg. Itu semua hendaknya dilihat dan dimaknai sebagai bagian dari pesta demokrasi sekaligus pesta Allah mendatangi manusia dalam peristiwa Natal 2023.

Maka, apa yang dapat kita petik dari ketiga hal yang telah penulis ungkapkan di atas? Bahwa peristiwa Natal adalah peristiwa Allah menjadi manusia, dan manusia menjawabi tawaran kasih Allah itu dengan melakukan berbagai aksi dan kegiatan. 

Berbagai aktus itu menggambarkan bahwa manusia sejatinya adalah ciptaan Tuhan yang Mahakuasa. Ikut terlibat dalam berbagai event dan kepentingan manusia seperti Pilpres dan Pileg 2024 adalah panggilan Ilahi yang harus diikuti. 

Karena itu merayakan Natal juga adalah merayakan keberpihakan Allah kepada manusia. Itulah politik Allah yaitu demi kesejahteraan manusia (bonum commune).

Atambua: 19.12.2023

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun