Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wisuda di Tengah Kekeringan dan Harapan untuk Mendapatkan Pekerjaan

28 September 2023   19:50 Diperbarui: 28 September 2023   20:15 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para wisudawan-wisudawati (dok.panitia)

Hari baru pukul 9 pagi. Udara sudah terasa panas. Angin bertiup kencang.  Efek El Nino sangat terasa. Kekeringan betul. Penulis sempat melihat sebuah cekdam yang dibangun dekat kampus hampir kering. Itu pertanda sudah mencapai puncak kekeringan. 

Seperti yang pernah diangkat oleh Kompasianer Rendy Artha Luvian bahwa kekeringan ini bisa berdampak pada kekeringan sosial ekonomi. Dan betul itu sudah terasa saat ini. Gagal panen tahun ini sudah menyebabkan  harga beras makin melonjak. Di pasaran harga besar mencapai Rp 15.000.

Kekeringan di sini bukan hanya pengaruh musim, tetapi dompet juga kering. Maka kekeringan bukan hanya terjadi di luar, tetapi juga di dalam. 

Kampus ini berasrama. Semua mahasiswa wajib tinggal di asrama. Tapi mereka harus masak sendiri. Bisa juga dompet kering artinya uang tidak ada, karena di rumah sana orang tua juga mau makan apa? Dan wisuda pun harus terjadi di saat kekeringan seperti ini. Namun biarlah semua terjadi.

Panitia wisuda angkatan XIII (dok.panitia)
Panitia wisuda angkatan XIII (dok.panitia)

Harapan Mendapatkan Pekerjaan

Menurut data BPS sebagaimana dirilis republika.co.id, saat ini masih ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia. Angka ini merupakan 5,45 persen dari total angkatan kerja per tahun yaitu sebesar 146,62 juta tenaga kerja, dari total penduduk usia kerja di Indonesia yaitu 211,59 juta orang menurut data per-Februari 2023.

BPS juga memberi catatan bahwa meski banyak pengangguran, namun angka tersebut sudah makin lebih baik dari jumlah pengangguran pada tahun sebelumnya.

Sementara itu menurut Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus Keuskupan Atambua, Dr. Theodorus Asa Siri, S.Ag, data alumni menunjukkan bahwa sejak sekolah tinggi ini berdiri 30 Desember 2009 (stpsantopetruska.ac.id) sudah mewisuda 13 angkatan dengan total 1.050 lulusan. Dan puji Tuhan tidak ada alumni yang menganggur hingga saat ini.

Umumnya para alumni STP Santo Petrus bekerja sebagai pengajar atau guru agama katolik di sekolah; sebagai penyuluh agama katolik baik negeri maupun swasta; ada juga yang bekerja sebagai tenaga pastoral di paroki-paroki di seluruh wilayah Keuskupan Atambua.

Ada juga tamatan STP yang kini bekerja di luar provinsi Nusa Tenggara Timur, bahkan ada yang bekerja di luar negeri yaitu Negara Republik Demokratik Timor Leste.

Dengan demikian, ada tiga hal yang hendak dikatakan dan diharapkan oleh lembaga ini kepada para alumninya, yakni:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun