Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Krisostomus si Mulut Emas dan Relevansinya pada Era Berita Hoaks dan Hate Speech

13 September 2023   14:42 Diperbarui: 13 September 2023   15:59 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (https://infokatolik.id/santo-yohanes-krisostomus.html)

Baginya kata baik yang tertulis maupun terucap merupakan kata-kata pilihan yang bernas sehingga mampu membangkitkan semangat bagi orang yang mendengar ataupun membacanya.

Karena itu sekurang-kurangnya 3 (tiga) relevansi ini dapat kita petik dari sang tokoh yang diperingati dalam Gereja Katolik setiap tanggal 13 September. 

Ketiga pesan dari kehidupan Santo Yohanes Krisostomus itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Berita Benar vs Berita Hoaks

Dirilis dalam yesaya.indocell.net, jika  Yohanes bercerita, semua orang senang mendengarkannya. Hidupnya sangat mengagumkan semua orang. Hal ini mengajarkan kepada kita pada jaman now untuk menulis yang benar sebagai berita gembira bukan sebaliknya menampilkan berita-berita hoaks atau berita bohong. Sebagaimana kita tahu, berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Tujuan sebenarnya dari berita hoaks adalah untuk membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan yang bisa juga menyesatkan.

Krisostomus si mulut emas mengajarkan kepada kita untuk menulis yang benar dan berbicara yang benar pula, karena apa yang kita beritakan baik tertulis atau pun lisan adalah berita gembira yang seharus membuat orang merasa senang untuk membaca atau mendengarnya, bukan sebaliknya membuat orang cemas dan tidak aman.

Demikian pun pesan Krisostomus kepada para Kompasianer pun jelas yaitu supaya apa yang dituliskan di Kompasiana adalah tulisan dan berita yang benar, bukan sekedar untuk mendapatkan vote dan menjadi headline. 

Kedua, Kabar Baik vs Ujaran Kebencian (hate speech)

Menurut resi.dehonian.or.id, Yohanes Krisostomus adalah seorang yang cerdas dan sangat menonjol dalam sastra dan retorika. Jika ia berbicara, semua yang mendengar akan terpesona pada kata-katanya yang indah. Dengan mulutnya, ia mewartakan kabar baik sehingga semua orang yang mendengarnya mendapatkan pencerahan. Karena itu orang merasa senang untuk terus mendengarkan ajaran-ajarannya.

Di tengah semakin maraknya ujaran kebencian, hate speech, yang melanda dunia kita yang tersebar melalui berbagai media sosial lewat berbagai konten: youtube, facebook, reels, instagram, snack video, dan lain-lain yang membangkitkan rasa saling membenci di antara sesama manusia. Mengeluarkan kata-kata yang tak pantas diucapkan kepada orang lain baik secara langsung maupun melalui tulisan. Contoh paling mutakhir yang heboh di medioa sosial, kata-kata tak pantas yang dikeluarkan oleh Rocky Gerung kepada Presiden Joko Widodo.

Yohanes Krisostomus si mulut emas, mengajarkan kepada kita bahwa kata-kata yang kita ucapkan atau tuliskan mengandung Kabar Baik, euanggelion, kabar gembira yang menyenangkan bukan sebaliknya memiluhkan atau membangkitkan kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun