Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pemilih pemula Usia 17-19 tahun di Indonesia pada Pemilu 2024 sekitar 23 juta jiwa/pemilih. Jumlah tersebut merupakan peluang yang besar. Karena itu mengabaikan mereka merupakan sebuah kerugian besar.
Orang muda adalah kekuatan (power). Bung Karno, the Founding Father kita mempunyai keyakinan bahwa di tangan kaum mudalah perubahan akan terjadi. Karena itu dalam pidatonya, beliau mengatakan: "Seribu orang tua bisa bermimpi, tetapi satu orang pemuda bisa mengubah dunia" (Bung Karno).
Janganlah mengabaikan kaum muda karena kaum muda adalah harapan dan masa depan bangsa dan negara. Â Karena itu, pemimpin yang menganggap remeh kaum mudanya adalah pemimpin yang naif.
Kaum muda adalah agen perubahan (agent of change). Di tangan merekalah masa depan bangsa dan negara ini berada! Siapa yang menguasai kaum muda, dialah yang menguasai dunia dan kemenangan.
Itulah slogan-slogan yang selalu dikumandangkan ketika berhadapan dengan orang-orang muda yaitu semua yang berpikiran dan berperasaan muda.
Siapakah Pemilih Muda Itu?
Sebagaimana disinyalir dalam bbc.com, jumlah total pemilih diperkirakan mencapai 74% dari total populasi Indonesia, sebagian diantaranya adalah pemilih pemula.
Dalam pemilu 2024, generasi muda berusia 22-30 tahun akan mendominasi pemilih secara nasional, dengan porsi 56%, atau sekitar 114 juta. Separuh dari mereka  akan menjadi pemilih pemula.
Sementara itu, menurut TEMPO.CO (2/7/2023) berdasarkan  DPT Nasional yang telah ditetapkan KPU RI untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa  dan dari jumlah itu, 52 persen diantaranya merupakan pemilih muda.
Ada dua istilah yang dipakai di sini yaitu pemilih pemula dan pemilih muda.
Menurut I Gede Suka Astreawan, Anggota KPU Kabupaten Klungkung, dalam kpu.go.id., Pemilih pemula adalah pemilih yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, atau pemilih dengan rentang usia 17 sampai 21 tahun. Pemilih ini digolongkan menjadi segmen yang unik sebab perilaku pemilih pemula dengan antusiasme yang tinggi, relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis akan kadar polusi pragmatisme. Sedangkan Pemilih Muda atau pemilih mileneal adalah pemilih dengan rentang usianya antara 17-37 tahun. Pada Pemilu 2024 ini diprediksi jumlahnya akan meningkat dibandingkan Pemilu Serentak 2019.
Nah, kembali topik pembahasan kita tentang mengincar pemilih muda sebagai suatu strategi kemenangan itu jelas akan dipakai baik oleh Paslon maupun Caleg. Sebab, siapa yang memegang dan mengendalikan kaum muda, dialah yang akan menang.
Kita semua tahu bahwa Tiga Pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) sudah mencatatkan dirinya  di KPU. Pendaftaran terakhir pada Rabu, 25 Oktober 2023 yaitu pasangan Capres, Prabowo Subianto dan Cawapres, Gibran Rakabuming Raka. Sementara pasangan Anies Rasyid Baswedan - Muhaimin Iskandar; dan pasangan Ganjar Pranowo -  Mahfud MD sudah lebih dahulu mendaftarkan diri ke KPU RI.Â
Maka jadilah tiga pasangan Capres dan Cawapres yang akan berjuang dan berkompetisi secara gentlemen  pada Pemilu Serentak dan terbesar dalam sejarah demokrasi Indonesia, pada Rabu, 14 Februari 2024.
Biasa dalam kancah perpolitikan selalu saja ada gimmick dan segala upaya untuk mendekati pemilih muda. Menurut saya, itu adalah sesuatu yang lumrah. Sekarang yang dibutuhkan adalah bagaimana cara dan metode yang dipakai untuk mempengaruhi para pemilih pemula dan pemilih muda. Sebab umumnya mereka adalah kelompok pemilih yang kritis rasional.
Maka menurut saya, sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) Â strategi yang harus dipakai untuk memenangkan pemilih pemula dan muda, yaitu:
Pertama, menjaring para caleg muda yang diikutkan pada Pemilu 2024.
Tugas para caleg muda adalah mempengaruhi para pemilih pemula dan muda supaya mereka ikut memilih secara cerdas dan tolak golput.Â
Tentu saja dengan menjual program yang bukan sekedar janji-janji kosong, tetapi akan menjadi kenyataan. Sekarang bukan saatnya untuk menjual janji, tetapi memberi bukti. Itulah yang juga menjadi harapan para pemilih pemula dan pemilih muda.
Jadi dengan menjaring Caleg muda yang akan ikut  pada Pemilu 2024, selain ia mensosialisasikan dirinya, juga memenangkan paslon yang diharapkan, dengan konsentrasi pada pemilih pemula dan pemilih muda.
Kedua, menggunakan juru bicara (jubir) dan juru kampanye (jurkam) Â anak muda.
Tentu bukan sembarang pilih jurkam anak muda, tetapi pilihlah jurkam anak muda yang berprestasi sehingga bisa meraup peminat dan suara. Ada banyak sekali anak muda yang potensial, mereka itulah yang hendaknya di gandeng atau digunakan. Sekali lagi siapa yang memenangkan anak muda, dialah yang akan menjadi pemenang.Â
Ketiga, hindari anak muda yang mengedepankan isu SARA.
Paslon dan Caleg mesti hati-hati dalam memilih anak muda yang akan dijaring untuk ikut terlibat dalam tim pemenangan sebab bisa berefek domino. Bila salah menjaring kaum muda yang mengedepankan isu SARA, dapat berakibat fatal. Karena itu pilihlah kaum muda yang potensial dan memiliki sepak terjang yang baik sehingga membawa pengaruh dan manfaat demi pemenangan Paslon dan Caleg yang diharapkan.
Ya...itulah tawaran kecil dan sederhana yang bisa dipakai untuk menghadapi dan menjaring Pemilih muda sebagai strategi untuk memperoleh kemenangan pada Pemilu 2024.
Semoga bermanfaat.
Atambua: 27.10.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H