Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

4 Kiat ala Umat Perbatasan RI-RDTL Dalam Membangun Rumah Ibadat Secara Mandiri

21 Oktober 2023   19:41 Diperbarui: 21 Oktober 2023   19:41 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentahbisan Gereja Paroki Haliwen bukti kemandirian umat (foto: dokumen pribadi/yosef)

Pembangunan pada dasarnya adalah proses perubahan yang dilakukan secara terencana dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan masyarakat menuju yang lebih baik. 

Demikian pula halnya dengan pembangunan sebuah rumah ibadat. Tujuannya adalah agar umat dapat melakukan ibadat keagamaannya dengan baik dan aman karena didukung oleh fasilitas atau sarana rumah ibadat yang baik pula.

Membangun sebuah rumah ibadat tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Karena yang namanya rumah ibadat itu membutuhkan banyak fasilitas dan kelengkapan yang harus dipenuhi. 

Lagi pula membangun rumah ibadat tidaklah seperti membangun rumah pribadi, sebab membangun rumah ibadat melibatkan banyak umat beragama dengan berbagai ide dan pikiran.

Ada sebuah pengalaman menarik tentang proses pembangunan rumah ibadat yang dilakukan oleh umat beragama Katolik di wilayah perbatasan RI-RDTL.

Komunitas umat Katolik  yang disebut Paroki  Santo Yohanes Pemandi Haliwen itu sebagian besar adalah masyarakat Timor-Timur yang mengungsi ke Indonesia pada tahun 1999 karena persoalan integrasi. 

Paroki itu sendiri berdiri pada tahun 2007. Berdasarkan data statistik tahun 2022 jumlah umat paroki ini sebanyak 9.186 jiwa, yang terdiri dari 1.880 kepala keluarga (kk). Dari 1.880 kepala keluarga tersebut 90% adalah petani; 5 % pegawai (ASN) dan 5 % lagi adalah wiraswasta.

Pada Sabtu (21/10/2023) Komunitas Umat Katolik ini mentahbiskan gedung gereja mereka yang baru yang menurut laporan ketua panitia pembangunan gereja, proses pembangunan rumah ibadat itu dilakukan selama 10 tahun.

Ada hal yang unik dan menarik dari proses pembangunan gedung gereja yang didedikasikan untuk kemuliaan Tuhan dalam nama Santo Yohanes Paulus II ini.

Penulis bersama sekretaris panitia pembangunan (foto:dokumen pribadi/yosef)
Penulis bersama sekretaris panitia pembangunan (foto:dokumen pribadi/yosef)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun