Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Masuknya Kaesang Pangarep Menggugat Kaderisasi PSI

27 September 2023   12:35 Diperbarui: 27 September 2023   12:36 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kaesang Pangarep dan PSI (sumber foto: CNBC Indonesia)

HEBOH jagat politik Indonesia, karena seorang Kaesang Pangarep yang selama ini belum pernah menjadi anggota Partai Politik, begitu bergabung dalam partai dua hari langsung didaulat jadi Ketua Umum. Itu baru terjadi dalam sejarah perpolitikan partai di Indonesia. Bayangkan saja, Mas Kaesang baru masuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Sabtu (23/9/2023). Lalu pada Senin, 25/9/2023 langsung mendapat mandat untuk menduduki jabatan tertinggi dalam partai yang selama ini dikenal 'vokal' itu.

Peristiwa ini memang merupakan peristiwa langka dalam kaderisasi perpolitikan Indonesia. Karena yang penulis tahu selama ini banyak orang dan tokoh yang harus berjibaku memperebutkan kursi pimpinan tertinggi partai itu. Ada banyak tokoh yang terpaksa harus menjadi korban, bahkan korban nyawa karena terlibat perebuatn kursi sebagai Ketua Umum Partai.

Namun itu tidaklah terjadi pada Mas Kaesang Pangarep, Putera Bungsu bapak Presiden Ketujuh Indonesia, Joko Widodo.  Mas Kaesang dengan mudahnya tanpa perjuangan melawan tokoh-tokoh pendahulu partai, langsung menerima tugas mulia yang akan dengan muda mengantarnya untuk sampai pada Kursi Nomor 1 RI. Sebab selama ini kita tahu, hanya pemilik partai yang bisa mencalonkan diri menjadi Capres RI. Dan tiket itu sudah dipegang oleh Mas Kaesang. Luar biasa.

Terhadap peristiwa langka yang sudah diemban oleh Mas Kaesang Pangarep ini, penulis hendak menyampaikan sdetidaknya 3 (tiga) buah pertimbangan politik di sini, biar bisa jadi pembelajaran politik bagi para Politisi Muda khususnya di daerah.

Pertama, Kaderisasi Partai Politik

Menurut penulis, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masih tergolong lemah dalam proses kaderisasi. Hal itu nyata betul dalam pengangkatan Kaesang Pangarep sebagai Ketum Partai. Pada hal seharusnya seseorang diangkat menjadi Ketum atau pun jabatan dalam partai harus telah melewati beberapa  tahapan dalam struktur organisasi partai.

Dalam hal ini, Partai Solidaritas Indonesia yang baru berdiri pasca Pemilu tahun 2014 tepatnya tanggal 16 November 2014 dengan pendirinya Grace Natalie dan kawan-kawan, mengabaikan proses kaderisasi partai. Itulah juga yang menjadi sorotan media asing sebagaimana diberitakan CNBC Indonesia (Rabu,27/9/2023).

Bila suatu partai sudah dewasa dalam proses kaderisasinya, seseorang yang masuk menjadi anggota partai diurutkan dalam struktur organisasi partai sehingga tidak serta merta anggota yang baru masuk langsung menembus pimpinan puncak, sementara tokoh yang lain yang mengikuti proses perekrutan anggota (mendapat KTA) masih terseok-seok melalui penjenjangan pimpinan partai. 

Dalam hal ini, dalam kasusnya Mas Kaesang Pangarep bisa dikatakan sebagai kenaikan menyimpang. Dan seperti biasa dalam perpolitikan, kalau seseorang naik menyimpang, bakal jatuh juga menyimpang. Mudah-mudahan ini tidak terjadi pada Mas Kaesang.

Itu pun bukan salahnya Mas Kaesang. Yang ikut salah adalah pola kepengurusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

Karena itu, penulis mau memberi masukan kepada Pengurus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), supaya memperhatikan tahapan menuju pucuk pimpinan partai. Artinya mesin kaderisasi partai harus menjadi perhatian.

Kedua, Pola Kedekatan dan Popularitas

Untuk menjadi pimpinan suatu organisasi termasuk pimpinan parpol, selain kaderisasi, ada juga yang dinamakan pola kedekatan tokoh dengan pimpinan partai. Dalam hal ini Ketum PSI sebelumnya, Giring Ganesha merelakan jabatan tertinggi dalam partainya itu untuk melepaskan jabatannya sebagai Ketum, memberikannya kepada Kaesang Pangarep, dan ia mau menjadi Dewan Pembina. Ini pun tidak lumrah dalam suatu partai politik.

Ya mungkin pertimbangan lain yaitu demi popularitas partai. Sebagaimana kita tahu PSI sedang mencari panggung untuk menuju Senayan, paling kurang pada Pemilu 2024. 

Siapa tahu dengan mengusung Mas Kaesang, popularitas PSI melonjak dan banyak kadernya bisa melenggang ke Senayan. Itu suatu taktik perang ala PSI.

Ketiga, Faktor X, Putera Presiden

Banyak kali faktor Eks, itu sangat menentukan. Siapakah Kaesang Pangarep itu? Kalau bukan putera bungsu Presiden RI Ketujuh, Joko Widodo, siapapun dia mungkin tidak bisa segampang itu mendapatkan kursi empuk di PSI.

Jadi dalam hal ini PSI pintar bermain "petak umpet politik". PSI memanfaatkan faktor X dari Mas Kaesang untuk meraup popularitas dan dengan itu membuat peta politik Indonesia jadi kacau.

Dan sekali lagi kesimpulannya akan jadi jelas. Siapa yang membuat langit politik Indonesia chaos? Siapa lagi kalau bukan PSI.

Kalau ketiga alasan ini dipakai oleh PSI untuk melapangkan jalan bagi Mas Kaesang Pangarep untuk menjadi Ketua Umum Partai maka setidaknya PSI mempunyai taktik politik sebagai berikut:

Satu, dengan memasukkan dan mengangkat secara "luar biasa" Kaesang Pangarep menjadi Ketum Partai, PSI sudah memenangkan orang Nomor Satu di Indonesia.  Popularitas PSI menuju Senayan makin mudah. Bahkan bukan hanya Senayan, tapi ke Istana Merdeka pun jadi mudah.

Dua, dengan mengangkat Kaesang Pangarep sebagai Ketum PSI, akan menggaet para politisi muda untuk bergabung dengan PSI. Dengan demikian motto yang selama ini digaungkan PSI sebagai Partainya para Politisi Muda menjadi kenyataan.

Jadi sering kali dalam perpolitikan, mesti ada juga jalan miring atau bahkan jalan pintas, kalau memang jalan biasa tidak bisa ditempuh. Dan itulah yang dialami oleh Kaesang. Semoga sebagai politisi muda, Mas Kaesang mampu mengantarkan PSI menuju kesuksesan sebagaimana yang mereka impikan bagi partainya.

Karena itu PSI sudah memainkan perannya untuk menggaet Mas Kaesang -yang artinya juga menggaet keluarga Presiden Joko Widodo- untuk memimpin PSI dan Indonesia, mudah-mudahan makin banyak Kaesang di seluruh Indonesia digaet untuk bergabung dalam PSI. 

Artinya, antara kakak dan adik berbeda partai, lalu mau ke mana orang tuanya? Semoga ulasan sederhana ini bermanfaat!

Terima kasih, maaf hanya sekenanya saja.

Atambua, 27.09.2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun